Deeptalk

563 61 5
                                    

"ren...renn bangun sayang"

"heum?"

"aku pulang"

"oh udah pulang mas? Tumben cepet"

"ini aku bawain bakso. Mau makan bareng?"

Pendengaran renjun baru berfungsi seutuhnya ketika tangan familiar yang mengusap lembut bahunya membuatnya terjaga seketika. Ibu beranak satu itupun menghela napas jengah ketika suaminya yang telah tertelan tirai dapur itu seakan memaksanya untuk membuka matanya yang baru terlelap 30 menit lalu. Tubuhnya yang berbaring di kasur lantai di hadapan televisi pun ia dudukkan dengan sedikit malas.

Sejujurnya pantatnya serasa enggan berangkat dari kasur empuk yang juga tengah ditiduri sang anak itu. Oh iya, sang anak. Ia baru sadar alasan mengapa kasur busa berwarna merah jambu ini berada di depan televisi. Renjun menunduk dan mengarahkan pandangannya ke kanannya dan mendapati jisung yang masih pulas dengan tidurnya. Tangannya pun terulur untuk mengusap penuh sayang rambut lepek anaknya yang tadi sempat beradu mulut dengannya sebab merengek enggan untuk memejamkan mata kantuknya di kamar tidur. Lihatlah anak manisnya ini, walau sang ayah sedaritadi begitu bising dengan aktivitas entah apanya itu di dapur, anak ini tak terusik sama sekali.

Renjun berdecak dibuatnya.

"mas ngapain sih rame banget?"

"nyiapin mangkok buat bakso. Kenapa?"

"berisik banget. Kamu nyari mangkok dimana? Bukan disitu mangkok"

"oh dimana?"

"udah sana sana... Mandi aja dulu kamu sana. Biar aku yang nyiapin"

Renjun menghela nafas jengah begitu suaminya yang menunjukkan wajah polosnya sambil berjongkok di depan lemari piring itu kini telah tertelan di balik bilik kamar mandi miliknya -untuk membersihkan tubuh sepertinya. Entah apa yang suaminya itu cari disana sementara mangkuk yang dimaksud berada tepat disamping ia berjongkok. Berulangkali ia katakan baskom hitam yang teronggok di lantai itu berisi piring dan gelas bersih, dasar mata sipitnya saja yang malas mencari.

"mas jeno ini maunya apa sih? Ini mangkok semua padahal. Dasar"

"kalo nyari gapernah ketemu"

"maaas! Mandinya jangan kenceng kenceng. Ntar anaknya bangun"

"ibuuuu~"

"nah kan bangun!"

"sayang ibu. Tunggu sebentar sayang ibu bikinin teh bapakmu dulu"

"ibuuu hiksss"

Renjun berjalan tergopoh gopoh menghampiri anaknya yang tengah terduduk di atas kasur berwarna merah muda itu. Rambutnya yang mencuat kesana kemari dengan wajah sembabnya yang tengah ia usap kasar dengan tangan kecilnya itu membuatnya semakin cepat meraih sang anak dalam gendongan. Dan begitu buah hatinya bersama sang suami itu kini berada di buaian, renjun langsung bisa merasakan hawa panas yang menguar dari tubuh kecil itu.

"anak ibu kenapa bangun sayang? Masih ga enak ya badannya?"

"hmm..hmmm"

"mau ibu bikinin susu?"

"hmmm"

"mau makan buah?"

"ngga mau ibu diem"

"iya iya iya ibu diem"

Suara parau sang anak dengan sedikit rengekannya ini menghentikannya untuk terus menerus menanyai sang anak yang berada di timangannya ini. Jelas saja sang anak malas berbicara, suhu tubuhnya yang hangat jelas membuatnya tak berselera hanya sekedar untuk berbicara.

Daily Dose of Adek Jisung || (NOREN FEAT WHO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang