2️⃣7️⃣

2.6K 63 5
                                    

Felix yang baru selesai melaksanakan meeting membuka handphone miliknya yang sejak tadi dia senyapkan agar tak mengganggu jalannya meeting. Melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Vero entah mengapa membuat hati Felix gelisah dan tanpa berlama-lama, Felix menelepon balik sahabatnya.

"Ada apa, Vero? Tumben telepon?"

Rena kecelakaan, Lix.

Deg!

"D ... di mana posisi kalian saat ini?"

Rumah Sakit Rona Wijaya

Tut.

Felix beranjak cepat dari duduknya menyambar jas dan kunci mobil untuk segera sampai rumah sakit, Felix menjalankan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata tak mengacuhkan amarah pengendara lainnya, yang terpenting sekarang adalah keadaan Rena dan anak mereka.

"Sial!" umpat Felix ketika terjebak macet.

Entah apa yang terjadi di depan sana sehingga terjadi macet parah seperti ini, dengan penuh emosi Felix menekan klakson mobil berkali-kali ketika mobil di hadapannya tidak bergerak sedikitpun. Waktu terus berjalan, jika seperti ini terus, akan lama bagi Felix untuk sampai ke rumah sakit.

Felix mulai uring-uringan, kesal, marah, dan khawatir bercampur menjadi satu, karena tak tahan akan kemacetan parah, akhirnya Felix lebih milih keluar mobil dan berniat untuk lari saja menuju rumah sakit, tetapi niat itu dia urungkan kala tatapannya terarah pada Zico yang tengah mengendarai motor di seberang.

"Zico!"

Zico yang merasa terpanggil menghentikan laju motornya dan menatap sosok Felix, "Felix, ada apa?"

"Pinjam motor kamu, boleh? Saya harus segera ke rumah sakit, tetapi mobil saya terkena macet, bisa saya pinjam motor kamu?"

"Bisa, memangnya siapa yang sakit?"

"Rena kecelakaan, saya harus ke rumah sakit Rona Wijaya untuk melihat keadaannya, saya khawatir, bisa kita tukar kendaraan?"

"Nih!"

"Terima kasih!"

Felix mulai menancap gas melajukan motornya menyalip setiap kendaraan di hadapannya, bahkan Felix memasuki semua jalan tikus yang ada untuk segera sampai di rumah sakit dalam lima menit.

Setelah sampai di rumah sakit, Felix memarkirkan motornya asal dan meninggalkan motor Zico begitu saja tanpa peduli bahwa motor tersebut belum Felix kunci setir agar tak digondol pencuri.

"Vero! Bagaimana keadaan Rena dan anak kami?"

Vero dengan wajah sendunya memeluk Felix erat dan menepuk bahu sahabatnya, "Selamat! Jagoan kamu sudah lahir, Felix!"

Deg!

"Ja ... jagoan kami ... sudah lahir? Ka ... kamu serius, Vero?"

"Aku serius, dua menit lalu dia telah berhasil lahir dengan  sehat dan selamat tanpa kekurangan apa pun."

"Alhamdulillah, ya Allah ... terima kasih, ya Allah ... terima kasih ..., " syukur Felix meneteskan air mata.

Ceklek.

Oeeee ... oeee ... oeeee ....

"Jagoan Papa!"

Riska yang tengah menggendong bayi laki-laki itu tersenyum dan membiarkan Felix mengambil alih 'tuk mengadzaninya. Suara Felix yang begitu merdu nan sentuhannya yang begitu lembut penuh kasih berhasil menenangkan sang jagoan yang terus menangis sejak menatap dunia fana ini.

Memang benar, ikatan antara orang tua dan anak sangatlah kuat, kita tak dapat menampik kenyataan itu. Felix memberikan kembali jagoannya pada Riska agar dibersihkan terlebih dahulu sebelum kembali dalam pelukannya.

Felix menoleh ke arah Rena yang tak sadarkan diri akibat obat bius yang disuntikkan padanya, "Terima kasih sudah memberikan aku jagoan yang tampan, Baby ... maafkan aku ... maaf ... harusnya aku tidak melakukan hal buruk padamu, Baby ... maafkan aku ..., " ucap Felix mengelus kepala Rena.

"Maaf, Pak, kami harus memindahkan Ibu Rena ke ruang rawat dan setelah bayi kalian selesai dibersihkan, akan kami antar ke ruangan ibunya," sela salah satu perawat yang membantu dokter Riska melakukan operasi.

"Baik, silakan!"

Perawat tersebut mengangguk dan mulai menjalankan tugasnya, Felix kembali menemui Vero dengan Zico yang baru saja datang menunggunya di depan ruang operasi.

Maaf ya guysss aku gatau kalau habis operasi dan bayinya lahir tuh si suami adzani bayinya di mana, mohon koreksi jika ada kesalahan.

"Vero, bisa kita bicara?"

"Papa!"

Felix melihat Cila yang ternyata sejak tadi berada di sana bersama Vero, "Cila, maafkan Papa yang melupakanmu, Sayang ... Papa panik tadi sehingga Papa tidak melihat keberadaan Cila, maafin Papa, ya?"

"Gak papa, saat ini memang keadaan Mama dan adik yang penting, di mana adik, Pa? Om Vero bilang adik udah lahir," sahut Cila menatap ke belakang Felix.

"Adik Cila ada kok, lagi dimandikan sama bu dokter dan nanti akan bu dokter bawa ke ruangan mama."

"Alhamdulillah."

Felix tersenyum dan kembali menatap Vero setelah membawa Cila ke gendongannya, "Gimana kronologi ceritanya, Ver? Kenapa Rena bisa kecelakaan dan harus melahirkan sebelum waktunya?"

"Aku juga gak tau, Felix. Pas aku lagi perjalanan pulang, aku melihat jalanan ramai dan ketika aku lihat ... Cila ada di sisi Rena yang setengah sadar dengan darah menggenang di sekitarnya."

"Kecelakaan seperti apa yang menimpa Rena sampai keadaan Rena memprihatinkan?" gumam Felix berpikir keras.

"Ah, ya ... aku juga lihat mami ada di sana juga, tapi dia cuma diam aja gak buat apa pun," tukas Vero setelah lama berpikir.

"Mami?"

Tatapan Felix terarah pada Cila yang mulai menampakkan wajah tak mengenakkan, "Cila Sayang, ada apa, Nak?"

"Cila gak suka sama oma Rita!" seru Cila dengan mata berkaca.

"Kenapa, Sayang? Bukannya oma baik sama kamu, heum? Dia sering kan, ajakin kamu jalan dan belikan kamu jajan?" tanya Felix berusaha mengetahui hal yang tak dirinya ketahui.

"Oma memang baik sama Cila, tapi oma jahat sama adik dan mama!"

Deg!

Zico mendekat 'tuk berlutut di hadapan gadis cilik yang mulai mengeluarkan cairan bening dari kelopak matanya, "Memangnya apa yang oma lakuin sama mama dan adik?" tanyanya.

"Oma suka jahatin mama, dia suka kasarin mama, dia suka pukul mama, dia suka bandingin mama sama Mommy, Pa ... bahkan ... bahkan oma bikin perut mama membentur tembok wastafel, mama kesakitan, Papa ... Om ... mama nangis sambil pegang adik ...  Oma gak peduli, Papa ... Oma tetap lukain mama .... "

Deg!

"Terus ... tadi mama ditabrak mobil karena selametin oma dan Cila, tapi oma malah diam aja tanpa niat bantu mama, Pa ... Om ... Cila benci oma ... Cila gak suka oma ada di sekitar mama, adik, dan Cila ... Oma jahat ... Oma gak sayang mama sama adik ... Cila gak mau oma ada di sini!"

Deg!

Felix, Zico, dan Vero tertegun mendengarnya, Felix mengepalkan tangannya kuat disertai tatapan penuh amarah membara, tetapi Felix berusaha menahan emosinya karena dia sadar, saat ini Cila sedang bersamanya dan Felix tak ingin Cila melihat amarahnya.

Vero dan Zico yang menyadari kemarahan Felix langsung beranjak untuk mengajak Cila pergi agar Felix dapat menenangkan diri sekaligus meluapkan emosi, pria itu dapat meluapkannya tanpa ada Cila yang melihat emosi papanya.

Tbc?

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang