Yerim untuk pertama kalinya tidak bersemangat menerima kabar kalau Eja sedang di apart. Dia hanya menghela nafas menahan setiap amarahnya. Bagi Yerim, dia ingin sekali menghilang tanpa memberi penjelasan pada Eja. Namun, kali ini, dia ingin menampar Eja sebelum menghilang.
Sesampainya di apartemen, Eja langsung memeluk Yerim yang langsung didorong oleh Yerim.
"Kita putus." kata Yerim dengan suara bergetar dan diikuti air mata yang sudah dia tahan seharian.
"Hah? Kenapa? Aku salah apa? Kamu Kenapa?" tanya Eja panik.
*plakkk
Akhirnya satu tamparan lepas. Yerim bahkan tidak menyesal lagi. Baginya, ini harus selesai malam ini.
"Kamu punya waktu untuk foto, senyum, nyander ke itu cewek. Lanjutin! Gausah pernah ke sini! Kamu gapernah punya waktu semenit aja bahkan untuk aku! Bakal nyamperin? Aku seharian di kampus, Estra! Kita putus! Kita selesai! Di detik kamu nyander ke lonte itu!" tangis Yerim akhirnya berhasil pecah sambil mengeluarkan segala yang dia ingin katakan.
"Maaf, sayang... aku takut... aku takut kamu kayak gini. Aku tau aku salah."
"Terus kamu masih nanya kenapa?!!!"
"Maaf, sayang... Dania cuma staff aku. Ga lebih, yang. Aku janji bakal ngabarin kamu terus mulai sekarang. Aku janji, yang. Jangan putus, yang. Aku gabisa, yang." kata Eja memohon.
"Coba ingat berapa banyak kamu janji udah hampir dua tahun!!! Ada ga yang kamu lakuin?Janji tai!"
"..."
"Aku mau sendirian. Aku nyerah. Hubungan ini mutual, tapi hanya aku terus yang usaha."
"Yerim..."
"Maafin aku. Aku salah. Salah banget. Dania gaada artinya buat aku, yang. Kamu harus ingat itu. Kamu paling berharga. Tapi kalau kamu mau sendiri dulu, aku bakal pulang. Tenangin diri kamu dulu ya. Nanti kita bicara lagi." kata Eja.Percakapan mereka selesai sampai di situ. Yerim tidak membalas Eja lagi. Kepala Yerim hanya berisi cara untuk mengemasi barang secepat mungkin dalam semalam.
-
Sejak hari itu, apartemen kosong. Yerim kembali ke rumahnya. Semua barang Eja dan yang berhubungan dengan Eja tertata rapi di apartemennya. Apartemen itu dibeli Eja untuk dirinya dengan alasan yang dia katakan kepada Yerim, 'biar dekat ke kampus'. Padahal rumahnya juga cuma 15 menit dari/ke kampus. Eja sesungguhnya membeli itu karena Yerim. Dia tau jarak rumah Yerim dan kampus lebih dari 2 jam. Dia bahkan meminta izin pada orangtua Yerim untuk Yerim tinggal di apartemen dia saja.
Perkuliahan Yerim belakangan dilakukan daring, hanya dua mata kuliah saja di hari Senin dan Selasa dan juga di sore hari, yang mengharuskannya untuk hadir di kelas. Itu membuatnya semakin yakin untuk meninggalkan apartemen itu. Untuk semester depan, dia berencana untuk mengambil mata kuliah daring semua jika memungkinkan oleh jurusannya.
"Dania, udah dulu. Gue ada urusan lain." Eja mengeluh pada Dania yang terus menahannya untuk terus menerus mengobrol, sementara Eja ingin menemui Jane dan Suji hari ini.
"Kamu mau kemana?" tanya Dania.
"Ada janji. Gue duluan." Eja langsung berdiri dan meninggalkan Dania yang terlihat kesal ditinggalkan begitu saja.
Eja sudah berusaha sebanyak dia bisa untuk pertemuan ini karena dia bingung harus bertanya kemana lagi untuk mengetahui kabar Yerim. Mereka berencana ketemu di sebuah cafe di luar kampus. Sesampainya di cafe itu, Eja melihat Jane dan Suji sedang ngobrol di salah satu meja di sudut cafe.
"Hi." sapa Eja dan dibalas dengan lirikan pedas dari Jane dan Suji. "Pesen apa aja gih." kata Eja mencoba memecah suasana di antara mereka.
"Ja, kita cepet aja." kata Suji.
"Yerim ga ada niat balik lagi. Ini surat dari dia. Lo baca ntaran, jangan di sini. Gue cuma mau bilang, jangan ganggu kita lagi. Urusan lo gagal mempertahankan hubungan lo bukan urusan kita, Ja." jelas Jane sambil memberi amplop putih berisikan surat dari Yerim.
"Gue bingung banget. Gue sayang banget ama dia, Jen. Gue juga ga bisa ninggalin semua ini. Gue ga ngerti."
"Bukan urusan kita, maaf banget. Lo harusnya sadarlah konsekuensinya saat lo nerima semua yang lo lakuin sekarang, Ja." ucap Suji.
"Makasih mau ketemu gue sekarang betewe. Yaudah lo bedua bisa balik sekarang kalo mau. Gue mau di sini dulu." kata Eja mempersilakan Jane dan Suji untuk meninggalkannya sendirian.
"Oke... Hmmm... Yerim juga sayang banget ama lo, Ja. Lo... lo hanya mengecewakan dia berkali-kali. Mungkin waktunya sekarang lo bedua pisah dulu, at least buat Yerim. Gue kangen Yerim yang ceria, jujur. Dua tahunan ini dia.... Begitulah..." Suji akhirnya menjelaskan pov dia akan masalah hubungan Yerim dan Eja.
"Ja, Yerim bakal baik-baik aja. Ada kita. Lo urus aja urusan yang lo anggep penting. Yang kata lo butuh tanggung jawab lo banget." sindir Jane.
"Jane, bukan gitu. Gue hanya ga bisa ngelepas jabatan ini di hari-hari terakhir acaranya. Lo kan tau ini acara gede." Eja masih saja mencoba membela dirinya.
"Denger sendiri dah statement lo barusan. Pikirin lagi. Lo bakal sadar kalo apa yang Yerim rasain dua tahun ini. Lo pasti bisa paham kalo harus lepasin Yerim." balas Jane. "Yuk, Ji." Jane berdiri sambil mengajak Suji pergi. Mereka berjalan menjauhi Eja yang kini duduk sendirian.
"AAARRRGGHHH!" teriak Eja beberapa detik kemudian dan berdiri berjalan sangat cepat mendahului Jane dan Suji.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET LOVE
Fanfiction"Aku nyerah. Hubungan ini mutual, tapi hanya aku terus yang usaha!" "Yerim..." April, 2024©jisunzisun ON GOING ______ tags: pyramid game, yerim eunjeong, gxg