Bab 39 - Ibu kandung Megumi

867 53 7
                                    


Deburan ombak yang menghantam papan surfing menerbitkan senyuman Jeffry dari kejauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deburan ombak yang menghantam papan surfing menerbitkan senyuman Jeffry dari kejauhan. Rossie yang sedang duduk di tepi pantai sambil mengamati tidak tahan untuk mengabadikannya. Jeffry yang tampan dan gagah dengan baju surfing dan senyuman yang menawan. Pria itulah yang menemani Rossie saat masa tersulit. Bahkan beberapa hari kemarin ia mengasuh Megumi demi memberikan waktu luang untuk Rossie.

Jeffry mengajak sang putri untuk bertemu dengan klien bahkan memeriksa perkembangan proyek di Jimbaran. Sementara Rossie menghabiskan waktu bersama Hartawan untuk menebus masa kecilnya yang sempat hilang.

Menghabiskan waktu bersama orang terkasih ternyata adalah hal yang membahagiakan. Rossie sempat membuat cookies untuk Hartawan. Mereka menghabiskan waktu bersama di house of iris. Bersenda gurau dan meleburkan lara yang pernah ada.

Rossie sempat takut akan reaksi dari istri atau anak kandung Hartawan. Namun, kali ini takdir berpihak pada Rossie. Respon dari kedua putra Hartawan ternyata lebih baik dari bayangan Rossie. Bahkan Jimmy, putra tertua Hartawan sempat melakukan panggilan video kepada Rossie dan berkata akan menunggunya di Solo. Rossie pikir istri Hartawan memang sangatlah baik. Wanita itu berhasil menjadi istri dan ibuk yang tepat.

Senyum Rossie kembali terbit saat melihat pesan dari kedua sahabatnya. Jiana dan Amber juga tidak absen mewarnai hari-hari Rossie kemarin. Mereka bertiga sempat menghabiskan waktu untuk menonton drama Korea sampai pagi dan berbelanja. Sangat menyenangkan.

Menyadari kebahagiaan yang mulai membuncah dalam dada, senyuman Rossie mendadak surut.

"Gimana permainanku tadi?" tanya Jeffry dengan rambutnya yang basah.

"Hm, bagus seperti biasanya," jawab Rossie.

"Sayang, gimana penampilan Daddy? Keren 'kan?" Jeffry berkacak pinggang di depan Megumi. "Sebentar lagi kamu umur setahun, Daddy bakal bikin pesta yang meriah."

Megumi menjejakkan kakinya sambil tertawa. "Da... Da ... Ma... Ma ...Ma."

"Mau?" Jeffry tersenyum kepada sang putri.

"Uuuuuuu." Bibir tebal Megumi mengerucut. Lalu terkekeh.

"Ahhh, cantiknya anak Daddy." Jeffry kelewat gemas dan tidak bisa melewatkan untuk mencubit pipi sang putri.

Melihat senyuman Jeffry, dan menyadari kebahagiaannya, tiba-tiba Rossie takut. Ia takut setelah kebahagiaan ini akan ada lara yang menimpa.

"Ada apa? Kok melamun sih?" tanya Jeffry sambil mengusap pipi Rossie.

"Ah, nggak apa-apa," jawab Rossie. Ia membuang napas lalu kembali tersenyum lebar melihat ke arah Jeffry dan Megumi secara bergantian. Saat ini Rossie hanya akan menikmati jatah bahagianya. Entah kepahitan apa yang akan datang nanti, Rossie berusaha untuk mengenyahkan terlebih dahulu. Dalam hidup, bahagia dan derita itu akan selalu beriringan.

"Aku mencintaimu," ucap Jeffry sambil menjatuhkan kecupan di pipi Rossie.

Ia sedang mempersiapkan sesuatu yang spesial untuk Rossie setelah mendengar berita Richard siuman. Bahkan Jeffry sudah memesan cincin yang akan digunakan untuk melamar sang kekasih. Menurut Jeffry tidak perlu berpikir lebih lama lagi mengenai hubungan mereka. Jeffry sudah sangat yakin untuk memilih Rossie sebagai istri dan satu-satunya wanita yang dicintai sepenuh hati.

"Me too," sahut Rossie. "Oh ya, aku akan pergi ke Solo sama Papa, nemuin Eyang."

Jeffry sedikit terkejut dengan keputusan Rossie yang bersedia menemui sang nenek. "Aku pikir untuk apa aku menyimpan dendam untuk ibu dari Papaku sendiri? Semua orang pernah berbuat dosa. Eyang, Papa, Mama, bahkan aku sendiri." Rossie menoleh pada Jeffry yang sedari tadi menghalau sinar matahari di depannya dan Megumi. "Dulu aku juga pernah berharap kamu memaafkanku. Setiap hari dihantui rasa bersalah."

"Ah, di mana lagi aku bisa dapat bidadari sepertimu?" celetuk Jeffry.

"Apaan sih! Dasar!" Pipi Rossie bersemu merah karena malu.

"Jangan pikirkan apa yang terjadi besok, nikmati kebahagiaan hari ini," tukas Jeffry sambil mengisi celah-celah jemari Rossie dengan jemarinya.

***

"Wow." Amanda langsung membuka kacamatanya ketika melihat apartemen dengan warna putih yang mendominasi dan jendela kaca yang memberikan panorama pantai Bali yang begitu indah. "It's like paradise."

"Kamu bisa tinggal di sini sampai rencanaku berhasil," ujar Melisa maju satu langkah untuk berdampingan dengan Amanda.

Wanita berdarah Amerika itu kemudian menoleh kepada Melisa sambil tersenyum penasaran. "Apa yang harus aku lakukan?"

"Cukup bersikap layaknya ibu dari bayi yang bersama Jeffry. Sementara aku yang akan melakukan sisanya," ujar Melisa.

"Hanya itu? Sangat mudah, aku akan melakukannya dengan sangat baik," ucap Amanda seraya menarik satu batang rokok dan menjepitnya di bibir.

"Tentu saja kamu harus bekerja dengan baik. Aku membayarmu dengan sangat mahal," tandas Melisa penuh peringatan.

Amanda terkekeh. "Tenang saja, jika aku bisa mendapatkan harta dan Jeffry sekaligus, maka akan kulakukan semuanya dengan baik."

Melisa menyeringai. Melihat Jeffry mendapatkan semua kebahagiaan di dunia ini membuat hati Melisa terbakar cemburu. Tidak hanya kasih sayang dari Richard, bahkan seluruh perhatian dunia hanya tertuju pada Jeffry selaku keturunan Richard Widjaja. Di saat nama Jeffry yang selalu dielukan, Melisa selalu disembunyikan bahkan nyaris dianggap tidak ada. Selama ini Melisa seperti anak yang terbuang. Richard tidak pernah menghubungi untuk sekedar menanyakan kabar. Pria itu tampaknya sudah lupa jika masih memiliki seorang putri.

Rasa sakit hati yang terus menumpuk, berubah menjadi dendam. Melisa tidak suka melihat Jeffry bahagia dan bertekad untuk membuatnya menderita. Dialah yang merancang semua drama ini. Mulai dari meletakkan bayi di depan rumah Jeffry, hingga membayar petugas untuk menukar hasil DNA. Melisa melakukan semua ini demi menuntaskan dendam itu.

"Anyway, Mel." Amanda menyemburkan asap rokok ke udara sambil bersedekap. "Bayi itu sebenarnya anak siapa? Apa kamu memungutnya dari panti asuhan? Atau?"

"Tidak semuanya harus kamu ketahui Amanda," jawab Melisa.

"Oh, Okay. Anggap saja bayi itu adalah anak terbuang yang tidak diinginkan oleh orang tuanya." Amanda terkekeh. "Yang terpenting kita bisa menjadikannya senjata."

Entah mengapa saat mendengar kalimat itu, Melisa justru kesal dengan Amanda. Lantas ia memberikan peringatan kepada Amanda dengan jari telunjuk. "Jangan pernah mengina bayi itu, Amanda."

Amanda terkejut. "Wow, calm down Melisa. What's wrong with you? Setidaknya bayi itu bermanfaat untuk kita meskipun tidak berguna bagi orang tuanya."

"Tutup mulutmu Amanda!" seru Melisa penuh amarah. Kedua matanya melotot tajam ke arah Amanda. Pun diikuti rahang yang mengetat. "Jangan pernah berkomentar tentang bayi itu. Kamu tidak tahu apa-apa!"

Setelah melontarkan kalimat peringatan tersebut, Melisa lantas pergi dengan rasa kesal yang bergumul hebat di dalam dada. Melisa tidak suka jika Megumi dihina seperti itu.

Amanda membuang napas setelah beberapa saat sempat menahannya. Ia terkesiap ketika Melisa membanting pintu dan keluar dari apartemen.

"Kenapa dia tiba-tiba sangat marah? Memangnya aku menghina anaknya? Dasar cewek sinting!" gerutu Amanda. "Hah, untung dia bayar aku mahal."

TO BE CONTINUED....

Selamat siang, Lovelies. Selamat lebaran buat teman-teman yang merayakan. :) Mohon maaf lahir dan batin yak ^^

Buat teman-teman yang mau baca cerita ini sampai tamat bisa langsung ke Karyakarsa dengan judul yang sama yak, selamat membaca ^^


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Boss' Secret Baby (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang