𝟎𝟓. 𝐍𝐞𝐰 𝐃𝐢𝐬𝐞𝐚𝐬𝐞

5.4K 124 12
                                    

Sedari Lean di pindahkan ke ruang rawatnya, Axelen terus menemani kekasihnya. Tangannya yang terbebas dari alat-alat medis ia usap. Pria itu pun menilik tubuh rapuh kekasihnya.

Ventilator masih belum di lepas karena alat itu masih di butuhkan Lean. Beberapa kabel elektroda juga masih mencuat dari baju pasien yang ia kenakan. Manset tensi dan oxymeter terpasang apik di lengan atas dan jari telunjuknya untuk meninjau saturasi oksigen dan tekanan darahnya.

Ini hanya check-up, tetapi Lean melakukan prosedurnya dengan berbeda. Bukannya nampak terlihat lebih sehat, ia malah terlihat semakin ringkih.

"Eungh ...."

Lean meleguh, matanya mengerjap berusaha membukanya.

"Jangan di paksa, lanjutkan saja tidurmu dengan nyanyak karena kau pasti sangat kelelahan," ucap Axelen dengan lembut, ia pun membelai rambut Lean yang terlihat lepek.

Dan nampaknya Lean kembali tertidur, Axelen pun mengangkat kedua ujung bibir nya. Ia mendekatkan bibirnya pada kening sang kasih, kemudian ia mendaratkan satu kecupan yang amat lama.

***

Pagi menyapa, Lean sudah bangun sedari tadi karena merasakan sesuatu yang tidak nyaman di tenggorokannya. Pria itu terus mengeluarkan suaranya yang tidak jelas, ia meminta agar alat itu dibuka.

"Nanti aku panggilkan Dominic untuk membuka selang itu, sekarang Dominic masih sibuk dengan pasien yang lain," ujar Axelen memberikan pengertian.

Lean memutar matanya malas, di rumah sakit ini Dokter tidak hanya Dominic!

Tak di sangka, pintu ruang rawat milik Lean terbuka. Menampilkan sosok dengan perawakan tinggi meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Dominic tersenyum pada Lean dan Axelen.

"Cepatlah buka selang itu, dia tidak bisa diam," ujar Axelen pada Dominic. "Padahal aku suka melihatnya mengunakan benda itu," lanjutnya dalam hati.

Dominic memanggil beberapa perawat dan menyiapkan alat-alat untuk membuka selang tersebut.

Perawat mulai menginterupsikan Lean agar tetap rileks.

"Tenanglah," ucap Dominic. Lalu, dokter itu melepas selang tersebut dengan perlahan-lahan.

Wajah Lean memerah, ia merasa mual. Bahkan saat selang itu keluar ia mengeluarkan liur dan sedikit isi lambungnya yang hanya cairan.

"Uhuk ... uhuk ... uhuk ...." Lean terbatuk dengan hebat.

Dominic mengusap punggung lemah itu, dan perawatpun mulai memasangkan oxygen mask pada Lean agar pria itu tetap bernapas.

"Axelen, setelah ini datanglah ke ruanganku. Ada yang ingin aku sampaikan tentang kondisi kekasihmu itu," ujar Dominic.

Axelen mengangguk, dan Dominic pun berlalu.

Axelen mendekatkan dirinya pada Lean. "Aku akan ke ruangan Paman Dominic, nanti Anne akan datang untuk menemanimu," ucapnya seraya mengecup dahi Lean.

Lean memejamkan matanya, ia pun mengangguk.

***

Sekarang Axelen sudah berada di ruangan Dominic. Kini pria berbeda usia itu sudah saling berhadapan.

𝐇𝐞𝐥𝐩𝐥𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang