3. Cinta Pertama

402 71 2
                                    

ROSEANNE tak berniat untuk menghentikan aktivitas menguping pembicaraan orang lain mengenai Jeffrey. Di kafenya ini, selalu ada saja orang yang membicarakan Jeffrey. Maklum, Jeffrey adalah idola sejuta umat yang sedang trending topic parah kali ini.

Bahkan, di saat mereka sedang memilih menu di depan kasirpun, mereka akan membicarakan tentang Jeffrey. Hal itu selalu terdengar oleh Roseanne yang menjadi kasir untuk saat ini.

"Sumpah! Jeffrey ini nih kayaknya dia jadi penyanyi karena gabut, deh," ucap salah satu pelanggan di kafe milik Roseanne.

Salah satu teman pelanggan Roseanne menambahkan, "Sudah anak tunggal, kaya raya, ganteng, apa lagi yang kurang? Oh. Bukan punya gue aja, sih."

Mereka berdua tertawa bersama dan kembali dengan percakapan yang lain setelah memesan makanan dan minuman. Roseanne tetap dengan senyuman manisnya ketika menyambut para pelanggan. Kedua gadis cantik tadi adalah pelanggan terakhir yang mengantri di jam sore ini.

Roseanne kembali duduk ke tempat biasanya ia beristirahat. Suasana kafenya memang tidak terlalu berisik, beberapa ada yang berbincang dengan teman-temannya, tapi tak sedikit juga yang fokus dengan laptop masing-masing.

Kafenya memang memiliki suasana sibuk dengan kegiatan masing-masing dan Roseanne sangat menyukai suasana itu.

Disaat ia sedang menikmati waktunya, seseorang menghampirinya. Gadis cantik yang bekerja part time dengan senyuman manisnya, ia berujar, "Kak Diah... mending Kak Diah istirahat saja di ruangan Kakak. Biar Kakak gak terganggu juga."

Roseanne menggelengkan kepalanya, "Tak apa, saya disini saja."

Gadis cantik itu menganggukkan kepalanya, ia terlihat kebingungan. Wajar, ia baru part time selama sebulan dan mulai menyesuaikan dirinya disini.

Roseanne memejamkan matanya dan membiarkan angin AC ruangan melewatinya. Ia tak berniat untuk tidur siang atau pulang, Roseanne hanya ingin melakukan pekerjaan yang selama ini ia inginkan.

Gadis cantik yang bernama Tasya memilih duduk disamping Roseanne dan menikmati waktu dengan tenang. Suara helaan nafas terdengar cukup tenang bagi Roseanne.

"Tasya?" panggil Roseanne.

"Ya, Kak?" sahut Tasya cepat. Ia yang ingin memejamkan matanya langsung menolehkan pandangan dan duduk dengan tegap. "Kenapa, Kak?"

Roseanne menolehkan pandangannya dan menatap Tasya, "Menurut kamu, cinta pertama itu bertahan lama gak?"

Tasya terlihat kebingungan, ia menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar, "Bertahan lama, Kak! Soalnya orang tuaku sama-sama cinta pertama dan semoga ke depannya tetap bersama."

Roseanne tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Jawaban dari Tasya adalah salah satu pendapat yang ia kumpulkan selama ini. Dari sebanyaknya orang yang ia tanya, tentu saja ada yang pro dan kontra.

Pertanyaan mendadaknya itu tidak mungkin tiba-tiba. Ia menanyakan hal itu karena Jeffrey yang bersikeras jikalau hubungan mereka akan bertahan selamanya. Dan jujur saja, jika ingin membandingkan dengan hubungan orang lain, tentu saja tak bisa.

Kenapa tidak bisa? Karena setiap orang memiliki perbedaan dalam tindakan, entah dalam percintaan ataupun dunianya sendiri.

"Maaf, Kak. Emangnya cinta pertama Kakak kenapa?" tanya Tasya, ia takut tak sopan jika menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pribadi. Tapi, Tasya juga penasaran siapa yang berhasil menakhlukkan hati wanita mandiri di sampingnya ini.

Roseanne menggelengkan kepalanya sambil tertawa dan ia pun menjawab, "Enggak kenapa-napa dia. Kerjaannya kalau enggak aneh, demam dianya."

Tasya terkesima, Roseanne tertawa. Entah siapa yang membuat Roseanne tertawa, tapi Tasya salut dengan seseorang itu.

Cinta pertama? Ternyata Roseanne memiliki cinta pertama. Dan maafkan Tasya lagi, gadis itu kembali penasaran dengan siapa pemenang hati Roseanne.

"Emangnya cinta pertama Kak Diah gak bertahan sampai sekarang? Maaf ya, Kak kalau gak sopan," lirih Tasya pelan.

Roseanne menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis, "Bertahan kok sampai sekarang dan mungkin di masa depan. Gak masalah Tasya, toh saya juga menjawabnya, 'kan?"

"Iya, Kak," jawab Tasya pelan.

Roseanne terkekeh karena ia tiba-tiba saja mengingat ulah seseorang di ingatannya sekilas. Entah kenapa, ia sering sekali mengingat ketantruman seseorang itu dan berhasil membuatnya tertawa sendiri seperti orang gila.

"Kadang, kalau bahas tentang cinta pertama, bagi yang beruntung yaa~ menyenangkan. Bagi yang gak beruntung, itu menyedihkan." Roseanne menghela napas. "Dan beruntungnya, saya kedapetan bagian yang menyenangkannya."

Tasya kembali terkesima, ia bisa merasakan jikalau bosnya ini sedang jatuh cinta. Dari ucapan ataupun tindakan Roseanne, terlihat ia yang begitu bahagia bisa berjumpa dengan cinta pertamanya itu.

Raut wajahnya yang tak bisa bohong terlihat bahagia dengan kehidupannya yang bisa dibilang sangat seimbang. Tentu saja, kehidupan yang ia jalani adalah impian dari semua orang.

Selama sebulan Tasya bekerja di kafe milik Roseanne, ia menyadari jikalau bosnya ini tidak mudah untuk ditakhlukkan. Ia memang mendekatkan diri kepada pekerja di kafe ataupun toko bunganya. Roseanne bahkan tak mau di panggil boss atau pegawainya dipanggil anak buah, ia justru memanggil pegawainya dengan sebutan tim.

"Memang saya yang punya usaha ini, tapi... tanpa kalian yang bekerja sebagai tim, kafe saya gak mungkin bisa sebesar ini. Kalian bekerja sama sebagai tim, tentu saja hal itu berdampak baik bagi saya. Terima kasih sudah bekerja dengan keras dan sebaik mungkin di kafe ini."

Ucapan terima kasih dari Roseanne tentu membuat semua yang bekerja di kafe terharu. Tak banyak orang yang memanusiakan sesama manusia dalam hal pekerjaan dan Roseanne berhasil membuat mereka semua terharu.

Wajar, jikalau bekerja dengan Roseanne menyenangkan. Memiliki atasan yang menyenangkan dan menerima kritik serta masukan adalah keberuntungan bagi seseorang ditahap pekerjaan. Makanya, Tasya ataupun yang lain tetap menghormati dan menghargai Roseanne sebagai pemilik yang hebat, walaupun ia sendiri tak mau menyebut dirinya sebagai pemilik.

Dari banyaknya pria yang datang ke kafe, tak ada yang berhasil membuat Roseanne salah tingkah ataupun penasaran. Tasya merasa jikalau Roseanne memang tak tersentuh sama sekali.

Nyatanya, ada cinta pertama wanita cantik itu yang meruntuhkan dinginnya es yang dibuat oleh Roseanne sendiri.

"Kalau boleh tahu, cinta pertamanya Kak Diah siapa?" tanya Tasya. Ini adalah pertanyaan terakhir untuk ingin tahu lebih dalam tentang kehidupan pribadi Roseanne.

Roseanne mengeluarkan ponselnya dan ia memperlihatkan foto homescreen-nya. Dengan mantap dan tegas Roseanne menjawab sambil tersenyum, "Anthony Jeffrey Adibrata."

Terlihatlah wajah Jeffrey yang memeluk boneka ungu hasil mereka berdua main timezone yang dimenangkan oleh Roseanne hari itu.

Terlihatlah wajah Jeffrey yang memeluk boneka ungu hasil mereka berdua main timezone yang dimenangkan oleh Roseanne hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TANTRUM ; jaerose lokalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang