Ini dia visual Kakak (Nama) yang aku gambar sendiri menggunakan aplikasi IbisPaint X.
Sejujurnya aku merasa sangat puas dengan hasilnya yang melebihi eskpektasiku sendiri.
Bisa di bilang wajarlah kenapa (Nama) selalu memuji parasnya yang sangat cantik melebihi ani-ani ibu kota. Karena memang cantik banget.
Author approved kecantikan Kakak (Nama) ini.
By the way tolong jangan ada yang nge-repost gambar ini di platform manapun yaa. Aku minta tolong bangett hehe.
~
Tidak ada seseorang yang bilang dari awal kalau kamarku yang dulu sekarang menjadi kamar Halilintar. Anak maupun bapak itu bahkan para pelayan dan orang-orang yang bekerja di rumah ini sekalipun, mereka tidak ada mengatakan apapun tentang itu.
Sampai-sampai aku harus berdebat dulu dengan anak songong itu. Mempertanyakan berbagai alasan kenapa kamarku ini menjadi milik dia sekarang. Sungguh aku bertanya-tanya mengapa kamar ini menjadi miliknya. Padahal harusnya ini kamarku. Kalau ia tidur di kamarku lantas aku tidur di kamar siapa.
Halilintar sungguh menyebalkan. Aku sama sekali tidak mendengar jawaban yang sesuai ekspektasiku dari mulutnya saat ku tanya kenapa kamar ini jadi miliknya.
Itu yang membuatku mengalah. Dengan sekali helaan napas yang sudah teramat lelah dengan hal tadi dan di gabungkan juga dengan masalah pekerjaanku. Semuanya bikin aku capek. Aku sudah tidak bertenaga untuk marah ataupun sekedar meladeninya.
Aku mengalah. Setelah mengatakan, "Oke, maaf. Aku akan pergi dari kamarmu." Aku melenggang pergi dari sana setelah mengucapkan kalimat tersebut terutama dengan menekankan bagian kata di akhir kalimat itu.
Baik, aku akan pergi ke kamar tamu dan beristirahat di sana.
Aku sadar memang tidak mungkin bagiku yang sudah angkat kaki dari tempat ini selama bertahun-tahun berharap masih akan sisahkan kamar tidur. Toh memang aku sendiri yang memilih keputusan ini dan aku juga tidak akan lama di rumah ini karena pekerjaanku di sini hanya berlangsung kurang dari satu minggu.
Aku memanggil salah satu pelayan wanita yang kebetulan sedang berlalu lalang di sekitar tempatku berada. Berhubung aku sudah lupa dengan tata letak rumah dan denah ini yang besarnya seperti manor keluarga malfoy, ku pintalah pelayan itu untuk mengantarku ke kamar tamu. "Hei, kamu yang di sana. Tolong antarkan aku ke kamar tamu."
Pelayan itu senantiasa mengantarkanku ke tempet yang ku minta. Kami pun menuju kamar tamu dengan berjalan kaki selama beberapa menit.
Setelah sampai di kamar tamu yang letaknya bisa di katakan agak jauh dari kamar Halilintar yang merupakan kamarku sebelumnya. Aku pun langsung membanting tubuhku ke tempat tidur begitu sampai di kamar tersebut.
Aku lelah sekali sunguh. Ku tariklah selimut dan menutupi tubuhku dengan itu hingga batas bahu supaya tetap hangat dan nyaman saat tidur. Aku akan memilih tidur sebentar lalu kembali ke hotel sebelum malam tiba. Sebelum tidur aku memutuskan untuk pasang alarm dalam jumlah banyak yang tidak jauh selisih menitnya. Takut-takut aku sulit terbangun dan melewatkan jam yang seharusnya. Setelah itu aku memutuskan tidur karena mataku sudah sangat berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halilintar X Reader | His Obssession
Jugendliteratur"Aku sama sekali tidak pernah menduga kalau akan begini jadinya. Sudah sejak kapan kau seperti ini?" (Nama). "Tidak perlu tau. Terlambat untuk kamu menyesalinya, (Nama)." Halilintar. Ia benar-benar menyesali segala keputusannya yang berhungungan ten...