Part 14 - Berangkat dengan Arka

5 1 0
                                    

"Hahh!".

Entah sudah berapa kali Kinar mengubah posisi tidurnya, menghela nafas, dan hanya menatap langit-langit kamar dengan matanya yang enggan mengantuk.

Gadis itu bangkit duduk di atas ranjang yang sedikit lebih rendah dari tempat tidurnya.

Ia menyibak selimut dan mendekati meja besar tempat biasa Ayahnya bekerja, Kinar meraih gelas dengan susu hangat yang tinggal setengah itu untuk dia minum lagi.

Kinar rak besar dengan banyak buku yang tersusun rapi, kebanyakan adalah buku tentang tentang ilmu psikologi berbahasa inggris yang tidak Kinar mengerti.

Kinar melangkah mendekati rak besar yang hampir memenuhi seluruh dinding itu, ada beberapa bingkai foto juga di sana. Gadis itu mengambil salah satunya untuk dia lihat lebih dekat, foto sang Ayah yang sedang menggendong seorang gadis kecil bersama dengan para mahasiswa di depan lobby kampus.

Senyum tipis terukir di wajahnya, Kinar meletakkan kembali foto itu lalu melihat yang lainnya. Kinar menuju ke meja besar Ayahnya setelah mengambil salah satu foto untuk dia letakkan di sana.

Gadis itu duduk di kursi kerja di balik meja itu kemudian meletakkan kepalanya di atas lipatan lengan sambil memandangi foto itu.

Foto keluarga dengan pose sang Ayah yang duduk di sofa sedangkan Kinar dan Tio yang berdiri di belakangnya.

Bohong jika Kinar bilang bahwa dia tidak merindukan momen tersebut, lebih tepatnya adalah momen bersama sang Ayah.

Seorang Ayah yang begitu menyayanginya, mendidiknya agar menjadi seorang perempuan yang kuat dan berani.

Kinar mengusap foto tersebut dengan jari telunjuknya, "Yah, Ayu gak bisa tidur" ujarnya seolah mengadu pada sang Ayah.

"Ayu kepikiran soal si itu" lanjut Kinar, "Dia kenapa jadi sok deket sama Ayu? Kenal aja enggak. Ayu gak suka, Ayu takut dia ada maunya. Om Tio juga keliatan akrab banget sama anaknya dia ketimbang sama Ayu yang bawaannya pengen diajak ribut mulu" oceh gadis itu.

Kinar menarik tangannya kembali, "Malam ini Ayu tidur di kamar Ayah, bareng sama buku-buku" ucap gadis itu melirik singkat pada rak buku besar di depannya.

Ia menghela nafas tidak tahu harus mengoceh apalagi agar bisa tertidur, tangannya meraih ponsel yang ada di atas bukunya kemudian mencari nama kontak seseorang untuk dia hubungi di jam yang hampir menunjukkan tengah malam ini.

"Apa?" tanya langsung seseorang diseberang sana saat baru saja panggilan terhubung.

"Kok belum tidur?" tanya Kinar sekedar basa-basi.

"Ngapain juga gue angkat telpon lo kalau gue udah tidur" balas Kenan, "Lagi belajar, lo gak belajar?".

"Belajar mulu" Kinar menarik tubuhnya untuk bersandar pada sandaran kursi yang ia duduki, "Tengah malem ini, tidur sana".

"Kalau gue tidur, lo mau ngobrol sama siapa?" tanya Kenan, terdengar juga suara buku yang sedang dirapikan.

"Siapa aja, temen gue banyak" jawab Kinar sombong diakhiri dengan tawa kecil.

"Ya udah, gue tidur".

"Tunggu!".

Suara tawa Kenan renyah terdengar membuat Kinar sedikit kesal dengan tingkah pemuda itu yang sengaja menggodanya.

"Malam ini gue tidur di kamar Ayah, tapi malah gak bisa tidur" ucap Kinar mengeluh pada Kenan.

"Sini tidur kamar gue, biar gue tidur di sana" sahut Kenan bergurau, "Lumayan tidur di kamar luas".

Cerita KinarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang