KAMU BUKAN ORANG PALING BAIK, MUNGKIN ADA ORANG YANG MERASA DIRUGIKAN ATAS DIRIMU
•REVANDRA•
•••
Revan dan Devan baru saja pulang dari sekolahnya. Revan segera turun dari atas motor Devan dan berjalan lebih dulu masuk ke rumah. Di langkah pertama memasuki ruangan, kakinya langsung berhenti setelah mendengar bunyi pecahan disertai cekcok yang membuat telinganya panas. Tak lain dan tak bukan semua itu berasal dari kedua orang tuanya yang memang sering ribut.
Devan yang baru sampai di sebelah Revan langsung berdecak malas sekaligus emosi saat pendengarannya menangkap suara yang saling bersahut-sahutan itu. Lantas ia berbalik arah dan berjalan kembali ke motornya.
"Mau kemana lo?" tanya Revan pada Devan.
"Muak gue dengernya. Balik malem aja lah ya." Devan menyalakan mesin motornya.
"Kemana?" ulang Revan.
"Ke tempat tadi. Baik-baik lo deket papi, kalo gak mau muka lo bonyok." setelah itu Devan benar-benar pergi menjauhi rumah retaknya.
Revan hanya bisa menghela napas pelan. Sejujurnya ia juga sudah sangat muak dengan keributan orang tuanya yang makin kesini justru semakin parah. Tapi mau bagaimana lagi, ikut bersama Devan? tidak mungkin, di dalam pasti ada adik perempuannya yang selalu ketakutan ketika hal seperti ini terjadi.
Kedua orang tuanya berada di ruang keluarga yang letaknya di ujung kiri rumah. Revan hanya melewati ruang tamu dan segera menuju kamar adik perempuannya tanpa berminat melerai orang tuanya.
Ceklek
"Re.." panggil Revan pada adiknya itu. Terlihat Reina, yang merupakan adik bungsunya itu sedang belajar dengan telinga dipasangkan earphone.
Reina yang mendengar pintu dibuka langsung menengok dan segera berlari kearah Revan.
"Kaka!!" Reina memeluk Revan dengan erat setelah melepas earphonenya.
"Kaka tadi mami tampar papi.." lirih gadis itu. Revan mengusap kepala adiknya dengan satu tangan balas memeluknya.
"Loh kok nangis? Jangan sedih, gak apa-apa nanti biar Kaka cek mereka. Nanti sore kita jalan-jalan ya, Jangan sedih oke?" cowok itu berusaha menenangkan adiknya.
Reina mengusap air matanya. Ia memang tak pernah bisa menahan tangis pada kedua abangnya.
Revan kembali memasangkan earphone Reina, "Mending tidur aja, Kaka tau kamu gak lagi belajar." iya, Reina memang hanya menyibukan dirinya pada pembelajaran yang sama sekali tak masuk di otaknya, telinganya sengaja ditutupi earphone supaya suara-suara diluar tidak terdengar.
"Nanti Kaka kesini lagi ya." ucap Reina.
"Iya, Re. Sana tidur, jangan banyak pikiran." Revan mengecup singkat kepala Reina.
•••
Helaan napas Revan sudah terdengar beberapa kali. Ia kini berada di balkon kamarnya yang gelap, hanya sendirian. Lebih baik begini daripada terus-terusan mendengar atau menyaksikan kegaduhan orang tuanya.
Ia memijat pelipisnya sendiri, kepalanya pusing. Banyak sekali masalah yang bertamu padanya. Yang satu belum pulang, eh yang lain sudah datang lagi.
Jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Papinya itu sudah pergi sedari pukul lima tadi yang katanya ada urusan lagi di kantor, Maminya pasti sedang menangis mengadu pada tuhan, Devan sedang berkumpul dengan teman-temannya sekedar menghindari masalah biasanya dengan merokok, minum, atau entahlah, sedangkan Reina..
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANDRA
Fiksi RemajaKisah nyata? UTAMAKAN FOLLOW SEBELUM BACA PART SPECIAL HANYA UNTUK PENGIKUT