Chapter XXIX

68 8 0
                                    

7 mei 2024

Waktu berjalan begitu cepat, 5 bulan yang telah berlalu terasa begitu berat untuk lelaki yang kini masih mengenakan pakaian wisuda nya,

Arsya kini tengah berjalan di koridor rumah sakit, ia melangkahkan
kakinya cepat untuk menuju ke ruang rawat sahabat nya, yaitu Angelina Al Maheera,

hingga lelaki itu memasuki sebuah ruang dimana Angel dirawat,
perlahan Arsya mulai melepas jas hitam yang ia pakai, dan menyisaan kemeja putih dan juga dasi hitam yang masih terpasang rapi,

dengan tangan kanan yang menggenggam seuntai bunga mawar yang tadi ia beli saat perjalanan menuju rumah sakit,

lelaki itu sudah cukup lama diam, tapi tidak lagi, sebuah perasaan yang selalu menghantuinya tak bisa lagi ia pendam,

Sesaat Arsya menatap dingin Angel yang nampak terbaring lemah dengan masker oksigen yang menutup mulut dan hidung nya,

gadis itu bahkan tidak lagi mampu melakukan aktivitas apapun, selain hanya berbaring di atas kasur rumah sakit, sosok yang semula terlihat begitu kuat, kini sudah tidak bisa lagi berbohong dengan keadaan nya,

Arsya nampak duduk di kursi yang ada di samping brangkar Angel, membuat gadis yang tengah berbaring lemah diatas berangkar tersebut menunjukkan senyum simpul,

"A,,rsya" lirih Angel dengan suara yang terdengar lemah,

"Kenapa hm?" tanya Arsya sembari mengelus lembut puncak kepala Angel,

"Gue takut" lirih Angel

"Kenapa lo takut?"

"Gue takut kalau tiba tiba gue mati sya" jelas Angel, membuat mata Arsya seketika langsung berkaca menatap sahabatnya,

"A,,rsya mau b,,bantu gu,,e syahadat ng,,ga?" pinta Angel yang terdengar dengan suara yang semakin bergetar,

mendengar apa yang Angel katakan rasanya dada Arsya terasa begitu panas, dan perih,

"Jangan sekarang Angel" gumam Arsya yang mencoba memejamkan mata nya sesaat, untuk menahan air mata yang sudah ia bendung agar tidak keluar,

"Dada gu,,e sesek sya, tu,,buh gu,,e d,,dingin, ke,,kepala gue sakith" lirih Angel nampak semakin terbata,

Mendengar penuturan Angel, Arsya seakan tertegun kaku, membuat lelaki itu perlahan mulai mendekat kan mulut nya ketelinga sahabatnya tersebut,

"Asyhadu-" ucap Arsya dengan suara begitu berat,

"Asyhadu-" suara yang terdengar begitu lembut mengikuti tuntunan mulut Arsya,

"Ala-"

"Ala-"

"Ilaha-" Arsya kembali melanjutkan nya,

"Ilaha-"

"Ilallah-"

"Ilallah-"

"Wa asyhadu-" Arsya melanjut kalimah thoyibah keduanya, namun suara Angel berhenti mengikuti tuntunan syahadat yang Arsya ucapkan,

Membuat Arsya menyadari layar monitor yang sudah menunjukkan garis lurus,

"Angel" gumam Arsya sembari menatap kaku sahabatnya yang nampak sudah memejamkan mata,

Semua terasa seperti mimpi, dada Arsya terasa begitu sesak, seperti ribuan pedang tak kasat mata dihempas kan kedinding hatinya,

rasanya begitu sakit, perih, bagaimana bisa sosok wanita yang Arsya sayangi pergi meninggalkan nya secepat ini,

Bahkan untaian mawar merah yang tadi ia bawa masih setia digenggaman nya,

"Gue suka sama lo" batin Arsya penuh penyesalan,

lelaki itu pun beralih menatap untaian mawar ditangannya, kenapa ia tidak memberikan nya dari dulu, kenapa bisa ia begitu kokoh akan pendiriannya yang tidak percaya akan cinta,

dan sekarang semua sudah terlambat untuk Arsya ucapkan, Arsya sadar rasa cinta yang ia bantah mati matian sudah tumbuh sejak lama untuk sahabat nya,

***

Langit nampak begitu gelap tertutup oleh kabut hitam, tetes demi tetes air hujan mulai menetes diatas tanah makam yang nampak masih basah,

saat semua orang sudah meninggal kan area pemakaman, hanya tertinggal seorang lelaki yang mengenakan kemeja putih dengan seuntai mawar merah yang masih setia ia genggam,

Arsya perlahan meletakkan seuntai mawar yang ia bawa, diatas makam sahabat nya, mata nya terlihat memerah menatap batu nisan yang mengukir indah nama wanita yang ia cintai,

tak ada lagi kata yang sanggup Arsya ucapkan, bahkan lelaki itu merasa kehidupan seakan berhenti berjalan, kenangan kenangan indah yang telah ia lalui dengan Angel seakan kembali berputar,

"Arsya" suara Angel bahkan terus terdengar, membuat lelaki itu mencoba menutup telinga kuat,

hujan bahkan turun semakin deras membasahi tubuh Arsya, namun tak sedikit Arsya berfikir untuk pergi meninggalkan sahabat nya sendiri,

melihat suasana yang semakin petang, lelaki hanya bisa terdiam, Arsya merasakan tubuh nya yang mulai kedinginan, perlahan Arsya berdiri dari duduknya ia sedikit mendangak kelangit yang masih menumpahkan air hujan,

andai saja dunia memberikan kehidupan kedua, mungkin semua tidak akan sesakit ini bukan,

saat mengingat sosok Vitania, Arsya dengan berat mulai melangkahkan kakinya meninggalkan pemakaman, walaupun langkah Arsya kembali terhenti sesaat, untuk menoleh ke arah makam sahabat nya.

***

Arsya mengendarai motornya dengan tatapan mata kosong, bahkan otak lelaki itu masih terus memutar kenangan indah bersama sosok sahabat nya,

Arsya masih ingat betul, waktu mereka berdua berkeliling kota menggunakan motor, Arsya masih ingat bagaimana cara Angel melingkar kan tangan diperutnya, tertawa dan bercanda disepanjang jalan bersama,

Lelaki itu bahkan nampak memandang sebuah resto, tempat dimana mereka berdua pernah makan bersama,

bahkan setiap jalanan kota punya kenangan tentang mereka,

Trotttt....

Suara klakson trek seketika menyadarkan Arsya dari lamunannya,
lelaki itu refleks mengarahkan motor nya keasal arah, membuat tubuh nya terguling di atas aspal,

sedang beberapa pengendara turut menghentikan kendaraan mereka untuk membantu Arsya yang terjatuh dari motor nya,

"Argh" rintih Arsya saat beberapa orang membantu nya untuk berdiri,

Arsya perlahan membuka helmnya, menunjukkan sudut bibir nya yang mengeluarkan darah karena benturan yang cukup keras,

"Mas mau dianterin kerumah sakit" tawar salah pria paru baya yang mengenakan mantel berwarna coklat pada Arsya,

"Ngga. saya ngga papa" tolak Arsya sembari mengusap kasar darah yang keluar dari sudut bibir nya,

bahkan nampak luka yang menganga di tangan kanan Arsya, diabaikan begitu saja,

walaupun tubuh Arsya terasa sakit, tapi duka yang sedang ia rasakan membuat lelaki itu tak peduli dengan dirinya sendiri,

"Yaudah mas biar saya anterin pulang" tawar orang yang sama, namun Arsya kembali menolak nya,

"Ngga usah, makasih pak"




Love For Kayza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang