SRG 23. Gwangseok Ji
Waktu berlalu cukup cepat di penghujung tahun itu. Tiba-tiba saja tahun baru sudah lewat dan cuti akhir tahun sudah selesai. Semua karyawan dan pelayan mansion yang mengambil cuti, sekarang sudah kembali memenuhi kediaman. Masing-masing membawa cerita dari tempat liburannya dan bercerita keras-keras pada sesama mereka. Itu membuat suasana mansion jadi lebih ramai dari biasanya.
Sementara itu, Sarang yang tidak sengaja mendengar salah satu obrolan mereka, mendengus iri dalam perjalanannya menuju ruang belajar. Mereka sedang membicarakan liburan salah satunya yang berlibur ke Bali. Isi pembicaraannya kurang lebih seperti keputusan yang tepat pergi ke pulau tropis di musim dingin.
"Oh hoho. Tidaak.. Musim dingin lebih tepat masuk ke pemanas." Gerutu Sarang setelah melewati mereka. Nenek yang mengantarnya ke ruang belajar, tahu benar apa maksudnya.
"Itu benar, Nona." Kata nenek menahan tawa, meledek.
"Haha." Sarang tertawa hambar. "Siapa ya yang menyuruh ku untuk diam saja di rumah selama musim dingin? Hibernasi?"
Selama liburan akhir tahun, Sarang hanya berdiam di rumah. Ayah melarangnya bepergian kemanapun. Dia hanya bisa berjalan-jalan di koridor dan merasa iri pada semua pelayan yang bisa keluar rumah di hari libur mereka. Meski begitu, Sarang tetap mematuhi ayahnya. Dia tahu itu semua itu untuk kebaikannya sendiri. Yah, entah kebaikan yang mana.
"Liburan atau tidak, tetap saja aku berada di rumah." Gerutu Sarang seraya memasuki ruang belajar. Tutor nya hari itu sudah menunggu dan dia langsung berdiri begitu Sarang datang.
"Oh iya, setelah pelajaran ku selesai, tolong panggilkan paman Taewong. Ada yang ingin ku bicarakan dengannya." Kata Sarang pada nenek seraya melangkah masuk ke ruangan itu.
Dengan patuh, nenek memberi bungkukan singkat lalu menutup pintu.
Belajar lagi.. keluh batin Sarang ketika pintu menutup.
Satu-satunya hal yang tidak dia sukai dalam kehidupannya setelah isekai adalah, dia harus mengulang pendidikan dasar dari awal. Sepintar apapun dan sebagus apapun nilai ujiannya, dia tetap harus mengulangi semua. Betapa membosankan hidupnya. Apalagi dia harus belajar privat. Jika saja dia sekolah di sekolah biasa, pasti tidak akan membosankan begini. Begitu pikirnya.
Waktu pelajaran pun di mulai dan di akhiri di jam minum teh. Sarang menikmati waktu istirahatnya tapi masih tetap tidak menikmati kehidupannya. Dia menghela nafas terus-terusan saat paman datang.
"Itu kebiasaan yang buruk, Nona." Kata paman setelah helaan nafas Sarang yang entah ke berapa.
"Aku ingin sekolah di sekolah reguler yang campuran saja." Ucapnya duduk lebih tegak. "Melihat cowok tampan pasti membuat lebih semangat belajar."
"Hmm.. saya pikir Anda hanya menyukai Baekjin Na." Ucap paman pura-pura bodoh. Rona merah muda jadi muncul di kedua pipi nona nya.
"Ya.. jika dia disini. Itu bagus. Aku bisa cuci mata setiap hari." Kata Sarang menahan malu. "Ah, sudahlah. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabar Gwangseok Ji. Sudah seminggu lebih dan aku tidak mendapat kabar apapun."
"Anda bisa bertanya pada pengasuh Anda, Nona."
"Nenek? Memangnya dia tahu apa?"
"Semua yang nona lakukan, pelajaran yang anda pelajari, proyek yang anda jalankan, semua dicatat dan dilaporkan pada pak Presdir, termasuk pengasuh Anda, Nona."
Sarang terbelalak. "Hei!!! Jadi aku tidak punya privasi?"
"Bukan seperti itu.. Tentu saja anda punya. Hanya pengasuh dan Presdir yang tahu tentang laporan itu. Bahkan saya juga tidak tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Ending Buat Bias Ku
Fiksi PenggemarBaekjin Na, tokoh antagonis utama di webtoon kesukaan Sarang, berakhir meninggal karena kecelakaan. Sosoknya yang over power dan tidak terkalahkan bahkan oleh pemeran utama cerita, membuat semua pembaca kecewa dengan ending cerita aslinya. Jadi, Sar...