Bab 6 (Baik Bukan Berarti Cinta)

140 5 0
                                    

Indra memasuki apartemennya tanpa mengucapkan salam. Ia menatap sekeliling ruangan. Bersih dan rapi seperti tadi pagi. Dan ... fakta baru, ia tidak sendiri lagi disini. Ia bersama istrinya. Bukan Acha, gadis yang ia cintai, tetapi Aira. Gadis yang terus memakai kerudung lebar dan gamis longgarnya.

Mendengar sesuatu, Aira langsung keluar kamar. Ia tadi mulai memaksakan diri untuk menyelesaikan tugas kuliahnya.

Aira tampak terkejut melihat keberadaan Indra. Namun ia segera menghampirinya.

Tanpa aba-aba, Aira langsung meraih tangan Indra dan mencium tangan suaminya. Indra terkejut dengan perlakuan Aira.

"Assalamu'alaikum," ucap Aira menyadarkan Indra.

"Wa--wa'alaikumussalam," jawab Indra terbata.

Aira melepaskan tangannya. "Maaf aku belum masak. Aku nggak tahu kalau Kakak pulang jam segini." Aira menatap jam dinding yang terpasang di ruang tamu itu. Jarum jam masih menunjuk angka dua. 

Indra ingin marah tapi tak bisa. Berani-beraninya gadis itu menyentuh dan mencium tangannya. Tapi entah kenapa Indra tak bisa memarahinya. 

"Nggak usah, gue udah makan di kampus," kata Indra datar dan berlalu dari hadapan Aira.

Indra tadi tak ingin pulang. Mengetahui ada orang lain di rumahnya. Tapi, jujur ia sangat lelah. Mau tak mau ia harus pulang. 

Aira segera menyusul Indra. "Kakak mau aku siapin air hangat buat mandi? Kalau iya biar aku siapin sekarang," ujar Aira sembari mensejajarkan langkahnya dengan Indra.

"Terserah," sahut Indra lesu. Bagus kalau ada yang menyiapkan air hangat untuk mandi. Rasanya ia malas untuk melakukannya.

Indra merebahkan dirinya di sofa. Sementara Aira ke kamar Indra untuk menyiapkan air hangat. Tak butuh waktu lama, Aira sudah kembali.

"Kak, air hangatnya sudah siap," kata Aira. Indra membuka matanya yang tadinya terpejam. Aira langsung kembali ke kamarnya setelah mengatakan itu.

Indra mengernyit heran. Apakah gadis kampung itu bisa menggunakan peralatan kamar mandi. Secara kamar mandi di apartemen itu modern. Bagaimana caranya Aira bisa mencari tombol ini dan itu?

Sepertinya kau terlalu meremehkan Aira, Ndra.

Sesampainya di kamar Indra terkejut ketika mendapati bajunya sudah disiapkan diatas kasur. Pintu lemarinya terbuat dari kaca, jadi baju-baju Indra terlihat dari luar. Mungkin itu yang membuat Aira berani membuka lemarinya.

Tunggu, jika begini, bagaimana caranya Indra membuat Aira minta cerai? Sementara sikapnya dari semalam sampai hari ini tak membuatnya menyiapkan tenaga untuk memarahinya. 

***
Pukul 19.30

Indra keluar kamar begitu mendengar suara sedikit berisik dari arah dapur. Perutnya sudah keroncongan minta diisi. Setelah mandi tadi, Indra tidak keluar kamar. Ia memilih untuk kembali mengerjakan skripsinya.

Indra duduk di sofa. Menunggu Aira selesai masak. Ia membuka i Pad nya untuk melihat perkembangan perusahaan yang dikirimkan Andra.

"Kak."

Indra menoleh.

"Makan malam udah siap," kata Aira.

Indra mengangguk. Ia meletakkan i Pad nya di meja kemudian beranjak. Aira sudah kembali ke dapur untuk mengambilkan nasi.

"Segini cukup?" tanya Aira.

"Cukup."

Menu makan malam kali ini adalah tahu bacem dan tumis kangkung. Indra menatap makan malamnya dengan raut wajah datar.

Indra AiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang