caramel frappuccino

136 9 0
                                    

Jimin menatap sendu sebuah cafe langganan di hadapannya. Dirinya hari itu ingin sekali minum kopi seperti sebelumnya, tetapi papan pengumuman di sebelah pintu cafe tersebut tertulis, 'buka pukul 10.00-16.00'.

Jimin pasrah melihat jam tangannya karena waktu sudah menunjukkan pukul 15.45.
Pasti sebagian karyawan sudah beberes dan bersiap pulang. Dirinya menyesal datang terlambat hari ini.

Jimin membalikkan badan, pergi ingin melanjutkan pulang. Tetapi, teriakan dan tepukan tangan di bahunya membuatnya berhenti dan menatap salah satu karyawan cafe tersebut di depannya.

"Kakaknya mau masuk?" Tanya karyawan tersebut tersenyum ramah.

Jimin mengintip dari jendela kaca yang menyelimuti hampir separuh toko, terlihat beberapa karyawan sudah berganti seragam dan bersiap pulang.

Jimin menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, Kak. cafenya sudah mau tutup, saya bisa kesini lain kali." Tolak Jimin tidak enak hati.

"Cafe kami masih ada waktu lima belas menit sebelum tutup, Kak. Saya bisa melayani, kok." Tawarnya kukuh.

Jimin hanya tersenyum. "Besok saja, deh. Saya mampir lagi kesini. Atau saya boleh request pesanan seperti biasa, deh." Tawar Jimin.

Karyawan di depannya yang hafal sekali bahwa setiap sore Jimin selalu mampir di cafenya, menganggukkan kepalanya.

"Nih, saya bayar dan titip uangnya ke kakaknya dulu, ya?" Ujar Jimin sembari menjulurkan beberapa lembar uang.

Karyawan cafe tersebut menerimanya dan kembali bertanya, "boleh minta nomor kakaknya, ngga? Biar kalau kakaknya kesini tidak perlu menunggu. Jika kakaknya ingin mengambil pesanan, saya bisa langsung buat, dan kakaknya bisa langsung ngambil, bagaimana?".

Tawaran karyawan tersebut disetujui oleh Jimin dan keduanya saling bertukar nomor ponsel.

"Ngga usah pake 'kak', simpan saja 'Jimin'." Ujar Jimin.

"Baik, Jim. Punya saya simpan juga 'Taehyung' saja."

"Saya pamit dulu, ya." Ujar Jimin berlalu pergi.

"Oi, Bang! Kita pulang duluan, ya!" Teriak Yeonjun dan Jake dari belakang.

Taehyung menoleh. Menatap marah keduanya karena tinggal dirinya, Hoseok, dan Yoongi di dalam. Yeonjun dan Jake kabur agar tidak perlu menunggu cafe terkunci semua.

Keesokan harinya, ternyata Jimin berhalangan tidak bisa hadir. Jadinya Taehyung masih belum bisa membuatkan pesanan yang biasa Jimin pesan.

Begitupun dengan esoknya. Jimin mengatakan, bahwa keluarganya ada yang sakit. Jadinya, kemungkinan Jimin tidak bisa mampir ke cafe tersebut dalam beberapa hari.

Hingga hampir dua bulan lamanya, pesanan Jimin masih belum bisa diambil. Jadinya, Taehyung harus menyimpan uang Jimin dengan baik dan selalu memantau balasan Jimin tentang pesanannya ini.

Tetapi, tiga minggu kemudian, semua chat dari Taehyung tidak ada jawaban. Dibuka untuk dibaca pun tidak. Meskipun Taehyung berusaha menghubungi Jimin tetap tidak ada jawaban meskipun statusnya berdering.

Genap tiga bulan lamanya, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Jimin di sore hari. Tepat saat Taehyung bersiap untuk pulang dan mengunci pintu cafe.

"Jimin! ASTAGA! Kamu kemana saja akhir-akhir ini!?" Taehyung refleks berteriak kegirangan karena orang yang selama ini ia tunggu, tiba-tiba menghubunginya.

"Mohon maaf sebelumnya, apakah ini benar dengan saudara Taehyung sesuai dengan nama kontak yang tertera di ponsel Kakak saya?" Jawab seseorang di seberang telepon tersebut.

Taehyung terdiam, dirinya gagap mengiyakan pertanyaan orang asing didalam panggilan tersebut.

"Mohon maaf sebelumnya, boleh saya panggil Kak Taehyung? Jadi begini, Kak. Saya Jungkook, adik kandung dari Kak Jimin. Saya minta maaf karena baru bisa berani membuka ponsel kakak saya yang baru saja meninggal satu bulan yang lalu dan menjawab semua pesan dari teman-temannya—"

"Tunggu! Tunggu sebentar! Apa? Maksudmu itu, Jimin yang me.. meninggal?" Sela Taehyung tidak percaya.

"Iya, Kak. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena baru bisa mengabari Kakak. Satu bulan yang lalu kakak saya meninggal karena penyakit bawaannya, Kak. Saya disini baru berani membuka semua pesan kak Jimin, karena selama beberapa minggu ini saya fokus dengan beberapa dokumen, catatan, dan gambar yang Kak Jimin tinggalkan di ponselnya. Saya juga ingin mengkonfirmasi apakah ada kesalahan, hutang, atau apapun yang kakak saya tinggalkan sebelumnya? Atau tanggungan apapun?" Terang Jungkook dari seberang telepon.

Taehyung menelan ludahnya. Dirinya seketika membuka dompetnya dan pertama kali membuka lipatan uang yang terakhir Jimin berikan. Ternyata uang tersebut ada coretan kecil.

Kalau saya ngga ngambil, kasih ke adik saya. Itu minuman favoritnya.

Mata Taehyung berembun membaca catatan di salah satu lembar uang tersebut.

"Kak?"

Panggilan Jungkook memecah keheningan isak tangis Taehyung yang ditahan.

"Kamu suka Caramel Frappuccino, Kook?" Tanya Taehyung mengabaikan pertanyaan Jungkook.

Jungkook terdiam beberapa saat dan menjawab, "iya, benar, Kak. Ada apa, ya?" Tanya Jungkook tidak mengerti.

"Kakak kamu sudah hampir setengah tahun menjadi langganan di cafe teman saya dan selalu memesan satu minuman yang sama, Caramel Frappuccino. Sekitar tiga bulan yang lalu, kakak kamu telat datang dan tepat saat itu cafe kami mau tutup. Tapi, saya yang hafal kakak kamu, mau melayani pesanannya. Tapi, dia hanya menitip uang buat bayar minumannya dan bilang untuk diambil besok, karena memang situasi kami saat itu sudah bersiap untuk pulang. Dan saya baru sadar, uang yang kakak kamu titip itu, ada catatannya, kalau pesanannya selama ini, ternyata minuman favorit kamu," Terang Taehyung panjang lebar.

Tangis Jungkook pecah seketika. Dia menangis mendengar setiap penjelasan yang Taehyung berikan.

"Maaf ya, Kak! Saya ngga tau mau bagaimana, karena setiap saya balas pesan teman-teman Kak Jimin, pasti ada saja kejutan yang sepertinya sudah dia siapkan untuk saya." Ujar Jungkook setelah sedikit tenang.

Taehyung juga merasa sedih mendengar cerita tersebut.

"Terimakasih atas waktunya ya, Kak. Besok saya akan ambil pesanannya dan kirim alamat cafenya. Untuk sebelumnya, boleh saya minta tolong untuk simpan uang yang dititip Kak Jimin ngga, Kak? Uangnya mau saya simpan, nanti saya ganti."

"Boleh, tidak apa-apa. Saya turut berduka cita, ya. Sampai jumpa besok."

Setelah panggilan berakhir, Taehyung menghela nafasnya berat. Sungguh, beruntung sekali adik Jimin tersebut.

JIMIN SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang