Hari ini adalah hari yang paling aku tunggu-tunggu. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari pengumuman audisi pencarian model Summer Fashion Week. Ini adalah mimpiku sejak kecil. Kalau aku bisa lolos audisi ini artinya kesempatan ku menjadi model terkenal sangat besar. Akan ada agency model yang menawariku untuk bekerja sama dan tidak menutup kemungkinan aku bisa menghiasi cover majalah-majalah ternama seperti majalah Vogue misalnya. Oh god, It's like dream comes true.
Disinilah aku bersama tiga sahabatku: Cassidy, Beth, dan Peyton, kami berdiri diatas panggung dihadapan para juri dan menunggu host menyebutkan nama-nama peserta yang lolos.
"Dan nama-nama peserta yang lolos adalah..."
Aku berkomat-kamit menggumamkan "Ya Tuhan semoga ada namaku dan ketiga sahabatku." ketika sang host menyebutkan nama-nama yang lolos.
"Annabeth Sven" Nama Beth yang pertama kali disebut. Wow.
....
"Peyton Ryan" Peyton juga lolos. Hebat.
....
"Cassidy Walton" Cassy adalah peserta ke 25 yang lolos. Ketiga sahabatku lolos dan aku mulai panik di dalam.
...
"Dan peserta terakhir yang lolos adalah Pixie Parker.."
What the - . Kenapa namanya mirip denganku? Aku penasaran yang mana orangnya. Sang host menatapku dan memberi ku isyarat untuk maju seperti peserta lain yang lolos.
Aku menggeleng dan berkata tanpa suara "Namaku bukan Pixie Parker."
Dia mebelalakan matanya kemudian membaca lagi kertas yang ada di tangannya. Aku bisa melihat dia menggumamkan kata-kata "sialan" sambil menggaruk kepalanya yang sepertinya tidak gatal."Maaf, sepertinya ada kesalahan. Peserta terakhir yang lolos adalah Pixie Walker bukan Pixie Parker."
Seketika jantungku ingin keluar rasanya. Dia baru saja menyebutkan namaku, astaga. Aku langsung maju menghampiri sahabat-sahabatku, kami berpelukan dan tertawa, sementara Cassy dan Beth sudah menangis juga.
"Untuk para peserta yang lolos kami ucapkan selamat." Dengan begitu sang host menutup acara ini.
***
Setelah acara tersebut, kami berempat berselebrasi di cafe favorit kami. Aku dan sahabatku bukan tipikal remaja yang suka pergi club. Kami lebih memilih ngopi-ngopi cantik daripada mabuk-mabukkan di club, lagipula disana banyak pedonya.
Setelah puas merayakannya, aku pun bergegas pulang. Aku tidak sabar ingin memberitahu kedua orangtua aku. Pasti akan jadi surprise buat mereka, soalnya aku tidak pernah bilang apapun selama aku ikut audisi.
"Aku pulang.."
Mama dan ayah sedang duduk di ruang tamu. Kebetulan sekali mereka sedang kumpul. Jarang sekali mereka bisa kumpul, karena kesibukan masing-masing. Mama seorang dosen dan Ayahku seorang pejabat kota.
"Kau darimana saja Pixie?" Mama bertanya padaku, kedua tangannya terlipat diatas dadanya. Sepertinya Mama marah.
Aku menghiraukan pertanyaan Mama "Kebetulan sekali ada Mama dan Ayah.. Aku punya kabar gembira."
"Apa itu?" Ayahku angkat bicara.
"Aku lolos.."
"Lolos? Kau bahkan belum ikut ujian." Mama memotong perkataanku dan menatapku heran.
"Ujian?" Aku menggeleng. "Bukan lolos ujian perguruan tinggi, Ma. Aku baru saja lolos audisi." Aku tersenyum selebar mungkin.
"Audisi apa?" Mama bertanya lagi.
"Aku lolos audisi Summer Fashion Week 2015, Ma, Yah." Aku mengatakannya dengan nada se-riang mungkin tetapi mereka membalasku dengan gelengan.
"Kami tidak mengizinkanmu untuk mengikuti acara itu, Pix." Ucap ayahku tegas.
Wait what?
"Apa? Kenapa? Bukankah kalian hanya melarangku untuk jadi pramugari saja?" Kali ini giliran aku yang menggelengkan kepalaku.
"Ya, tetapi kami bilang kau harus menjadi seorang sarjana atau dokter, Pix. Dan kami tidak pernah menyetujui kau menjadi model dalam acara itu. Ayah tidak mau kau memakai bikini atau pakaian setengah jadi dan berjalan diatas catwalk. No way, Pix."
Aku tidak bisa menahan airmataku jadi aku membiarkannya mengalir begitu saja. Now, it's like nightmare comes true.
"Tapi-"
"Kalau kau tinggal disini berarti kau harus mematuhi perintah kami, Pixie. Kecuali kalau kau ingin pergi, kau bisa bebas melakukan apapun yang kau mau."
"Yah, Ma-"
Kini giliran mama yang memotong ucapanku, mengakhiri perdebatan antara aku dan mereka. "Cukup, Pix. Sekarang sudah larut. Kau sebaiknya membersihkan badanmu lalu tidur."
Aku hanya mengangguk lalu berlari ke kamarku. Aku masih menangis. Aku itu cengeng sekali, kalau sudah nangis sulit sekali berhenti. Aku memutuskan untuk mandi cepat setelah itu aku merebahkan diriku ke kasur.
Keputusanku sudah bulat.
"Aku akan pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Lost
FanfictionSeorang gadis yang berusaha menghilang dan kabur dari orangtuanya lalu bertemu dengan seorang laki-laki yang melakukan hal yang sama. first fanfic © 2015