Chapter 16

5.3K 562 968
                                    

It's slowly burning inside
The desire to create fire

"Thank you for coming."

Ren berkata demikian kala Genta dan Ayana yang bertemu di depan rumah dan bersama-sama masuk, menemui Ren di ruang tengah. Keduanya saling berpandangan, heran. Genta menyerahkan barang yang diminta atasannya, diletakkan di atas meja tinggi yang ada di sana, alih-alih meja depan sofa. Sebab nampaknya, Ren yang telah rapi dengan kemeja linen navy disanding celana kain abu-abu dan alas loafers hitam tidak berniat untuk duduk.

"Aku membawakan 100 test pack, apa cukup? Kamu cuma bilang bawa sebanyak-banyaknya. Aku tidak perlu sampai membeli perusahaan test pack atas namamu 'kan?" terka Genta, menyidir. Ayana yang saat itu membelalakan mata. Menyenggol lengan Genta. Bertanya dari tatapannya; test pack sebanyak ini buat siapa? Genta menjawab hanya dari gerak mulut; atasanmu. Diiringi gerak jengah.

Berbanding dengan Ayana yang mendadak sumringah. Hampir saja ingin memekik antusias atas berita baik ini; atasannya hamil? Adik Kai beneran hadir?! Tapi... Ayana mendadak terdiam dengan raut bimbang; apa atasannyaBu Ericabaik-baik saja? Ayana belum mendengar apapun darinya. Bahkan tidak ada tanda-tanda Bu Erica di sana sekarang. Oh, apa sedang istirahat di kamar?

"Tidak perlu. 100 cukup," balas Ren ringan yang tengah mengecek test pack yang dibawa Genta. Selorohan selanjutnya menjawab tidak langsung pertanyaan Ayana. "Aku bahkan tidak yakin istriku akan menerima ini, satu saja. Aku sudah membuat dokter Cherly datang semalam, bahkan Aki-san yang seharusnya akan ke Sydney untuk konferensi, aku minta ke rumah kami dulu. Tapi istriku mengurung diri di kamar Kai setelah makan malam. Tidak lagi berbicara apa-apa setelah—"

"Tidak perlu dijabarkan yang kalian lakukan di kamar, berduaan, atau bahkan di seluruh sudut rumah." potong Genta sengit, sebelum Ren menerangkan terlalu rinci. Genta sudah cukup mendengar pembeberan urusan ranjang Ren dan istrinya, sampai perlu membersihkan telinga.

Pasangan suami istri aneh itu bisa-bisanya bercinta seolah tengah melakukan perjalanan spiritual. Sangat memanfaatkan waktu dan keadaan karena anak manis mereka sedang tidak di rumah—Genta mengetahuinya setelah bertanya, agak mendesak, salah satu pelayan saat dirinya tiba di awal tadi. 

Jadi, tidak aneh kalau pada akhirnya, istri atasannya hamil. Cepat atau lambat, disadari atau tidak disadari, kalau kedua manusia itu sering seperti ini.

Helaan napas samar Ren sambil menyentuh satu test pack, akhirnya membuat Genta iba sedikit.

"Jadi, istrimu belum diperiksa dokter Cherly?"

"Belum." Ren menghela napas lagi. Pria itu jarang menghela napas. Jadi, kalau seperti ini, berarti pria itu benar-benar gundah. "Erica mengunci kamar Kai. Sudah dibujuk berulang kali oleh semuanya—"

"Termasuk dirimu?"

Genta jelas ingat Ren yang sedang melangsungkan aksi saling dingin dengan istrinya. Ribet sekali, padahal kalau langsung cerai semuanya jadi mudah.

"Termasuk diriku." terang Ren. "Dokter Cherly dan Aki-san juga ikut bicara. Membujuknya untuk melakukan pengecekan kesehatan biasa bukan untuk memastikan dirinya benar hamil atau tidak."

"Jadi, sugar baby-mu itu sedang merajuk?" sindir Genta, malas. Ekspresi Ren lempeng saja."Salah sendiri. Kamu yang mulai dengan dingin padanya. Sudah ku bilang, tanyakan langsung padanya kalau memang tidak ingin cerai. Bukan saling menantang. Lalu cemburu buta. Lagi-lagi berakhir bercinta."

Ayana tersedak. Menggaruk lehernya asal.

"Kalau aku tanyakan langsung dia mengonsumsi pil, Erica bisa lebih stress." tutur Ren, setidaknya pria itu terlihat frustasi searang. Ayana yang sedikit bingung oleh pembicaraan ini dan mulai merangkai kata-kata yang ditangkapnya."Semalam aku sengaja tidak pindah dari dekat ranjang saat meneleponmu agar setidaknya Erica dengar kemungkinan dirinya hamil. Aku tahu istriku sebentar lagi bangun."

Nouveau DépartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang