Chapter 8

675 57 9
                                    

🎶||Somebody Please - Aziz Hedra||🎶

<<<<<>>>>>

Pagi ini Jo terbangun dengan wajah lesu serta pucat. Balita yg berusia dua tahun itu merasa tidak enak di sekujur tubuhnya, bibir mungilnya sedikit bergetar dengan pipi chubby nya yg memerah, hidung kecilnya juga memerah.

Sekarang masih jam tiga pagi tapi balita manis ini sudah terbangun karena merasakan sesuatu yg aneh di tubuhnya. Membuatnya ingin menangis sekuat-kuatnya tapi ia yakin kakak kakaknya masih tertidur.

Jadi ia bangun sambil memeluk boneka kucing kesayangannya. Berjalan gontai menuju kamar kakak tertuanya yg berada di samping kiri kamarnya, balita mungil itu perlahan mendorong pintu kamar kakaknya yg memang sengaja tak di kunci.

Balita manis itu berjalan menuju sang kakak yg masih tertidur dengan telanjang dada alias tak menggunakan pakaian bagian atasnya. Hal itu sudah kebiasaan Heesa sejak kecil, karena ia sering merasa gerah di tengah malam walaupun ada AC.

Balita manis itu dengan perlahan naik ke atas kasur milik kakak sulungnya, ia berbaring di samping sang kakak dan membuka tangan kakaknya agar ia bisa masuk kedalam pelukan hangat kakaknya. Entah Heesa sadar atau tak sadar, ia menarik Jo masuk kedalam pelukannya dan memeluk erat anak itu.

Jo pun mulai mengantuk, matanya sayu dan akhirnya tertutup. Ia merasa hangat dan nyaman di peluk kakaknya seperti ini, ia suka di peluk saat sakit. Seperti, rasa sakit itu pergi jauh sangat jauh hingga membuatnya tidak merasakan sakit yg teramat itu.

Akhirnya Jo tertidur lelap sambil memeluk boneka kucing kesayangannya dan ia yg berada di dalam pelukan kakak sulungnya.

<<•6.30•>>

Heesa terusik dari tidurnya karena merasa sebuah hawa yg sangat panas di dalam pelukannya. Ia membuka matanya dan menatap sumber yg membuat tubuhnya panas itu.

Ia langsung membulatkan matanya ketika melihat sang adik yg tertidur dengan keringat yg membasahi wajahnya, bibir mungil sang adik gemetar kecil entah kenapa.

Selama ia tidur, ia mengira yg dipeluknya adalah sebuah guling tapi ternyata adik kesayangannya. Heesa panik, sangat panik malah.

Dengan cepat ia melepaskan pelukan itu, menyamankan posisi adiknya dan menutup tubuh mungil sang adik dengan selimut. Ia berjalan cepat menuju dapur, mengambil beberapa bungkus baybay Fever dan langsung kembali ke kamarnya.

Ia duduk di samping sang adik dan dengan telaten memasangkan baybay Fever itu di jidat sang adik. Ia membersihkan semua keringat yg ada di wajah bulat adiknya itu, bibir mungil adik kecilnya gemetar serta sangat pucat, suhu tubuh adiknya di atas rata-rata ia rasa.

"Shit." Heesa langsung mengambil ponselnya. Ia harus menelfon dokter, dokter keluarga mereka yg sudah bekerja lama di keluarga mereka sekaligus sahabat bunda.

"Halo, ada apa Sa? Ada yg sakit?"

Tanya sang dokter di seberang sana. Dokter itu sedikit heran karena pagi-pagi begini Heesa sudah menelfon dan ini sangat langkah, biasanya kalau ada yg sakit orang tua mereka yg akan menelfon bukan si sulung yg sangat datar dan dingin seperti gunung everest ini.

"Adikku. Cepatlah kemari paman. Adikku sedang sakit! Lima menit lagi kau harus ada di sini atau aku akan memberikan kau hukuman paman!" Tekan Heesa dengan panik sekaligus cemas. Alvian Damian Yanandra meneguk ludahnya kasar, ancaman si sulung Alexander ini sungguh menyeramkan berbeda dari yg lain bahkan auranya saja sampai terasa disini.

Baby Garden [Yang Jungwon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang