31. Bayi Besar

76 9 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“SHIT!!!” geram Apo saat Profesor Siwat menjahit luka di perutnya.

“Tahanlah, Bayi besar.” Siwat menahan tawanya.

“Bayi besar? Bayi besar mana bisa melawan bocah sialan itu, Profesor.” Apo tidak terima dengan panggilan itu.

“Kalau bukan bayi besar, kamu harus menahannya.” Ucap sang Profesor.

Apo mendengus kesal. Tapi dia tetap menahan rasa sakit saat lukanya dijahit.
“APO!!!” Seruan itu membuat Apo dan Siwat menoleh.

Mereka bisa melihat Mile berlari masuk dengan nafas terengah-engah. Segera pria itu menghampiri Apo yang duduk di tepi ranjang rawat. Tatapannya langsung tertuju pada luka yang baru saja selesai dijahit oleh Profesor Siwat.

“Apa yang terjadi? Aku mendengar kamu terluka.” Mile menatap Apo dengan tatapan cemas.

“Aku tidak sengaja berpapasan dengan Jet Bundit. Kemudian kami bertarung. Sayangnya bocah sialan itu berhasil melukaiku sebelum akhirnya kabur.” Jelas Apo.

“Apakah lukanya dalam, Profesor?” tanya Mile.

Siwat menggelengkan kepalanya. “Tidak terlalu dalam. Kamu gak perlu cemas.”

“Kamu dengar sendiri, Phi. Aku gak papa. Lagian cuma luka kecil.” Apo tersenyum lebar.

“Padahal tadi merengek sakit seperti bayi.” Gumam Siwat dengan suara kecil.

“Kamu bilang apa, Profesor?” tanya Mile yang tidak mendengar jelas ucapan Siwat.a

“Profesor!!!” Apo melotot tajam ke arah pria berjas putih itu.

Siwat menampilkan cengiran lebarnya. “Tidak, tidak apa-apa. Karena tugasku sudah selesai, maka aku pergi dulu.”

Namun sebelum Profesor Siwat melangkah menuju pintu, Tiba-tiba suara ledakan membuat tubuh pria itu terpental hingga menabrak dinding sebelum akhirnya berguling di atas lantai. Sementara itu, Apo terpental dari ranjang. Melihat sang kekasih dalam bahaya, Mile segera meloncat ke arah Apo. Dia meletakkan tanganna di belakang kepala Apo untuk melindungi kepala Apo dari benturan.

Tidak sampai di sana, saat Mile menoleh ke belakang, dia melihat sebuah lemari terpental ke arah mereka. Dengan tangan nanomite-nya, Mile menahan lemari itu agar tidak melukai Apo. Debu pun bertebaran di mana pun karena ledakan itu. Bahkan membuat Apo dan Mile terbatuk.

“Apa yang terjadi?” tanya Apo sembari terbatuk.

Mile mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak tahu. Tapi kupikir kita perlu mencari tahu.”

Apo menganggukkan kepalanya. Kemudian Mile mendorong lemari itu hingga terjatuh. Kemudian Mile mengulurkan tangannya untuk membantu Apo berdiri.

“Profesor Siwat?” Apo pun teringat pada sang profesor.

Not Human, But Cyborg (MileApo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang