Opening

3 0 0
                                    

POV : Tasya

"kalau nyatanya iya, gimana?" Mendengarnya aku tertegun.

Aku menoleh ke Ali. Matanya menatap tajam dan dalam ke mataku. Baru kali ini aku melihat tatapannya se dalam ini. Aku tak bisa berkutik. Angin hembus menerpa kita, membuat rambut kita bergoyang halus mengusap wajah.

"Tiga belas tahun loh Ca kita bareng-bareng. Masih belum jelas ya kalo gue sesayang itu sama lo?"

Aku ga sanggup membendung air mata. Sampai akhirnya menetes lah air mata itu. Aku hanya bisa menggeleng lemah. Ku usap air mataku, "oke kalau lo sayang gue. Tapi kenapa harus sama Dino, Li?"

Ali memegang pundak ku kuat, "kan gue udah bilang, gue sama dia ga ada apa-apa. Gue-"

"Kalau ga ada apa-apa..." dari tundukku, aku beranikan diri menatapnya, "KENAPA HARUS ADA EMOT LOVE DI SETIAP BUBBLE CHAT, LI? KENAPA HARUS SALING PAP, LI? DAN KENAPA HARUS COWO, LI?!"

Sejadi-jadinya ku menangis meraung. Aku masih tak bisa menyangka hal ku takutkan ini terjadi.

Tiga belas tahun bukan waktu yang lama untuk memendam perasaan, di bawah kekhawatiran dari kemungkinan yang sangat ku takutkan. Dan kemungkinan itu, terungkap kebenarannya di hari ini.

"Lo tau Li? Gue selalu upayakan apapun untuk bisa dapetin sayang lo, cinta lo, dan hati lo. Tapi gue selalu takut kalo apa yang ada di benak gue itu terjadi. Dan sekarang lo lihat? Itu benar terjadi!"

Mata Ali berbinar. Cengkramannya di bahu ku melemas.

"Mungkin gue masih bisa terima kalo dia itu cewe. Tapi kalo ternyata saingan gue itu cowo, yang SEJENIS ELO!!!" Aku menunjuk dadanya.

Aku menggeleng lemah, "gue ga bisa Li. Terlalu sakit Li."

Ku hempaskan tangannya dari pundak ku, "gue tuh cinta banget sama lo. Tapi kok bisa-bisanya saingan gue itu, yang ga bisa gue tandingi! Kurang apa sih gue Li?!"

Ali masih terdiam. Membisu.

"Niat gue ketemu lo sekarang, gue cuma mau kasih tau. Tanggal 10 besok gue lamaran sama Vino. Gue minta doanya. Makasih untuk semuanya Li, semoga lu bisa memilih jalan yang lebih baik, dan mendapatkan pasangan yang semestinya."

Aku berdiri. Bergegas mengambil tas dan pergi meninggalkan Ali yang masih kaku mentapku, seperti ingin menjelaskan sesuatu? Dengan derai air mata yang tak bisa ku hentikan, aku pergi meninggalkannya. Pergi dengan rasa cinta dan sakit yang menyatu dalam hati. Seperti belati yang menusuk di dada. Sakit. Sakit sekali.

Ali, ku harap kamu masih bisa berubah. I love you...

------------

Hai haiiii....

Ini karya pertama ku yang sebisa mungkin ingin ku tamatkan. Semoga kalian suka yaaa 🤍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melebur Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang