7

1 0 0
                                    

"Abah bade ka desa, bade ngiring?" Tanya Raja Jayendra yang sudah duduk di atas kudanya pada Shankara dan Rahandika. Dua pangeran itu saling bertukar tatap dan menganggukkan kepalanya. Shankara dan Rahandika berlari ke belakang kerajaan, ke kandang kuda mereka.

"Abah mau ke desa, mau ikut?"

Sesampainya di kandang kuda, Rahandika menutup hidungnya karena aroma tidak sedap dari kotoran kuda. "Tai na teu acan dibérsihan, ih!"

"Tainya belum dibersihin, ih!"

Shankara mengangguk setuju, Ia pun berjalan masuk ke arah kandang kuda miliknya. Kuda berwarna coklat itu berjalan mendekat ke arah sang tuan. Shankara mengelus kepala kuda itu dengan sayang, lalu berjalan ke luar kandang diikuti kudanya.

Setelah memasangkan tali dan perlengkapan kuda lainnya, Shankara naik ke atas punggung kuda itu. Rahandika mendekat ke arah kuda milik Shankara dan naik ke atasnya, duduk Ia di belakang Shankara sambil cengengesan.

Shankara berdecak pelan sambil Ia tarik pelan tali yang di pegangnya, membuat kuda itu berjalan berlahan ke depan. Setelah menghampiri Raja Jayendra yang sudah menunggu mereka berdua, terlihat juga Jayesh di sana sedang menunggangi kudanya.

Mereka berempat pun berjalan menunggangi kuda mereka bersisian, kecuali Rahandika yang menumpang naik dengan Shankara.

...

Bel terakhir berbunyi, menandakan kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Murid-murid berhamburan keluar kelas, ada sebagian yang langsung pulang dan sebagian yang pergi melakukan kegiatan tambahan di sekolah.

Nalendra, Jaki, dan Jeffry masih berada di dalam kelas, sedang membereskan barang-barang mereka ke dalam tas ransel.

"Sekarang latihan gak, Ki?" Tanya Nalendra.

Jaki memasukkan botol minumnya yang sudah kosong ke dalam tas ranselnya. "Latihan. Lusa kita tanding, jadi harus rajin latihannya."

Nalendra mengangguk. Jeffry sudah kenunggu dua temannya itu di ambang pintu. Lama sekali mereka membereskan barang-barang mereka, seperti gadis yang sedang berdandan, menghabiskan banyak waktu.

"Kita tanding pertama ngelawan sekolah mana?" Tanya laki-laki dengan rahang tegas itu.

Jaki tampak diam sebentar, sebelum menjawab pertanyaan Jeffry tadi. "Kita ngelawan anak PB," jawabnya.

...

Winda berjalan keluar gerbang sekolah, hendak pergi ke halte bis. Sesampainya Ia di sana, Winda melihat seorang laki-laki yang terus menunduk sambil menendang krikil kecil yang ada di tanah dengan sepatunya.

Winda duduk di samping laki-laki itu, tak memperdulikan apa yang sedang dia lakukan. Tiba-tiba ponsel Winda berbunyi, buru-buru Ia ambil benda pipih itu dari tas nya. Ia tekan tombol hijau di layarnya setelah melihat nama Nalendra di sana.

"Halo."

"Lo udah pulang?"

"Udah, kenapa?"

"Gak apa-apa, gua mau latihan basket. Kirain lu belum pulang."

"Gua udah di halte. Ya sudah, semangat latihannya, Nalen."

Winda mematikan sambungan teleponnya, kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. Saat menoleh, Winda mendapati laki-laki di sampingnya itu sedang menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di artikan.

Nalendra & NagendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang