Chapter 41 [ Perang? ]

180 27 27
                                    

"Nee, Onee-san..."

Bersamaan dengan mencairnya es yang mengekang tubuh wanita belalang, Liliel melepaskan tangannya dan tersenyum ragu.

"Apa kau sungguh yakin yang menyerang Hutan Binar adalah ras malaikat?"

Sang wanita belalang nampak tidak senang, "Apa maksud pertanyaan itu!? Kau mau menyangkal perbuatan rasmu!?"

Liliel menggeleng pelan, "Kalau ras ku memang melakukannya. Aku tidak akan mencoba melakukan pembelaan."

"Hanya saja--"
Melirik ke atas, berpikir.
"Ras terbang dengan sayap seperti burung di Tower itu... Bukan cuma malaikat, loh."

Mengembalikan irisnya ke arah sang wanita belalang.
"Makanya aku tanya, apa kau sungguh yakin yang kau lihat itu malaikat, Onee-san?"

Merasa diremehkan, ekspresi sang wanita belalang menjadi galak.
"Aku gak buta! Juga gak rabun!! Jelas-jelas laron-laron itu punya sepasang sayap putih bersih!! Memangnya di Tower ini siapa lagi yang punya sayap putih bersih selain Malaikat, hah!!?"

Mata Liliel sedikit membulat. Tiada kata yang keluar dari mulutnya. Naeva yakin Liliel menyadari sesuatu. Sama seperti dirinya.
"Sayap putih bersih, ya."

".... Nee, Onee-san..."
Menempelkan jari di dagu.
"Orang yang kau lihat itu, posisi sayapnya... vertikal atau horizontal?"

"Pertanyaan gak penting."

"Penting tau!" bentak Liliel dengan wajah merajuk yang tak nampak ganas sedikitpun.

Sang wanita belalang tersentak kaget. Itu beneran penting? Dia tidak berpikir demikian. Coba diingat-ingat lagi... Laron yang dilihatnya saat itu... Sayapnya vertikal atau horizontal, ya?
"...... Mengepak ke atas bawah... Horizontal, mungkin."

Untuk yang tidak mengerti, atau merasa itu kebalik. Coba bayangkan sayap burung. Sayapnya mengepak atas bawah. Karena posisi sayapnya mendatar bukan? Jika posisi sayapnya vertikal, kepakannya pasti ke kiri kanan.

"NAH ITU!!!!!" jerit Liliel, menambah keterkejutan sang wanita belalang.

Wanita belalang, "Itu apa!??"

Liliel menghela napas pendek. "Apa boleh buat, karakteristik kami memang mirip. Wajar banyak Conqueror salah dalam membedakan itu."

"??"

"Onee-san, laron yang Onee-san lihat itu, bukan malaikat tau!" ucap Liliel sangat yakin.

"Hahh!??"

"Di Lantai 8, ada 4 ras yang bisa dibilang menguasai tempat itu. Mayoritas Conqueror penghuni Lantai 8 juga dari 4 ras itu. 4 ras yang aku sebutkan itu adalah Heaven-Wings, Pegasus, Harpies dan Dragon," terang Liliel.

"Akhir-akhir ini memang Arc-Angel Uriel menetap di Lantai 8 dengan beberapa Malaikat dibawahnya. Tapi tetap saja, kami para malaikat sejatinya bukan penghuni Lantai 8. Hanya beberapa malaikat yang menetap permanen disana untuk mengurus cabang Sacred Temple. Yang lain... Bisa dibilang ini hanya menetap sementara. Penghuni nya tetap dari 4 ras itu. Terutama Harpies yang sudah menetap disana paling lama."

"Apa yang sebenarnya mau kau katakan?" geram sang wanita belalang.

"Dasar tidak sabaran... Dengarkan dulu sampai habis dong!" gerutu Liliel.

"4 ras yang aku sebutkan itu, tidak begitu akur. Mereka saling berebut wilayah. Perang udara di Lantai 8 adalah hal yang sangat biasa terjadi. Parahnya, kadang perangnya bisa melebar sampai ke Lantai lain kalau sudah melibatkan ranker."

Entah kenapa sang wanita belalang perlahan bisa memahami arah pembicaraan ini.
"........."

"Nah, berdasarkan catatan sejarah. Perang udara Lantai 8 sepertinya sudah beberapa kali melibatkan lantai 7 dan 9 yang dekat dengannya. Kemungkinan besar, tragedi Hutan Binar yang Onee-san bilang, adalah dampak perang itu."

The Unfettered Ice Princess [Vol 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang