"Apa aku harus nikahin kamu dulu rin, baru kamu mau tidur sama aku?" Geraman frustrasi yang keluar dari bibir Janu membuat Karin terkesima, hampir sama seperti tangan baja dan maskulin yang mengepal di lengan atasnya.
"E-engga gitu, mas," jawabnya dengan suara gemetar.
"Malam itu di klub kamu udah nolak. Kencan ketiga, keempat, kelima, kamu masih nolak juga. Sudah empat minggu dan aku ngga bisa ngitung berapa kali kamu nolak aku. Apa kamu salah satu cewek gila yang mengira bertahan akan berujung pada lamaran pernikahan, atau apa?" Kemarahan dan frustasi dalam suara Janu membuat Karin gelisah.
Tidak, Karin bukan salah satu dari gadis gila itu dan dia sama sekali tidak menginginkan lamaran pernikahan. Sebenarnya, dia takut tidur bersama Janu karena pria itu benar-benar membuatnya ketakutan. Tidak seharusnya Karin membiarkan pria itu mengajaknya sarapan jam dua pagi yang berlanjut pada kencan untuk kedua dan ketiga kali bersamanya.
Kenapa Karin terus melakukan ini pada dirinya sendiri? Sudah empat minggu mereka berkencan terus-menerus. Empat minggu itu juga Janu berusaha tanpa henti untuk membawanya ke tempat tidur. Janu membuatnya terlena, tetapi Karin harus mengakhiri apapun hubungan mereka ini. Janu berada jauh di luar jangkauannya, baik secara fisik maupun intelektual. Dia memiliki wajah yang sempurna, tubuh yang sempurna dan kokoh, dilengkapi dengan otot-otot, dan gelar insinyur yang memberinya banyak uang. Sementara Karin tidak memiliki keduanya. Dia cukup cantik, pikirnya, tapi ia tidak memiliki tinggi badan maupun pendidikan yang bisa bersaing dengannya..
Hubungan mereka tidak bisa kemana-mana dan Karin tidak terlalu ingin menjadi salah satu Gadis di ranjang Janu. Janu seksi, dan Karin tergoda, tapi mengapa menipu dirinya sendiri? Pertama kali mereka akan tidur bersama, Karin akan jatuh cinta sementara antusiasme Janu akan mulai mereda. Itu adalah sifat dari Sensasi pengejaran. Karin tidak ingin terluka, karena itu dia tidak ingin ketahuan.
Karin menarik napas dan bersiap untuk mengakhirinya sebelum hatinya hancur. "Aku ngga menahan kamu, mas." Dia menghela nafas. "Toh, hubungan kita juga ngga akan berhasil dan aku juga ngga berencana buat tidur sama kamu, jadi kupikir--" Sebelum Karin dapat melanjutkan kata-katanya, ia dapat merasakan bibir Janu mendarat di bibirnya dalam ciuman panas yang menghukum.
Janu menekan punggung Karin ke pintu depan apartemennya dan mengurungnya dengan tubuhnya. Lidahnya berputar-putar di sekitar lidah Karin dan satu tangan mengepal ke rambut Gadis itu sementara tangan lainnya melingkari pinggangnya dan mengangkat Karin ke dalam dirinya. Tubuh Karin dibanjiri oleh panas seksual pria itu, dan pikirannya tertutup sepenuhnya.
Janu mengakhiri ciuman panas itu dan menatap tajam Karin yang berusaha mengambil nafas. "Don't ever think about it, babe. Kamu ngga bisa lepas dari aku semudah itu. You want to keep playing hard to get? fine. Aku bakal tunggu sampai kamu siap tapi jangan penah mikir untuk putus" Tangan Janu meremas Karin begitu kuat.
"Besok aku jemput jam tujuh." Janu mengelus bibir Karin untuk terakhir kalinya, lalu berbalik dan meninggalkan gadis itu berdiri di ambang pintu.
****
Jumat malam, Karin duduk di samping Janu di bilik belakang jaringan restoran yang bising, menyeruput segelas zinfandel putih dan mempertanyakan kewarasannya. Pesanan mereka telah dibuat dan perhatian Janu tertuju pada Karin, meninggalkan birnya tidak tersentuh.
Kencan ini ternyata sangat berbeda dari kencan sebelumnya. Restoran pada dasarnya masih sama, tetapi sikap Janu telah berubah. Tidak ada lagi Janu yang bermain-main, Sebagai gantinya Janu menjadi lebih fokus dan kepribadiannya menjadi lebih dominan dari biasanya.
Lengan kanannya berada di belakang Karin, dan tangannya memainkan kuping telinga gadis itu sementara Janu menatapnya tajam. "You're so fucking pretty."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Thrill Of The Chase [bluesy Vers]
RomanceKarin berlari ketakutan saat Janu melakukan gerakan yang terlalu panas untuk ditangani! Tetapi Semakin dia menjauh, semakin Janu menariknya kembali.