bab 4

18 3 1
                                    

Hyei seketika lupa kalau dirinya sedang memakai piyama tidur. Dia menyambar ponselnya yang terjatuh, lalu bergegas meninggalkan apartement dengan televisi yang masih menyala. Dia bergerak secepatnya menuju lift yang akan mengantarnya ke basemant. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya Hoseok.

Dia berlari di parkiran menuju mobilnya, tapi baru saja hendak masuk ke mobil, seseorang menariknya.

"Kau mau kemana dengan penampilan seperti ini?!" Lily menatap geram.

"Aku ...."

"Sudah ku duga kau pasti akan bertindak seperti orang gila jika mengetahui berita itu. Untung saja aku segera kemari."

"Tapi Appa ... dia ... dia ...."

"Lupakan dia dan ayo kita kembali ke apartementmu." Lily menarik tangan Hyei, tapi Hyei menghempaskannya dengan kasar.

"Aku tak akan kembali sebelum tau keadaan Appa!" Pekik gadis itu sebelum sebuah tamparan mendarat di pipinya.

"Sadarkan dirimu, Hyei! Biarkan mereka mengurus Hoseok. Kau bukan siapa-siapa dan tak akan bisa melakukan apa pun! Kau hanya akan menambah beban mereka! Semua media sekarang sedang meliput berita ini, apa kau sadar apa yang akan terjadi jika kau tertangkap kamera ada di sana?!"

"Aku ...." Tubuh Hyei terhuyung mundur. Kakinya melemah membuatnya berjongkok dan menangis pasrah. Lily benar. Tak ada yang bisa dia lakukan di sana. "Aku hanya mengkhawatirkannya ... sangat mengkhawatirkannya ...."

Lily menarik tubuh Hyei dalam peluknya dan membiarkan gadis itu menangis. "Semoga Hoseok baik-baik saja," ucap Lily dalam hatinya. Setelah Hyei sedikit tenang, dia pun pasrah ketika Lily memapahnya untuk naik kembali ke apartement.

Sudah dua jam Hyei menangis, perlahan dia mulai terlelap karena kelelahan. Lily menatap sahabatnya dengan iba. "Kenapa masa lalu itu kembali datang di hidupmu, Hyei? Harusnya kau mengabaikan semua ini."

Lily merapikan selimut yang menutupi sahabatnya. "Istirahatlah, aku akan menjagamu di sini," ucap wanita itu. Dia beranjak meninggalkan kamar dan duduk di sofa ruang tamu sembari menonton televisi berharap ada berita baik yang bisa dia ceritakan esok ketika Hyei terjaga.

***

Taehyung dan Kyung Soo hanya bisa terduduk pasrah di kursi ruang tunggu depan ruang oprasi. Lampu ruang oprasi masih menyala merah.

"Ini salahku, ini salahku!" Taehyung memukul-mukul kepalanya. "Jika bukan karena kecerobohanku hyung tak akan celaka."

"Tae, tenanglah." Kyung Soo berusaha menahan Taehyung yang terus mencoba menyakiti dirinya sendiri. Mata Taehyung telah sembab karena terlalu banyak menangis.

"Ini bukan salahmu. Bagaimanapun kita semua sudah siap menghadapi hal seperti ini. Tak ada yang salah, kau mengerti?!" Kyung Soo berusaha meyakinkan Taehyung, tapi sepertinya itu tak cukup berhasil karena Ve masih saja tak bisa berdamai dengan kenyataan.

"Jika aku mengikuti kata-katanya dan tak merangsek masuk, Hyung tak akan terluka. Kau sendiri tau akulah yang membuatnya jadi seperti ini." Taehyung masih terus menyalahkan diri.

Tadi, ketika sekelompok pria bersenjata melakukan penyerangan secara membabi buta, mereka bersama satuan polisi diterjunkan untuk mengendalikan situasi. Dua orang teroris berhasil dilumpuhkan, tapi tiga dari mereka merangsek masuk ke dalam mall dan menyandra beberapa warga sipil.

Saat itu sempat terjadi perdebatan antara Hoseok dan Taehyung. Taehyung berpikir untuk melakukan penyelamatan dengan cepat karena semua sandra berada dalam bahaya. Pelaku memiliki bom aktif yang menempel di tubuhnya, tapi Hoseok mencegah dan mengatakan bahwa mereka butuh bantuan atau semua sandra akan celaka.

Belum sempat Hoseok memanggil bantuan, Taehyung malah mengindahkan peringatannya. Hoseok pun melupakan rencananya, lalu meminta satuan polisi memanggil pasukan keamanan khusus. Dia dan Kyung Soo menyusul langkah Taehyung masuk ke dalam mall.

Baku tembak sempat terjadi selama beberapa kali, Kyung Soo berhasil menyelamatkan lima orang sandra. Dua pelaku kejahatan berhasil ditembak, tapi pada saat-saat genting dan terdesak, satu dari mereka yang tersisa malah meledakkan dirinya. Tubuhnya hancur berkeping-keping bersama dengan bangunan yang gemeretak perlahan hancur. Hoseok berusaha menarik Taehyung yang masih terjebak di dalam. Mereka berlari keluar gedung beradu kecepatan  dengan runtuhnya bangunan mall.

Saat melihat sebuah rak kaca akan tumbang dan mengenai Taehyung, Hoseok mempercepat larinya dan mendorong pria itu hingga terpental menjauh, sementara Hoseok sendiri gagal menyelamatkan diri. Rak itu jatuh, hancur berderak tepat mengenai dirinya. Beberapa perabotan yang tadinya terpajang di rak etalase itu pun menimpa Hoseok, menimbunnya dalam reruntuhan.

Tim evakuasi berhasil mengeluarkan Hoseok dengan cepat dari reruntuhan itu, tapi kondisinya sangat mengenaskan. Tubuhnya berlumuran darah dan dia sudah kehilangan kesadaran. Banyak sekali pecahan kaca yang mengenai dirinya, bahkan masih menempel hampir di sekujur badannya. Kondisinya sangat kritis. Sebilah besi panjang tertancap dipunggungnya. Dan kini sudah hampir dua belas jam berlalu, pintu ruang oprasi masih belum juga terbuka. Taehyung dan Kyung Soo benar-benar khawatir.

Setelah hampir tiga belas jam berlalu, akhirnya pintu ruang oprasi terbuka. Seorang dokter keluar sembari melepas maskernya.

"Bagaiaman kondisi Hoseok Hyung?" tanya Taehyung tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.

Dokter itu menggeleng lemah. "Oprasi berjalan lancar, tapi Hoseok sekarang masih ada dalam masa kritis. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kondisinya sangat parah. Mungkin hanya mukzijat yang bisa membuatnya kembali sadar. Maafkan aku, Ve," ucap dokter itu sembari menepuk bahu Taehyung dengan lembut dia pun pergi meninggalkan pria itu yang terduduk lemah tak dapat menerima berita buruk yang dikatakan dokter itu.

"Tae ...." Kyung Soo masih ada di sana untuk menguatkan hati temannya.

Pintu ruang oprasi kembali terbuka. Dua orang suster mendorong ranjang tempat Hoseok terbaring tanpa daya. Sementara salah satu suster membawa catatan medis pasien.

"Pasien akan kami pindahkan ke ruang ICU untuk melakukan observasi, jika kalian ingin melihatnya, silakan ikuti kami," ucap perawat cantik itu.

Taehyung menatap Hoseok dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah. Wajah Hoseok hampir tak terlihat karena terlilit perban.  Perban juga menutupi badan, kaki, dan tangannya hingga pria itu hampir tampak seperti mumi.

"Wajahnya terkena banyak pecahan kaca," ucap dokter wanita yang berdiri di sebelah Taehyung. "Ada besi penyangga yang menusuk dalam dan hampir menembus jantungnya. Sedikit saja besi itu mengenai jantungnya, maka Hoseok tak akan bisa diselamatkan. Namun, kami juga tak bisa menjamin keadaannya akan segera membaik. Tingkat keberhasilan oprasi ini hanya sepuluh persen dan kami harus mengambil resiko untuk menyelamatkannya. Jadi, kau harus lebih bersabar menunggunya tersadar."

Taehyung hanya bisa diam mendengarkan penjelasan sang dokter. Selain sekujur badannya yang terluka, kedua kaki Hoseok juga diperban karena harus menjalani oprasi menyambungan tulang. Kedua kakinya mengalami patah yang cukup parah. Taehyung tak bisa membayangkan bagaimana seorang penari seperti Hoseok kini mengalami cedera parah di kakinya. Apa yang akan dilakukan Hoseok jika kakinya tak bisa digunakan lagi untuk menari?

Air mata Taehyung meluruh jatuh. Dia hanya bisa duduk dalam diam dan terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Hyung, bangunlah. Kumohon ...." Pria itu terisak.

Kyung Soo yang tadinya sempat pergi meninggalkan mereka, kini kembali dengan pimpinan batalyon. Dia meminta Taehyung untuk kembali ke barak, sementara Hoseok akan dipindahkan ke rumah sakit militer di Seoul untuk mendapat perawatan dan pengobatan yang lebih baik. Taehyung hanya bisa pasrah, dia tak bisa melawan perintah atasan.

Tbc

Aku double up ya guys moga kalian suka. Jangan lupa komen dan vote ya biar aku lebih semangat buat update.

Pick Me, BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang