--

130 14 2
                                    

Untuk kekasihku,

Jaehan.

Shin Jaehan. Kau tahu, salah satu hal yang selama ini aku impikan adalah mengikatmu dalam janji pernikahan. Menunjukkan kepada semua orang bahwa kau adalah belahan jiwa yang sudah ditakdirkan. Dan hal itu sudah aku wujudkan.

Jaehanie sayang,

Mungkin apa yang akan kukatakan lewat surat ini sedikit menyakitkan. Mungkin juga, setelahnya kau akan menangis sesenggukan. Namun percayalah, sedikit pun aku tidak ingin menyakiti perasaan.

Kau sangat tahu begitu besar rasa cintaku. Bahkan jika perlu, seluruh dunia pun harus tahu. Bahwa Shin Jaehan adalah satu-satunya pemilik hatiku. Orang yang secara sadar aku pilih untuk menemani hidup dan matiku.

Sayangku,

Apa kau ingat saat aku dengan begitu berani mengambil ciuman pertamamu? Kau yang tersipu malu, bersama dengan degup jantung yang begitu menggebu. Kukira mimpi, saat menyadari kau akhirnya menerima perasaanku. Aku sampai berpikir, jika mati saat itu juga tidak masalah untukku. 

Lucu sekali bukan. 

Kita yang terlampau muda saat itu, merajut asa untuk bersama selamanya. Saling berjanji setia sampai kita menua. Merajut cerita di mana hanya ada kita berdua di sana. 

Janji-janji yang sayangnya tak bisa kutepati lagi. Janji yang harus terkubur bersama ragaku yang telah mati.

Cintaku, 

Entah bagaimana aku bisa membayangkan jika saat ini kau sedang menangis tanpa suara. Sendirian, tanpa siapa-siapa. 

Sungguh! Jika bisa aku menawar pada Tuhan. Aku sangat ingin merengkuh sosokmu sekarang. Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang menghapus segala duka. Namun beribu maaf harus aku sampaikan. Karena kini, aku telah tiada. Jasadku sudah tidak mampu lagi mendekap erat dirimu menghadirkan rasa nyaman. Atau bisa dikata, aku telah berpulang. 

Maaf, karena aku tidak bisa menepati janji yang kuucapkan di hadapan Tuhan.

Maaf, karena aku harus mengingkari cinta yang kita rajut sedari belia.

Maaf, maaf, maaf.

Rupanya takdir tidak ingin kita bersama. Meski demikian, benar aku akan bangkit dari kuburku jika kudengar seseorang melukaimu.

Tuhan...

Tolong jaga kekasihku. Meski terlihat baik-baik saja, tapi aku tahu dia begitu rapuh.

Tolong jaga dia dari segala hal yang menyakiti. Buatlah Jaehan-ku bahagia, walau tanpa diriku yang membersamai.

Kekasihmu,

Shin Yechan.

.

.

.

Jaehan sudah tidak tau lagi berapa banyak air mata yang ia keluarkan. Sudah seremuk apa hatinya sekarang. Kekasihnya, belahan jiwanya, orang yang begitu ia cinta kini telah tiada. Terkubur di bawah gundukan tanah basah yang sejak tadi tersiram air hujan. Yang setiap tetesnya menggarami jiwanya yang sedang berduka. 

Untuk Kekasihku, Jaehan |EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang