Chapter 9

701 54 13
                                    

🎶||Shoti - LDR||🎶

<<<<<>>>>>

Mereka telah berada di rumah sakit, Jo sedang di periksa oleh Alvian didalam ruangan sedangkan yg lain menunggu dengan panik dan cemas di luar ruangan. Heesa sudah menjelaskan apa yg terjadi dengan adik kecil mereka, dan hal itu membuat kecemasan mereka semakin menjadi-jadi.

Heesa mengambil ponselnya, mencari nomor sang bunda. Orang tua mereka harus tau apa yg terjadi dengan adik kecil mereka ini, Heesa menelfon bundanya dan panggilan itu tersandung tapi tak kunjung di angkat.

"Angkat Bun ..." Lirih Heesa. Tapi tetap saja sang bunda tidak mengangkat telfonnya, ia mencoba menelfon sang bunda kembali tapi tetap saja tidak di angkat oleh sang bunda. Begitupun dengan nomor sang ayah.

"Rey. Telfon bunda sama ayah." Titah Heesa, ia berusaha positif thinking saja. Mungkin kedua orangtuanya tidak mau mengangkat telfonnya, Reyhan yg paham langsung mengangguk dan mulai menelfon sang bunda.

Nihil. Hasilnya sama seperti Heesa, tak ada jawaban sama sekali dari kedua orangtuanya, padahal kedua orang tuanya tak pernah tidak mengangkat telfon mereka walaupun sesibuk apapun mereka, tapi sekarang, entahlah. Adik-adiknya mencoba menelfon tapi tak ada satupun yg mengangkat, padahal ini masih pagi. Tao mungkin keduanya sudah berangkat kerja atau bertemu dengan klien.

Helaan nafas terdengar dari mereka berenam, menatap dengan tatapan kosong kearah pintu ruangan Jo. Mereka sudah sangat khawatir dengan keadaan adik kecil mereka sekarang.

Alvian keluar dari ruangan Jo dengan wajah masamnya. "Bunda sama ayah kalian?" Tanya Vian kepada anak-anak sahabatnya.

"Kami tau kau tak buta paman." Sarkas Reyhan dengan tatapan tajam. Ia tak suka basa-basi, ia lebih suka langsung to the poin saja tidak perlu basa-basi yg menghabiskan waktu.

Vian menghela nafas, buka itu maksudnya tapi sudahlah. "Keadaan adik kalian bisa di bilang sangat buruk ... Imun tubuhnya sangat lemah, berbeda dari anak-anak yg lain. Juga ... Ia mengalami gagal jantung, dimana jantungnya yg mengalami kegagalan dalam memproses sebuah makanan atau bisa di bilang tidak menerima pasokan darah merah yg cukup." Semuanya terdiam. Heesa dan adik-adiknya terdiam kaku dengan tatapan yg sangat kosong, mereka tau sekarang kenapa Jo di buang oleh keluarganya.

"Kegagalan jantung adik kalian membuat tubuhnya sangat lemah ... Dan satu lagi ... Karena kegagalan jantung itu membuat adik kalian mengalami penyakit asma yg cukup parah dan akan lebih parah seiring berjalannya waktu." Lagi-lagi tak ada jawaban dari para remaja itu, mereka masih terdiam mencerna semuanya dengan baik.

"Jadi ... Jangan membuatnya bekerja berat. Jangan membuatnya kelelahan, dan satu lagi jangan sampai membuatnya berlari terlalu lama atau ia bisa mengalami sesak nafas yg sangat parah hingga berujung demam tinggi. Hindari adik kalian untuk memakan makanan yg keras apalagi yg pedas, saya akan memberikan beberapa pantangan makanan untuknya agar kalian tdiak sembarang memberikan ia makanan." Tetap sama. Hening dan tak ada jawaban sama sekali.

"Kalau ingin menjenguk silahkan. Tapi, Heesa dan Reyhan ikut saya sebentar, kalian berdua yg paling tua jadi saya akan memberikan beberapa pantangan makanan adik kalian dan beberapa hal penting." Vian pergi diikuti Reyhan dan Heesa dengan tatapan yg sama, datar dan kosong.

Yg tersisa masuk kedalam ruangan Jo. Mereka mendekati sang adik bungsu yg masih tertidur pulas, mungkin telah di berikan obat tidur oleh Vian. Helaan nafas terdengar dari mulut mereka. Satya mendekati adik kecilnya, mengecup pelipis si kecil lembut dan mengusap pipi gembul itu.

Baby Garden [Yang Jungwon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang