Bab 39

5K 349 6
                                    

~~~ Happy Reading ~~~

"Asher...hiks..."

Lily menenggelamkan wajahnya di balik lengan yang memeluk lututnya dengan erat. Pikirannya menerawang jauh ke dalam jurang kegelapan yang tak pernah Lily bayangkan.

Lily pikir ia menjadi manusia yang di sayang oleh Tuhan karena diberikan kesempatan kedua setelah mengalami penyesalan mendalam dalam hidup yang membuat Lily putus asa.

Lily pikir ia bisa merubah hidupnya yang dulunya berantakan menjadi lebih baik. Keluarga, kekasih, sahabat, pendidikan, karir, dan semuanya. Ia pikir ia akan mencapai semuanya dalam kehidupan kali ini.

Tapi mengapa?

Mengapa Lily malah mendapati kebenaran-kebenaran yang membuatnya semakin putus asa. Bahkan antara hidup dan mati pun Lily takut. Lily takut menghadapi kehidupan berikutnya setelah mengalami kematian yang berulang.

"Aku pikir aku manusia paling beruntung, ternyata aku sedang menerima hukuman. Ya kan Tuhan?" Ucap gadis itu dengan pilu sambil menatap tangannya yang bergetar dan pucat bahkan terlihat kerutan pada buku-buku jarinya.

Tapi kenapa...

Tangan yang basah akibat guyuran air itu, malah terlihat seperti aliran darah yang pekat di mata Lily. Melihat bayangan itu, Lily mencengkram erat kedua tangannya hingga meninggalkan bekas. Air matanya semakin deras membayangkan dosa-dosa yang ia perbuat.

"A-aku... pembunuh?" 

Mata Lily semakin membengkak, bibirnya semakin membiru dan tubuhnya bergetar hebat. Seakan hidupnya hancur saat mengetahui bahwa ia adalah sumber penderitaan kekasihnya seumur hidup.

"Tante Anya...Intan...Asher...semuanya aku bunuh. Arrghh!!!!!"

Lily mengerang kesakitan, seakan tubuhnya ditusuk jutaan pisau yang membuatnya hancur, kepalanya berdenyut seolah sebentar lagi akan pecah. Ingin rasanya Lily menghancurkan tubuh pembunuh ini.

Sakit.

Sakit Sekali.

Lily menepuk-nepuk dadanya yang sesak seakan nafasnya telah berhenti. Tiba-tiba Lily tidak mampu mengendalikan tubuhnya. Tubuhnya terjatuh ke lantai yang basah, dan kesadarannya semakin berkurang. 

Seharusnya Lily berusaha bangun untuk keluar mengambil inhaler miliknya.

Seharusnya Lily berusaha meraih gagang pintu agar ia bisa keluar.

Tetapi Lily memilih diam, ia sungguh tidak sanggup lagi.

"Maaf...Ash..."

****

"Bi... Bangunin Lily dong. Ini bentar lagi jam 8, ntar telat lagi." Ucap Ruby sambil mengoleskan selai strawberry di atas roti.

"Ohiya, Bu. Saya bangunin non Lily dulu." Bi Ratna meletakkan piring yang baru saja selesai ia lap.

Tok...Tok...

"Bi minta tolong bukain pintunya dulu."

Tanpa membantah,  Bi Ratna pergi membuka pintu terlebih dahulu dan menampakkan sosok Asher yang datang bersamaan dengan berbagai hadiah di tangannya.

"Pasti non Lily ngambek lagi ya?" Goda Bi Ratna saat melihat barang bawaan Asher yang banyak.

Asher terkekeh malu, "Iya nih Bi. Pacar saya lagi marah, jadi tolongin saya ya Bi."

"Ah, tanpa bantuan Bibi juga non Lily pasti luluh. Yaudah, masuk dulu mas. Ibu  ada di meja makan lagi sarapan."

Asher pun masuk ke dalam dengan membawa tentengannya menuju meja makan.

MEMORIA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang