"Bibi turut berduka atas kematian ayah dan ibumu sakura, mulai sekarang kau bisa tinggal bersama kami." ujar wanita berambut kuning dengan pakaian nya yang sangat heboh.
Gadis kecil dengan rambut panjang terurai bewarna pink dan mata indah hijau emerald yang sedari tadi mengeluarkan air matanya itu melihat kearah wanita tersebut.
"Tapi sakura tidak ingin meninggalkan rumah sakura" ujar gadis kecil itu dengan nada yang begitu lirih.
"Tentu saja kita tidak meninggalkan tempat ini. Bibi, paman, dan Ayumi yang akan menempati rumah ini untuk menemani sakura." wanita itu mengelus rambut sakura sambil tersenyum mencurigakan.
"Bagiamana sakura? Apakah kau setuju?"
"Iya sakura setuju"
"Bagus sekali, tapi sebelum itu sakura harus menulis nama sakura di dokumen yang nanti bibi kasih."
Sakura mengernyitkan dahinya tidak mengerti maksud bibinya itu, kenapa ia harus menuliskan namanya?.
"Untuk apa sakura menuliskan nama sakura bibi?" Tanyanya untuk mencari jawaban atas ucapan bibinya.
"Tentu saja sebagai izin atas menempati rumah sakura, kita tidak bisa sembarangan untuk tinggal dirumah seseorang untuk waktu yang selamanya"
"Tapi setau sakura, hal tersebut tidak ada surat izin untuk itu bibi." jawabannya itu membuat gurumi, wanita berambut kuning itu kesal. Kenapa bocah kecil ini pintar sekali untuk menjawab.
"Tapi sekarang sudah ada sakura, jadi harus ada izin. Jika sakura tidak ingin, bibi tidak bisa tinggal disini. Jadi jalan akhirnya sakura harus tinggal dirumah bibi. Bagaimana?" Tentu saja gurumi harus pintar untuk merangkai kata.
"Baiklah bibi, sakura setuju untuk menuliskan nama di dokumen yang bibi berikan nanti."
Gurumi memeluk sakura dengan erat, tak lupa dengan senyum liciknya yang ia arahkan dimana suami dan anaknya berada.
"Terima kasih sakura"
>.<>.<>.<>.<>.<>.<
5 bulan kemudian
"Sakit ayumi, hentikan, kumohon hentikan." sakura memegangi rambutnya yang sedang ditarik oleh ayumi.
Gadis kecil itu kesal sekali dengan sakura yang selalu membantah ucapan nya, rasanya ia ingin sekali memotong rambut panjang bewarna pink ini.
Ia melepaskan tarikannya di rambut sakura. "Makanya kau harus patuh apa yang sudah ku perintahkan, jangan hanya membantah saja kerjaan mu." ayumi meninggalkan sakura yang menangis sambil memeluk lututnya.
Beberapa bulan ini, semenjak keluarga bibinya tinggal disini dan sakura yang sudah menuliskan dokumen yang diberikan bibinya, ia selalu mendapatkan perlakuan yang kasar oleh mereka.
Ayumi yang selalu menjambak rambutnya hingga beberapa helai rambutnya yang copot, pamannya yang selalu menampar dan memukuli dirinya, dan juga bibinya yang selalu menyeret ia untuk dikurung di gudang. Semua pelayan yang bekerja disini hanya menyaksikan itu dengan diam, tanpa ada yang menolong dirinya.
Kenapa kehidupannya menjadi seperti ini? Ia rindu dengan kehidupannya yang dulu. Disaat ayah dan ibunya masih ada, kenapa ayah dan ibunya cepat sekali meninggalkan nya.
"Sakura rindu kalian" lirih gadis itu.
>.<>.<>.<>.<>.<>.<
KAMU SEDANG MEMBACA
Crying In Silence
Romansa[Sasusaku] Menjadi anak yatim piatu di usianya yang baru menginjak 10 tahun, membuat ia kehilangan arah dalam kehidupan. Keluarga dari pihak ayah maupun ibunya tidak ingin merawatnya. Hingga, keputusan keluarganya dengan menjual dirinya adalah sebua...