17

2K 201 20
                                    

Melihat mayat di sekitarnya dengan tubuh yang tidak utuh, anak kecil itu menyeringai puas dengan apa yang sudah dia lakukan. Tapi tiba-tiba dia merasa kalau tubuhnya di angkat dan di gendong seseorang, saat akan marah dia tertegun dengan orang yang menggendongnya, yang ternyata adalah ibunya yang selama ini dia cari.

"Hiks ibu Zav kangen~" manja Zavier sambil menduselkan wajahnya di dada Vea.

"Jangan ninggalin Zav sendirian, Zav mau sama ibu terus" rengek Zavier dengan air mata yang bercucuran, karena dia sangat merindukan ibunya walau hanya di tinggal hampir 3 hari, tapi apapun itu dia tidak mau berpisah dengan ibunya, apapun yang akan terjadi dia ingin terus bersama ibunya.

"Ibu tidak akan ninggalin Zav lagi" ujar Vea sambil mengusap punggung Zavier yang bergetar.

"Ibu ingin tanya sama Zav" lanjut Vea sambil menjauhkan wajah Zavier dari dadanya, sehingga dia bisa melihat mata Zavier yang memerah begitu juga dengan pipinya membuatnya terlihat sangat imut, tapi sayang sifatnya tidak seimut wajahnya kecuali jika bersama Vea.

"Ibu mau tanya apapun akan Zav jawab, asalkan ibu tidak akan tinggalin Zav sendirian lagi" balas Zavier dengan isak tangisnya.

"Kenapa Zav bunuh orang-orang tadi?? Padahal niat mereka baik loh, mereka juga tidak ingin menyakiti Zav" tanya Vea sambil menatap Zavier dengan lembut.

"Zav cuma mau yang datang ibu buat nenangin Zav, tapi ibu tidak datang tapi orang lain, dan itu membuat Zav marah dan akhirnya Zav bunuh mereka" jawab Zavier dengan tatapan polosnya, berharap agar Vea luluh dan tidak memarahinya, padahal Vea tidak akan memarahinya kalau Zavier membunuh orang, karena dia juga sadar kalau dia juga bukan orang baik.

"Masih kecil tapi udah jadi pembunuh" gumam Vea sambil menggelengkan kepalanya.

"Keren kan bu? Jadi kalau ibu ingin bunuh seseorang bilang saja sama Zav, nanti Zav bunuh orang itu" ujar Zav dengan tatapan bangganya.

"Benarkah?"

"Tentu saja, Zav akan lakukan apapun untuk ibu, bahkan Zav rela mengorbankan nyawa Zav sendiri" jawab Zavier dengan serius.

"Kalau begitu coba Zav bunuh ibu" suruh Vea, dan tentu dia tidak serius dengan ucapannya, dia hanya ingin mengerjai Zavier saja.

Mendengar itu, Zavier langsung menggelengkan kepalanya dengan brutal, dan langsung memeluk Vea erat.

"Tidak Zav tidak akan melakukan itu" tolak Zavier.

"Tadi katanya mau melakukan apapun untuk ibu"

"Kalau itu Zav tidak bisa!! Dan karena Zav tidak bisa menuruti permintaan ibu, sebagai gantinya Zav akan mengorbankan nyawa Zav sendiri" balas Zavier sambil membakar tubuhnya sendiri, membuatnya berteriak kesakitan saat merasa panas api menyerang tubuhnya, tapi tentu api itu tidak menyakiti Vea walau Vea sedang menggendong Zavier.

"Zav hentikan" panik Vea tapi api yang membakar tubuh Zavier semakin panas, membuat Vea langsung memeluk Zavier.

"Berhentilah jika tidak ingin Zav kehilangan ibu" ancam Vea membuat Zavier berhenti membakar dirinya sendiri.

"Tidak" lirih Zavier dengan tubuh menegang.

"Jangan lakukan itu lagi, ibu sangat menyayangi Zav, ibu juga tidak mau kehilangan Zav" ujar Vea sambil mencium kening Zavier lama.

"Zav juga menyayangi ibu" balas Zavier sambil memeluk Vea dengan senyum manisnya, tapi jika di lihat lebih teliti Zavier sempat menyeringai walau hanya sekilas.

'Ibu hanya milik Zav! Kasih sayang ibu hanya milik Zav bukan orang lain' batin Zav posesif, bahkan dia tidak sanggup saat memikirkan Vea memiliki anak lain selain dirinya, dan kasih sayang Vea akan terbagi, atau mungkin Vea akan membuangnya saat melahirkan anak kandungnya, tanpa sadar wajah Zavier menjadi tegang bahkan pelukannya kepada Vea semakin erat, tapi tidak lama Zavier bisa mengontrol dirinya lagi dan menatap Vea dengan tatapan khas anak kecil.

"Ibu haus" rengek Zavier sambil berusaha membuka baju Vea, dan saat terbuka Zavier langsung menyambar puting Vea dan menyusu dengan rakus, sedangkan Vea hanya membiarkan saja tingkah Zavier yang kekanakan saat bersama dengannya.

*****

Sedangkan Xavier sedang di bawa ke sebuah istana yang sangat minim pencahayaan, tapi karena Xavier bisa melihat di kegelapan, dia bisa melihat kalau keadaan luar istana itu di penuhi tumbuhan liar dengan halaman yang tidak terawat, tapi itu tidak membuat Xavier takut, karena sekarang pikirannya hanya tentang Vea, dia sangat rindu dengan Vea, dan ingin menemui Vea, memeluknya, menciumnya, tidur bersama, dan banyak lagi.

"Sebentar lagi, tuan akan mendapatkan tubuh untuk jiwanya" ujar salah satu dari mereka dengan nada bahagia.

"Benar, pasti tuan bahagia karena kita mendapatkan orang yang memiliki tubuh istimewa" sahut yang lain.

Saat merasa orang yang membawanya berhenti, Xavierpun ikut berhenti, bahkan dia tidak peduli dengan mereka saat membawanya ke suatu ruangan gelap yang udaranya sangat dingin,  karena rasa rindunya pada Vea yang besar, dia tidak peduli dengan sekitarnya, sampai sebuah suara berhasil mengalihkan pandangannya ke asal suara.

"Bagus, kalian melakukan tugas kalian dengan bagus dengan membawa tubuh istimewa itu untuk menjadi tubuhku!! Bahkan tubuhnya jauh lebih bagus daripada tubuh dewa dan dewi di sini" puji sosok hitam yang tidak mempunyai bentuk itu atau lebih mirip asap hitam itu sambil terbang di atas mereka.

"Sebentar lagi tubuhmu akan menjadi tubuhnya" ujarnya sambil mendekat ke arah Xavier dan memutari tubuh Xavier.

"Kau tidak berhak!! Hanya Vea yang berhak atas tubuhku" balas Xavier sambil menatap sosok itu dengan sinis.

"Setuju atau tidak, aku sama sekali tidak peduli, yang aku pedulikan hanya tubuhmu yang akan menjadi milikku"

"Dan jika itu terjadi maka aku bisa menguasai dunia dewa ini"

"DAN AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN TUBUHKU UNTUKMU SIALAN!! HANYA VEA YANG BERHAK ATAS TUBUHKU INI" bentak Xavier sambil berusaha melepaskan dirinya dari orang-orang yang menangkapnya tadi.

Setelah berhasil, Xavier terbang menuju ke arah sosok itu, tapi saat akan menyerangnya, tubuh Xavier terlempar jauh sampai menarak dinding di sana sampar hancur.

"Kau lemah" ejek sosok itu, membuat Xavier diam karena dia mengakui kalau dirinya sangat lemah di sini.

"Kau ingin kuat?" tanya sosok itu, membuat Xavier sedikit tertarik.

"Maka kau harus setuju kalau jiwaku ada di tubuhmu, maka aku bisa membuatmu menjadi kuat, dan aku mempunyai tubuh untuk jiwaku, jadi itu sangat menguntungkan bukan?" tawar sosok itu.

Melihat Xavier yang masih ragu, sosok itu mencoba membujuk Xavier lagi.

"Aku tahu kalau Vea yang berhak atas tubuhmu!! Tapi pasti dia tidak suka saat orang yang di sayanginya di pukul tanpa bisa membalas pukulan itu, pasti dia akan sedih dan menangis-" belum sempat dia berbicara, Xavier dengan cepat memotong perkataannya.

"Baiklah aku setuju" balas Xavier cepat, karena dia tidak ingin Vea menangis karena dirinya.

Mendengar jawaban Xavier, sosok itu tersenyum puas, dalam hati dia bersyukur karena Xavier sempat menyebutkan nama Vea, dan itu membuatnya yakin kalau nama Vea akan berguna untuk membujuk Xavier, dan ternyata pikirannya itu benar.

"Tapi kau tidak boleh melakukan hal yang membuat Vea marah, saat menggunakan tubuhku" lanjut Xavier, membuat sosok itu terdiam seketika, bahkan dia tidak bisa berkata-kata lagi.

Vea~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang