sorry lama :(
.
.
.
.
Hampir setiap hari Ares mendatangi ruang rawat ibu Citra, bahkan dikala weekend pria itu bisa tinggal seharian.
Meski risih, Citra menahannya karena melihat sang ibu yang tampak senang dengan kedatangan Ares. Begitu pula adik-adiknya yang mudah sekali akrab dengan pria itu.
Dan ditengah itu semua, hal yang tak terduga terjadi. Tanpa sepengetahuan Citra, tantenya, ibu dari Aurel yang entah tahu dari mana tiba-tiba datang mengunjungi sang ibu, disusul Aurel bersama Lando, mantan tunangan gadis itu.
Citra bisa menangkap jelas raut terkejut juga gugup yang ditampilkan sepupuya. Dan entah kenapa, ia sendiri ikut merasa tegang, menanti reaksi Ares diseberang sana.
Citra sendiri cukup terkejut. Sudah sampai memutuskan hubungan pertunangan, bagaimana mungkin Aurel bisa kembali menggandeng pria itu?. Minim pengalaman asmara membuat Citra bertanya-tanya akan hal seperti ini.
Dalam hati Citra memaki Aurel yang bertindak seenaknya. Inilah kenapa dari awal ia enggan terlibat. Aurel, gadis itu... banyak dari sikapnya yang tidak cocok dengan Citra. Mereka dekatpun hanya karena sebatas hubungan keluarga, Citra bahkan tidak bisa menganggapnya teman.
Citra kemudian beralih melirik pada Ares yang sedari tadi enggan dipandanginya. Pria itu hanya berwajah datar dan terkesan biasa saja. Citra sulit menebak apa yang dipikirkan pria itu, meski ia yakin bisa saja Ares hanya pandai menyembunyikan emosinya. Sedari awal pria itu terlalu berharap pada Aurel.
Enggan menambah beban pikirannya, Citra kemudian menghembuskan napas pelan lalu memilih keluar untuk mencari sesuatu yang bisa menyegarkan pikirannya.
Ia meyakini sekarang hal itu bukan urusannya lagi. Mereka sudah sama-sama dewasa dan bisa menyelesaikannya sendiri.
Cukup lama menghabiskan waktu diluar, Citra kemudian kembali ke ruangan ibunya dan untungnya rombongan tantenya sudah akan pulang.
"kamu loh Cit, tega banget gak langsung ngasih tau kami" keluh wanita itu pada Citra yang baru masuk.
"kalo tante gak nelpon adikmu, sampai ibumu pulangpun tante gak bakal tahu"
Citra meringis tipis kemudian berkilah, "gak sempet tante, keburu panik sendiri"
Dan sang tante hanya bisa menghela napas. "lain kali jangan begini, kalau ada apa-apa itu langsung ngasih tau" peringat wanita paruh baya itu kemudian kembali berpamitan sebelum benar-benar pergi.
Citra kembali menangkap reaksi canggung sepupunya saat berpamitan, terutama pada Ares yang masih tidak bergerak ditempatnya sedari tadi.
Sejujurnya jiwa kepo Citra saat ini begitu menggelora, ingin segera menghujani Ares dengan berbagai pertanyaan. Apakah keduanya belum begitu jauh sampai pria itu terkesan datar-datar saja? Tapi tidak mungkin kan? Ares saja sampai memaksanya untuk berdekatan lagi dengan Aurel.
Tapi karena gengsi dan masih mempertahankan kemarahannya, Citra harus memendam dalam-dalam rasa penasarannya. Lagi pula, bisa-bisa ia akan kembali dilibatkan jika nekat menggali informasi dari Ares maupun Aurel sendiri.
@
@
@
@
Keesokan harinya, Irna sudah diperbolehkan pulang dan Ares masih setia bersama mereka. Pria itu dengan telaten membantu Citra dan adik-adiknya berkemas, membawakan barang-barang hingga menuntun Irna yang masih sedikit lemas untuk berjaan sendiri. Berkat Ares pula mereka tak perlu memesan taksi.