"Berisik!"
Gerutuan kesal datang dari Orter yang sekarang bergerak risih karena merasa terusik oleh suara itu.
Ponsel Rayne yang tergeletak di meja samping kembali mengeluarkan dering pendek sebagai pengingat kalau ada panggilan dari seseorang.
Orter berdecak kemudian membuka matanya sedikit sambil menepuk-nepuk bahu Rayne yang berbaring membelakanginya. "Hp kamu tuh bunyi terus."
Rayne hanya bergumam, tangan kanannya berusaha meraih ponselnya saat dia membuka mata dan melihat layarnya yang menyala.
Renatus is calling..
"Apaan sih?" tanya Rayne, suaranya serak khas orang baru bangun tidur.
"Dih, galak banget lu. Abis ngapain?"
Rayne menghela napasnya sebentar, lalu memperbaiki posisinya menjadi telentang dan melirik ke arah Orter.
"Abis bangun tidurlah, goblok. Lu nggak liat sekarang jam berapa?" sahut Rayne kesal, tapi dengan suara pelan.
"Ya sorry, ini gue disuruh Direksi buat nelpon lu."
Rayne berdecak malas. "Ngapain?"
"Hari ini jam setengah 8 ada meeting dadakan, lu harus ikut katanya."
"Woy, yang bener aja?! Gue kan lagi cuti!" Rayne refleks mengeraskan suaranya, membuat Orter kembali terbangun lalu menatapnya dengan penasaran.
"Bukan apa-apa, kok." bisik Rayne sambil mengusap-ngusap rambut Orter sebagai isyarat untuk kembali tidur. "Bentar ya, aku ngobrol dulu."
Orter mengangguk, dia memang berniat melanjutkan tidurnya sambil menikmati usapan lembut Rayne di kepalanya.
"Offcam aja gapapa, Ray. Asal lu tetep stand by kalo dibutuhin."
Rayne mendengus ketika mendengar Renatus menertawakannya. "Emang anjing."
"Direksi yang anjing?"
"Bukan, tapi lu yang kayak anjing!"
"Bajingan!"
Rayne meletakkan kembali ponselnya di meja setelah panggilannya ditutup. Ini baru jam setengah 6 pagi, tapi sudah ada yang mengganggu harinya.
Padahal, Rayne dan Orter sedang mengambil cuti atau lebih tepatnya mereka memohon-mohon pada bagian HRD untuk memberikan jatah hari liburnya.
Niat untuk menghabiskan banyak waktu bersama Orter, hanya itu satu-satunya alasan yang membuat Rayne menahan diri untuk tidak berteriak frustrasi dan membanting ponselnya karena panggilan yang mendadak.
~~~^^~~~
"Cuti apaan, kalo gue masih harus ngurus ginian?"
"Bangsat, ini mah work from home namanya."
"Kenapa gue harus jadi budak korporat?!"
Rayne tidak bisa melakukan apapun selain menggerutu di depan laptopnya, menatap puluhan e-mail dan beberapa dokumen hasil rapat yang harus dia verifikasi lagi.
"Katanya cuti, tapi kok malah kerja?" tanya Orter saat dia menghampiri Rayne di ruang depan kos-kosannya.
"Nggak bisa ditunda, soalnya urgent." jawab Rayne, karena kantornya sedang berlomba-lomba untuk mengejar closing kerjasama.
Apalagi kalau mendekati akhir bulan, orang-orang yang biasanya penuh senyum mendadak jadi buas dan semakin tidak sabaran.
"Sayang.." gumam Orter yang sekarang duduk di sebelahnya lalu meletakkan kepalanya di dada telanjang Rayne. "Kamu daritadi meeting nggak pake baju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You - [orterayne] ver
Fanfic[COMPLETED]✔ Di antara semua yang terjadi dalam kehidupan pekerjaannya yang biasa-biasa saja, mungkin kehadiran Orter adalah salah satu yang harus disyukuri oleh Rayne. [remake from my works with the same title] bxb bahasa non-baku harsh word fiksi...