Chapter 1

0 0 0
                                    

Awal hari yang cerah dipagi hari, namun tidak bagi seorang pecundang disekolah yang tak lain dan tak bukan ialah Falah Alaska. Falah yang masih terbaring di atas ranjangnya sembari menutupi tubuhnya dengan selimut, rasanya enggan beranjak dari tempat tidur.

Dikeluarga sederhana ini terdiri dari 4 anggota keluarga, ibu Ida selaku mama dari Falah yang bekerja sebagai Tukang Jahit. Kemudian Rizal selaku adik dari Falah yang saat ini masih duduk di bangku kelas 3 SD. Dan setelah itu Falah yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Dan terakhir ialah bapak Dani yang saat ini tidak diketahui keberadaannya dimana.

"Kakak!!! banguuuunnn udah jam berapa ini",teriak ibu Ida dari luar kamar.

"Iya buuuk bentar lagi",ujar Falah kepada ibunya.

5 menit kemudian......

"Cklaaaak!!! ", suara kunci pintu terbuka dari kamar Falah. Sembari menahan rasa ngantuk Falah lalu keluar dari kamar dan langsung menuju dapur. Ia melihat ibunya yang sedang masak dan adiknya yang sedang sarapan. Dan kemudian Falah pun langsung duduk di meja makan dengan wajah yang masih mengantuk.

"Buruan mandi sana abis itu sarapan, kan sekarang hari senin...., awas nanti telat lo ", ujar ibunya Falah.

" Gak tau tu kakak, bukannya mandi dulu biar seger, malah langsung duduk. Lihat geh mukanya aja masih kaya zombie hahaha...", ujar adiknya sembari bercanda.

"Huuuusssttt!!!, adek gak boleh ngomong gitu ahh", ujar ibunya.

"Iyaya ini kakak mandi", ujar Falah.

Setelah itu Falah pun langsung beranjak dari meja makan dan langsung mengambil handuk dan kemudian ia pun langsung mandi. Setelah Falah selesai ia langsung keluar menuju kamar dan ganti pakaian seragam sekolah. Setelah semuanya siap Falah pun langsung sarapan di dapur bersama ibu dan adiknya.

"Buk, dulu waktu mama sekolah ituuu gimana rasanya", tanya Falah sembari makan.

"Dulu ibu seneng kok waktu disekolah, soalnya mama bisa belajar banyak hal, terus punya banyak temen, pokoknya yaa gitulah", jawab ibunya.

"Hmmm gitu yaa", ujar Falah sambil meratapi nasibnya yang berbeda.

"Kalo aku sih males sekolah, soalnya banyak banget tugas-tugasnya belum lagi kalau ada PR...hadehhhh puusssingg", ujar adiknya.

"Dihhh siapa juga yang tanya sama kamu yeeeee", ujar Falah sambil mengejek adiknya.

"Udah-udah buruan diselesain sarapannya abis itu berangkat", ujar mamanya sambil tersenyum.

"Iya buuuk", jawab Falah dan Rizal.

Setelah itu Falah dan Rizal pun berpamitan kepada ibunya lalu mereka berdua pun berangkat sekolah dengan menggunakan sepedanya masing-masing. Sesampainya Falah disekolahan, ia pun langsung memarkirkan sepedanya lalu segara menuju kelasnya.

Saat ditengah perjalanan Falah langsung dihadang oleh anak geng disekolahan dia. Pemimpin dari geng itu adalah Vito dan 2 anak buahnya yaitu Tomi dan Revan.

"Weeeehhh si anak kacamata udah dateng", ujar Revan sambil merangkul Falah.

"Hahaha yoiii!!", ujar Tomi.

"Woiii minggir kalian berdua, gua ada urusan sama ni anak", ujar Vito dengan ekspresi marah.

Diposisi itu Falah hanya terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Seluruh tubuhnya bergetar dan keringat keluar dari tubuhnya.

"Eeeee ada perlu apa yaa Vit?", tanya Falah sembari ketakutan.

"Lo masih tanya ada perlu apa!, sekarang hari senin woyy waktunya setoran mingguan, mana sini duit lo", ujar Vito sambil memalak Falah.

"To-tolong jangan Vit", ujar Falah sambil berusaha menutupi sakunya.

Disaat situasi Falah yang sedang dipalak oleh mereka bertiga, tiba-tiba datang seorang guru yang menghampiri mereka berempat.

"Ada apa ini?", tanya guru tersebut.

"Ohhh gak papa pak, kita cuman lagi asik bercanda doang hehehe, iyakan Falah?", ujar Vito sambil menyeringai ke Falah.

"Eeeeee iya pak,kita cuman main-main doang kok", ujar Falah sambil tersenyum.

"Yaudah kalo gitu, kalian buruan baris dilapangan bentar lagi upacara dimulai", ujar guru tersebut.

"Baik pak!!!", jawab mereka berempat

"Hari ini lolos lu dari gua!", bisik Vito ke telinganya Falah.

Setelah itu Vito, Tomi,dan Revan pun pergi meninggalkan Falah. Falah hanya bisa bersyukur kepada Tuhan karena hari ini ia selamat dari mareka bertiga. Kemudian Falah pun pergi menuju ruang kelasnya dan bersiap ke lapangan untuk mengikuti kegiatan upacara bendera.

"Kriiiiiiiingggggg!!!"

Setelah upacara berakhir, suara bel masuk pun berbunyi seluruh siswa dan siswi pun memasuki ruang kelas mereka tak terkecuali Falah. Saat dikelas Falah masih berpikir apakah kehidupan akan terus seperti ini, selalu diejek dan direndahkan oleh kawan-kawanya. Akan tetapi Falah masih bisa bertahan karena dia masih memiliki keluarga yang harus ia banggain.

Dikelasnya Falah adalah murid yang paling pintar, namun tidak ada kawan-kawannya yang peduli dengan hal itu. Falah hanya dimanfaatkan otaknya oleh teman-temannya untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka. Namun ia tidak marah karena Falah berpikir dengan cara itu dia bisa mendapatkan perhatian teman-temannya dikelas.

"Kriiiiiiiingggggg!!!"

Tiba suara bel pulang pun berbunyi, Falah langsung cepat-cepat keluar dari kelas dan segera menuju parkiran supaya ia tidak bertemu oleh Vito dan teman-temannya. Langkah demi langkah Falah terus bergegas dan dengan perasaannya yang was-wasan melihat sekitar. Tiba diparkiran Falah langsung mengambil sepedanya dan beranjak keluar dari sekolah. Disaat ia sedang mengayuh sepedanya tiba-tiba dari arah belakang Vito yang sedang mengendarai motornya langsung menendang sepeda Falah.

"Hahahaha makan tu tanah!!!", ujar Vito sambil menertawai Falah.

Falah hanya bisa terdiam dan menahan sakit serta malu saat dilihat banyak orang. Falah pun langsung segera beranjak pergi dari situ dan pulang kerumah sambil menahan air mata keluar.

Saat sampai dirumah Falah langsung pergi menuju kamar dan mengunci pintu. Ibunya yang melihat itu langsung segera menghampiri Falah.

"Kak, kamu gak papa?, kok langsung masuk kamar?, makan dulu gih sana ibu udah nyiapin makanannya", ujar ibu Ida dengan lembut.

"Iyaa buk bentar lagi, aku lagi kecapean aja", jawab Falah didalam kamar

Tidak selang lama Falah pun keluar dari kamarnya dan pergi mandi. Kemudian ia pun makan bersama dengan ibu dan adiknya. Saat di meja makan Falah tidak banyak bicara, ia hanya fokus dengan makanannya. Namun raut wajahnya saat makan menunjukkan kesedihan, ibunya yang melihatnya pun tidak bisa berkata apa-apa. Setelah selesai dengan itu semua Falah pun langsung pergi menuju kamarnya dan mengunci diri hingga keesokan harinya.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang