Sesi 1

5 1 0
                                    

Seorang gadis berusia 20an terlihat mondar-mandir diseberang gedung rumah sakit. Sepertinya ia ingin kesana, tapi juga tidak. Itu sebabnya ia terus maju mundur tidak jelas, beberapa orang yang lalu lalang juga melihatnya aneh.

"Kayak nya gue ga perlu ke sana deh" gumam nya pada dirinya sendiri. Ia berbalik pergi. "Ck tapi kayak nya gue juga butuh" frustasinya gadis itu sambil berbalik dan berjalan menuju ke arah rumah sakit itu lagi, tapi akhirnya berhenti lagi.

Sudah hampir setengah jam ia melakukan itu. Tapi tak kunjung menemukan keputusan.

Bunyi handphone menghentikan kegiatan bodohnya itu.

"Kenapa?" tanya nya langsung ketika mengangkat panggilan itu. "Lo dimana? Kita ketemuan aja yaa di tempat biasa" kata gadis itu sebelum menutup telpon nya. Ia bergegas pergi.. sebelum beranjak, ia sempat memandangi gedung rumah sakit itu beberapa detik lalu kemudian pergi.

"Jadi belum ada panggilan lagi?" tanya wanita berambut ikal kepada gadis dihadapannya, disebuah kedai kopi langganan mereka berdua.

Gadis itu hanya mengangguk tanpa ekspresi sambil memandangi dan mengaduk minumannya. Gadis itu memang aneh, ia lebih memilih lychee tea padahal itu kedai kopi.

"Gue udah tanya ke suami gue, tapi katanya belum buka lowongan dikantornya, ditambah lagi krisis gara-gara kalah tender, udah gitu ada karyawan yang kabur bawa uang kantor ratusan juta, Tal." kata wanita ikal itu.

"Iyaa gapapa, gausah di tanyain terus ke si Radit, gue ngga enak jadinya.. Orang lagi pusing jadi tambah pusing nanti" katanya dengan santai, padahal dalam hati sedih juga. Bahkan untuk saat ini, teman dekat nya Karin maupun suaminya yang bernama Radit pun belum bisa membantunya untuk medapatkan pekerjaan. Tapi wajah datar yang gadis itu miliki sukses membuatnya seolah-olah itu buka masalah. "Kandungan lo berapa bulan berarti?" lanjutnya mengalihkan pembicaraan.

"Baru juga tiga bulan" kata wanita ikal bernama Karin. Pantas saja perutnya belum terlihat maju, badan nya masih bagus, masih seperti gadis. "Ohiya, pas gue telpon tadi lo lagi di luar? Kedengaran suara motor mobil soalnya" Karin memang tipikan orang yang penasaran dengan hal apapun. Apalagi menyangkut gadis dihadapan nya, Tala.

"Iya mau jalan-jalan aja tadinya, abis suntuk" jawab Tala dengan santai, padahal bukan hanya jalan-jalan biasa, tapi mondar-mandir diseberang rumah sakit seperti orang gila. "Lo jangan ngopi mulu, Rin. Kasian bayi lo nanti" lagi-lagi mengalihkan topik. Tala memang suka sekali mengalihkan topik pembicaraan, dan teman nya Karin sudah terbiasa dengan perubahan topik mendadak seperti itu.

"Ini kopi pertama gue semenjak gue tau gue hamil, abis gimana ya ngidam banget gue, Tal."

Karin memang pecinta kopi, dia bahkan sering kali masuk rumah sakit karena kopi. Apalagi semasa kuliah, dia kuat hanya meminum kopi lima sampai delapan gelas sehari tanpa makan. Dia bahkan hampir saja tidak bisa ikut ujian sidang skripsi karna kebiasaannya itu.

"Yang penting lo ga cepu ke Radit" lanjutnya, yang terdengar seperti memohon tapi juga mengancam.

Tala tidak mau membahasnya lebih lanjut. Karin itu keras kepala, sulit mendengarkan orang lain apalagi menyangkut kesukaannya. Selebihnya dia orang yang penyayang, perhatian, dan pintar menjaga rahasia. Makanya Tala menyukai wanita ikal itu, walaupun kadang-kadang dia juga muak dengan keras kepala Karin.

"Kemarin ayah ngobrol sama tante Ani, dia nanya 'emang kaka ngga lanjut kerja yang di travel itu?' Kata ayah 'belum ada lagi kali'.. Kalo kata tante Ani cari aja dulu kerjaan apa aja, gaperlu kantoran yang penting bisa bantu-bantu ayah sama buat jajan kaka"
Kata ayah yang terlihat sangat berhati-hati saat menceritakan obrolannya dengan adiknya, tante Ani.

"Emangnya aku perlu laporan setiap hari kalo udah lamar kerja kemanapun? Emangnya aku perlu bilang kalo aku udah kirim ribuan cv lewat email? Emangnya aku perlu kasih tau kalo aku ngelamar kerja dibagian mana aja?" kata Tala melihat ke arah ayah yang memandangi tv.

"Iya ayah juga bilang gitu, ya emang belum rezekinya mau dibilang apa"

"Orang lain mana peduli sama usaha Tala yah, kalo Tala berhasil baru orang bilang Tala udah usaha" kata Tala dengan nada yang dibuat sedatar mungkin walaupun tidak menutupi rasa kesalnya. Tala pergi ke kamarnya meninggalkan ayah nya yang diam sambil melihat ke arah tv yang menampilkan berita sore itu.

Tala menutup pintu kamarnya. Melihat handphone nya yang menyala karena ada notifikasi yang masuk.

DO NOT REPLY: INFORMASI SELEKSI PARAMOR

Dear Candidate,

Melalui email ini, kami ingin menginformasikan bahwa Anda tidak lolos Tahap Administrasi. Maka dari itu, Anda belum dapat melanjutkan proses rekrutmen di PT Paramor Indonesia.

Membaca sedikit pesan email itu membuat Tala memejamkan matanya. Lagi.. belum waktunya, lagi. Tala melemparkan pelan handphonenya ke kasur. Bergerak mengambil laptop untuk bisa memperbaiki CV nya, mungkin ada yang salah dari CV nya atau mungkin kurang menarik.

Dihitung-hitung sudah ratusan kali ia memperbaiki CV nya, walaupun menurut teman-teman nya CV nya itu tidak ada masalah. Mungkin, memang hidup nya Tala saja yang bermasalah.

Tala fokus mengubah sesuatu yang tidak tahu apa lagi yang mau diubah, setidaknya ini cara memperlihatkan kepada dirinya sendiri bahwa ia benar-benar berusaha tanpa suara.

Hp-nya berbunyi, tanda notifikasi pesan masuk. Tala langsung bergerak mengambilnya, ia bahkan tidak pernah mau menunda-nunda untuk melihat notifikasi yang masuk ke hp nya. Takut-takut itu kabar baik.

Bentala.. Kamu udah baik-baik aja?











Terimakasih sudah membaca sesi ini🤍

Ruang CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang