21_aku benci mama_

19 1 0
                                    

Fayyana mengepalkan kedua tanganya menunduk melihat kedua kaki ayahnya. Ia berusaha menetralkan nafasnya agar tidak terlihat panik ataupun takut.

"Kemana saja kamu!"

Hening. Fayyana tidak menjawab ia hanya menundukkan kepalanya dalam, enggan menjawab pertanyaan ayahnya.

"Bisu kamu?!" gertak arga

Fayyana menelan ludahnya, mengangkat kepalanya menatap arga yang berada di depannya yang tengah menatapnya tajam.

"Kenapa ayah bertanya?" tanya fayyana berusaha untuk terlihat tenang.

"Saya bertanya, kenapa kamu malah bertanya balik!"

Fayyana menatap arga dalam "aku penasaran, kenapa ayah tiba-tiba ingin tau aku kemana"

"Kenapa ayah perduli?" Tanya fayyana lirih.

Arga menggertakkan giginya, tatapanya terlihat penuh amarah "saya hanya bertanya kenapa kamu langsung menyimpulkan bahwa saya perduli. jangan salah mengartikan, saya tidak akan mungkin perduli kepada orang yang telah membunuh istri saya!" Ucap arga menekan kata-katanya.

Dada fayyana naik turun, menatap ayahnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan "aku bukan pembunuh ayah... " Lirih fayyana.

"Aku-" Fayyana menujuk dadanya "bukan aku yang ngebunuh mama, kenapa ayah terus saja menyalahkan aku, padahal aku tidak salah.. " Mata fayyana mulai memerah. dadanya mulai terasa sesak. ini sudah ratusan kalinya arga mengatakan bahwa dirinya adalah pembunuh, bahwa dirinya yang telah menyebabkan faniyya meninggal.

Arga tersenyum smirk "bodoh!" Tekan Arga "gara-gara melahirkan kamu istri saya menjadi korban, seharusnya waktu itu kamu yang meninggal. Itu semua gara-gara kamu" Arga menggelengkan kepalanya tak habis pikir "dan  kamu mengatakan bahwa kamu bukan pembunuh, gila kamu!."

"Tapi itu bukan kesalahan aku yah, mama yang mau ngelahirin aku, aku ngga tau apa-apa kenapa ayah trus saja nyalahin akuuuu!"

"Dan gara-gara ayah, aku jadi benci sama mama, aku benci segalanya tentang mama, aku benci wajahnya aku benci suaranya, aku benci semuanya tentang mama!"

Plakk.

Tamparan keras Arga layangkan di pipi mulus fayyana. ia menatap wajah putrinya yang menunduk dengan mata yang memerah. "Jaga mulut sialanmu, kamu tidak punya hak membenci istri saya, kamu denger!. KAMU TIDAK PUNYA HAK MEMBENCI ISTRI SAYA!" Teriak arga kencang membuat telinga fayyana terasa berdengung.

Fayyana menghapus air matanya dengan cepat, berusaha menelan ludahnya yang terasa mencekat.

Fayyana mengangkat wajahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya bergetar menahan tangisnya "aku benci sama ayah" Ucap fayyana menekan kalimatnya.

*****

Fayyana menghela nafasnya panjang sembari menepuk dadanya yang terasa sesak. Bahunya bergetar dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.

Ia tidak tau mau kemana, mau ke rumah vania pun tidak mungkin, jika kesana selarut ini vania pasti akan melemparkan banyak pertanyaan untuk fayyana.

Sekarang ia berada di taman bermain anak-anak, duduk di kursi panjang sendirian, di temani oleh desiran angin yang menyentuh kulitnya. serta lampu yang minim cahayanya. sepertinya malam ini ia akan bermalam disana.

Fayyana memeluk dirinya, berusaha untuk menenangkan dirinya agar tidak menangis. Tapi, semakin ia mencoba untuk menahan tangisnya, tangisan nya malah semakin menjadi-jadi.

Two twilight  (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang