Di malam yang gelap dengan penuh kesunyian, malam ini cahaya bulan bersinar sangat terang, jalanan yang tanpa pencahayaan terlihat terang dibawah lindungan sinar rembulan. Sudah pukul 23:35 WITA namun aku masih terjaga dari tidurku, entah apa yang membuat tidur ku terjaga malam ini.
“Ahh, kenapa aku tidak bisa tidur. Ngantuk sih tapi ni mata gak bisa di ajak kerja sama, setiap merem pasti aja gak ngantuk lagi” Keluhku kesal.“Aduh apa-apaan sih ni mata gak bisa diajak kompromi, aku wes nguantuk poul” Semakin kesal aku mengucek-mengucek mataku.
“Apa aku nonton film horor aja yaa biar gak bosan, hmm iya deh mending nonton film horor aja” Kataku spontan, entah darimana aku bisa berfikir untuk menonton film horor malam ini.
Aku pun dengan sesegera mungkin membuka laptop ku untuk menonton film horor, aku menatap laptop ku sejenak karena aku tidak tau film horor apa yang ingin ku tonton. Ahh jujur saja aku tak tau banyak tentang film horor, lebih tepatnya aku jarang sekali menonton film horor.
“Ahh aku tau, kayaknya nonton Sijjin aja deh” Aku dengan cepat langsung mencari film itu di laptop ku, dan baru saja aku melihat thumbnail film tersebut bulu kudukku langsung berdiri.
“Tapi rada-rada ngeri yaa nonton film horor malam-malam, ah biarlah daripada bosan” Kataku merinding, setelah itu tanpa basa-basi aku langsung saja menonton film tersebut.
.
.
.
.Sialan! Baru beberapa menit aku menonton film ini aku sudah sangat ketakutan, argh bagaimana ini. Di tengah-tengah kebigunganku tiba-tiba terlintas di kepalaku untuk menelfon salah satu teman karibku.
“Hallo Jaendra” Ujarku melalui telfon genggam milik ku.
“Iyaa hallo Ga, kenapa nelfon malam-malam?” Sahut Jaendra kebingungan.
“Hehehe gapapa sih cuman gini aku lagi nonton film horor sebenarnya cuman aku takut jadi aku nelfon kamu biar di temanin” Kataku sambil cengengesan, jujur saja aku malu jika harus mengakui bahwa aku sedang ketakutan karena menonton film horor.
“Yaelah laki kok penakut, cemen banget” Jaendra mengejekku dengan nada bicara yang benar-benar tengil, hal itu tentu membuatku emosi.
“Heh! Mulut tak tampol yaa, udah ah kamu diem aja gausah banyak bacot tinggal temanin aja dulu bentar kok ribet banget sih” Sahutku.
Jaendra terkekeh sebentar mendengar perkataanku “Yaa iyaa, santai dong kayak cewe aja marah-marah” Katanya yang semakin membuatku emosi.
“Bisa gak sih gak usah ngejek-ngejek, udah ah aku mau lanjut nonton aja” Kesalku karena Jaendra terus saja mengejekku.
Setelah perdebatan yang terjadi antara aku dan Jaendra aku pun lanjut memfokuskan pandanganku ke arah laptop, tapi sekarang aku di temani oleh teman ku.
Ahh iyaa aku lupa memperkenalkan diri, perkenalkan aku Kalingga Sebasta Caiden, dan temanku Jaendra Kaivan Niscala. Aku dan Jaendra sudah bersahabat sejak kami masih duduk di bangku kelas 3 SD hingga sekarang kami sudah duduk di bangku kelas 2 SMA.
Orang-orang terdekat kami selalu memanggil kami dengan sebutan anak kembar beda janin, jujur saja awalnya kami memang tidak suka dipanggil seperti itu tapi berselangnya waktu kami mulai terbiasa dengan sebutan dari orang-orang yang memanggil kami anak kembar beda janin itu.
Cukup dengan perkenalannya, saat aku sedang asik menonton film yang tengah ku tonton tiba-tiba saja aku merasakan seperti ada seseorang yang memperhatikan ku dari jendela kamarku, seketika badan ku merinding tak karuan. Akhirnya aku mencoba untuk mengajak Jaendra berbicara agar aku tidak merasa lebih takut lagi.
Aku melirik ke arah telfon genggam milikku “Jaendra kamu masih bangun?” Tanyaku yang masih dengan kondisi ketakutan.
“Iyaa kenapa?” Jaendra menyahut sambil bertanya balik kepadaku.
Lega sekali karena ternyata Jaendra belum tidur “Ajakin aku ngomong dong biar gak takut” Ucapku malu-malu.
“Ngomongin apa coba malam-malam gini”
“Yaa apa aja lah, aku takut….” Ucapku dengan perasaan gelisah.
“Yaelah makanya kalau penakut gak usah sok-sok’an mau nonton film horor” Jaendra lagi-lagi mengejekku.
“Ahh ribet banget sih tinggal ajakin ngomong aja apa susahnya sihh” Balasku.
“Yaa ku usahain ngajakin kamu ngomong, soalnya aku dah ngantuk ini” Jawab Jaendra.
“IYAA JAENDRA KAIVAN NISCALA” Ucapku dengan suara yang cukup nyaring.
“Suara mu bisa kecilin gak sih, bikin kaget orang aja” Ucap Jaendra yang kemudian mengarahkan telfon genggam miliknya ke arah wajahnya.
Aku jadi merasa tak enak dengan Jaendra “Yaa sorry, dih ngapain kamu nunjukkin muka sok kegantengan banget” Sahutku sembari mengejek Jaendra.
Ia semakin menunjukkan wajahnya di depan layar hpnya “Cih aku emang ganteng, kamu gak tau aja aku ini idaman adek-adek kelas kita” Balas Jaendra.
Mendengar perkataanya itu membuatku merinding sekujur tubuh “Dih mana ada yang mau ngeidamanin kamu Jae Jae. Ke pd’an banget sih jadi orang” Ucapku.
“Halah kamu aja gak tau, udah banyak ade kelas yang ku tolak” Jawab Jaendra dengan perasaan bangga.
“Idihh sok jual mahal banget” Celetuk ku.
“Udah ah sana lanjutin tontonan mu itu, aku jagain dari sini” Ucap Jaendra.
“Dih emang kamu pahlawan sok-sok’an mau ngejagain aku, ketemu kucing aja lari” Sahutku.
“Yaa kan kalau itu kucing, kamu kan tau aku geli sama kucing” Katanya mengeles.
Aku memutar bola mataku malas “Iyaa’in aja lah, tapi kok bisa kamu geli sama kucing sih?” Tanya ku kepada Jaendra.
“Gak tau juga sih aku” Sahut Jaendra.
“Ouhh” Ucapku.
Setelah cukup lama berbicara dengan Jaendra aku mulai fokus kembali menonton film yang tengah ku tonton. Namun saat aku kembali mulai fokus menonton film horor yang saat ini tengah ku tonton, aku dapat merasakan kembali ada seseorang yang sedang melihat ku di balik jendela kamarku.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk menoleh ke arah jendela kamarku untuk memastikan apa memang ada seseorang yang sedang memperhatikan ku atau hanya perasaan ku. Saat aku melihat ke arah jendela kamarku, aku tidak dapat menemukan seseorang sedang memperhatikan ku.
Aku cukup lega karena ternyata itu hanya perasaan ku saja. Setelah itu aku pun kembali melanjutkan kegiatan menonton ku, namun belum sempat aku melanjutkan kegiatan menonton ku tiba-tiba saja Jaendra mengatakan suatu hal yang membuat ku bergidik ngeri.
“Yang di jendela gak usah di hirauin, dia cuman iseng aja” Ucap Jaendra secara tiba-tiba.
Mataku terbelalak ”HAH!” Ucapku yang terkejut.
“Iyaa biarin aja yang ada jendela” Sahut Jaendra.
Aku semakin dibuat bingung oleh Jaendra “Apa maksudmu?” Tanya ku kepada Jaendra.
Jaendra menatap ku dengan cukup tajam “Udah gak usah diharuin lanjutin aja nonton nya, kalau film nya udah selesai langsung tidur aja yaa” Kata Jaendra, sambil memberikan ku jempol.
“O-oh oke” Jawabku dengan gagap, bagaimana tidak perkataan Jaendra barusan membuatku sangat takut.
Aku pun melanjutkan nonton ku dengan perasaan yang sedikit was-was karena mendengar ucapan Jaendra itu. Yaa siapa sih yang gak was-was kalau ada yang ngomong begitu, jujur aku ingin berhenti menonton tapi aku masih penasaran dengan ending nya.
.
.
.
.
Akhirnya film yang tengah ku tonton telah selesai, kemudian aku buru-buru untuk menyimpan laptop ku ke tempat awalnya. Setelah aku menyimpan laptop ku aku langsung bersiap-siap untuk tidur, tapi sebelum aku tidur aku ingin mengucapkan terimakasih kepada Jaendra karena telah menemaniku menonton film horor.
“Jaendra, film nya udah selesai nih” Ucapku kepada Jaendra.
Jaendra menoleh ke arah telfon genggamnya “Yaudah buruan tidur sana” Sahut Jaendra.
“Iyaa, makasih yaa udah mau nemanin aku nonton film horor nya” Ucapku sembari mengarahkan telfon genggam milik ku ke arah wajahku kemudian tersenyum kepada Jaendra.
“Iyaa sama-sama Ga” Balas Jaendra, "Lain kali gausah nonton film horor tengah malam lagi” Sambungnya
Aku cengengesan sambil menggaruk tengkuk yang tak gatal “Iyaa iyaa Jae” Kataku
Kemudian aku pun mengakhiri pembicaraan ku dengan Jaendra lalu pergi tidur, namun sebelum itu aku membereskan laptop milikku yang baru saja ku pakai. Setelah selesai aku mulai memejamkan mataku secara perlahan agar tertidur, beberapa menit setelah aku memejamkan mataku aku pun telah tertidur dengan lelap. Untung saja saat aku tidur tidak ada hal-hal yang membuat tidur ku terganggu.
.
.
.
.
Keesokan harinya aku terbangun karena terik matahari menyinar wajahku, awalnya aku menghiraukan terik matahari yang tengah menyinari wajahku. Namun saat aku mendengar suara ketukan dari balik pintu kamarku dan teriakan seorang wanita yang merupakan ibuku itu pun aku bergegas untuk bangun kemudian membuka kan pintu untuk ibuku.
Senyuman terukir dari bibirnya “Akhirnya ibu di buka kan pintu sama kamu nak, nak” Ucap ibuku
Aku menyeringai saat melihat sosok ibuku“Hehehe maaf yaa bu, Lingga baru bangun soalnya” Balasku malu-malu
“Yaudah sana gih mandi, nanti kamu terlambat lagi datang ke sekolahnya” Kata ibuku sambil menepuk pundakku.
“Siap bu bos” Sahutku dengan gaya hormat kepada ibuku.
Ibuku yang melihat kelakuan ku itu hanya mampu terkekeh kecil, aku yang melihat ibuku terkekeh itu pun juga terikut terkekeh.
“Udah sana buruan mandi” Ucap ibuku.
Aku menoel pergelangan tangan ibuku “Iyaa ibuku sayang” Sahutku sembari memberikan senyuman manis kepada ibuku
Setelah itu ibuku pun pergi meninggalkan ku, aku bergegas mandi sebelum ibuku mengomeli ku. Sebelum pergi mandi aku mengambil handuk ku terlebih dahulu, setelah mengambil handuk ku aku segera pergi ke kamar mandi.Saat di dalam kamar mandi aku terus saja memikirkan omongan Jaendra tentang sesuatu yang ada di balik jendela kamarku, sebenarnya ada apa? Bagaimana Jaendra bisa tau tentang sesuatu yang ada di balik jendela kamarku, sedangkan aku tidak memberi taunya.
Aku mencoba untuk tidak terlalu menghiraukan kejadian yang semalam terjadi, kemudian aku pun melanjutkan kegiatan mandi ku karena tidak mau berlama-lama’an di dalam kamar mandi.Selang beberapa menit pun aku telah menyelesaikan mandi ku, kemudian aku bergegas pergi ke kamar ku untuk mengenakan seragam sekolahku.
Setelah selesai mengenakan seragam sekolahku, aku turun kebawah untuk berpamitan kepada ibuku, namun sialnya ditengah tangga aku hampir saja terjatuh karena tersandung kakiku sendiri.
“Shh aduh” Ringisku, namun aku tetap melanjutkan langkah ku menuju ke bawah.
Sesampainya di bawah aku suda bisa melihat ibuku yang tengah sarapan di meja makan, segera aku menghampirinya untuk berpamitan.
“Ibu Lingga pamit yaa” Kataku sambil mencium tangan ibuku.
Dengan bingung ibuku bertanya “Loh nak gak sarapan dulu?”
Karena terburu-buru aku hanya menggelengkan kepala ke ibuku, ibuku yang melihat itu pun hanya menghela nafas panjang. Di teras rumah aku memakai sepatuku kemudian aku menghampiri motorku, kemudian aku langsung saja mengendarai motorku untuk menuju ke sekolah..
.
.
.
hai-hai semuanya tungguin alur cerita yang selanjutnya yaa🤍🤍
sampai jumpa lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
KALINGGA S.C
Teen FictionKetika kamu kini merasa mulai kehilangan arah, percayalah tuhan akan selalu mengirimkan orang-orang yang akan menuntun mu, tak perlu merasa takut jika kau dikelilingi oleh orang-orang yang bisa kau andalkan. Takutlah jika kau tidak memiliki siapapun...