Fuma memandangi komputernya dengan tangan yang bertautan di atas meja, matanya fokus terhadap gambar didepannya.
Hingga seorang suster mendekat membawakan segelas teh ke meja Fuma, sembari meletakkan gelas tersebut ia melirik Fuma sebentar.
“Ah, kamu disini rupanya.” ujarnya.
“Terima kasih.” balas Fuma melirik segelas teh miliknya.
Suster tersebut pun berbalik hendak keluar dari ruangan, namun suara Fuma membuat suster tersebut menghentikan langkahnya.
“Oh, suster sakura. aku minta maaf?”
“Ada apa?” balas sang suster heran.
Tangan Fuma menunjuk ke arah belakang suster Sakura dengan mata yang menghadap ke arah lain, “Euijoo melakukan itu lagi.”
Dengan cepat suster Sakura menarik rok putih yang dipakainya, ia pun terkejut melihat rok putih miliknya dipenuhi warna coklat akibat keusilan Euijoo.
“Kursi mana lagi kali ini.” balas suster Sakura dengan raut tidak percaya, tangannya menepuk rok belakangnya berharap warna tersebut hilang namun hal tersebut sia-sia.
Fuma menghela nafas dengan kepala yang kini mendongak ke atas, “Euijoo mungkin sebenarnya sedang membutuhkan aku.”
Kepalanya menoleh ke suster Sakura, “Aku memang jahat, iya kan?”
Suster Sakura hendak menjawab namun matanya malah terfokuskan pada komputer sang dokter yang menampilkan hasil scan tubuh, ia pun berjalan mendekat agar dapat melihatnya dengan jelas.
“Apakah itu milik Nicholas?” tanyanya penasaran
Fuma kembali memandangi komputernya, “Ibunya mungkin benar, dokter yang berguna hanyalah orang jahat.” helaan nafas panjang keluar dari kedua belah bibirnya.
“Aku jadi khawatir tentang anakku, Euijoo.”
“Eh?” Suster Sakura memandang sang dokter heran.
Fuma menghela nafas, “Euijoo telah kehilangan ibunya, dan sekarang temannya.”
Matanya menatap suster Sakura, “Apakah aku harus berhenti membawa Euijoo kesini?”
“Aku tidak tahu, mereka terlihat lebih dari sekedar teman. Apa kamu tahu?”
Fuma pun tertawa pelan, “Soulmate, ya?”
Suster Sakura berjalan menjauh tanpa membalas perkataan Fuma, setelah ditinggal helaan nafas berat keluar dari belah bibirnya.
...
Euijoo sedang berada di taman Rumah Sakit, sedari tadi ia membungkuk di antara rerumputan yang ada dengan tangan yang sibuk mencari sesuatu.
“Euijoo.”
Euijoo menoleh dengan cepat, ia mengenali dengan jelas suara tersebut yang mana suara tersebut adalah milik Nicholas.
“Nicholas.” balas Euijoo agak terkejut.
Nicholas kemudian berjalan mendekati Euijoo dengan perlahan, Euijoo langsung berdiri dari posisi awalnya.
“Apa kamu sudah sembuh?”
“Ya, selama aku tidak lari. Aku akan baik-baik saja.”
Setelah bertanya Euijoo kembali pada aktivitas awalnya, mengabaikan Nicholas yang sudah berada tepat disampingnya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Apa kamu tidak tau? aku sedang mencari daun semanggi.”
“Daun semanggi?”
“Semanggi berdaun empat, aku bisa membuat permohonan dan permohonan itu akan menjadi kenyataan.” Euijoo menjawab dengan wajah yang langsung menatap Nicholas dengan penuh senyum.
“Aku belum pernah mendengar hal itu sebelumnya.”
“Yah, kalau aku sudah pernah mendengarnya.”
Nicholas berjongkok, memandangi Euijoo yang sangat bersemangat mencari daun semanggi berdaun empat.
“Kalau kamu dapat satu, apa yang kamu inginkan?”
“Aku belum tahu.”
“Lalu kenapa kamu cari?”
Euijoo menatap Nicholas dengan wajah kesal, “Oh, diam dan tutup saja mulutmu. Aku merasa bosan karena kamu tidak bisa bermain.”
Tiba-tiba saja Euijoo mendekat dengan senyum jahilnya, “Apa masih pakai popok?”
Nicholas yang mendengar pertanyaan itu langsung memandangi Euijoo, sementara yang dipandangi kini sibuk tertawa.
“Hei, kalau aku menemukan semanggi daun empat. Apa aku juga bisa melakukan permohonan?”
“Apa yang kamu inginkan?”
“Aku mau menjadi astronot saat besar.”
“Astronot?”
“Kemudian Euijoo, ayo kita berteman hingga memiliki banyak anak.”
Euijoo memandangi wajah Nicholas yang tersenyum tipis, sementara Nicholas semakin mengembangkan senyuman miliknya.
“Itu adalah keinginanku, untuk menjadi seorang astronot dan berteman lama denganmu. Lalu menikah dan memiliki anak pasti itu menyenangkan, kita bisa menikahkan anak kita.” Lanjut Nicholas.
Euijoo yang memandang wajah Nicholas pun akhirnya tertunduk dan menatapi tanaman dibawah pijakannya, Nicholas mengikuti hal yang dilakukan oleh Euijoo.
“Euijoo! Aku menemukan satu!” Nicholas memekik senang ketika tatapan matanya tak sengaja menemukan semanggi berdaun empat.
Euijoo yang terlalu bersemangat mendekati Nicholas, ia dengan cepat mendorong Nicholas sehingga Nicholas tersungkur ke belakang.
“Dewa dari empat daun semanggi aku memohon! Selamatkan Nicholas! Jangan biarkan Nicholas mati! Semoga kami akan selalu bersama! Ku mohon sembuhkan penyakitnya! Aku mohon! Aku mohon! Aku mohon!” Euijoo berteriak diatas semanggi berdaun empat dengan suara yang melemah di akhir karena isak tangis.
“Aku mohon! Aku mohon!” Euijoo terus mengatakan hal tersebut dengan air mata yang berjatuhan.
Kemudian Euijoo menangis dengan kencang, Nicholas masih pada posisi tersungkurnya dan memandangi Euijoo yang menangis.
“Euijoo.”
Panggilan tersebut tak membuat Euijoo menghentikan tangisannya, Nicholas bangun dengan perlahan dan mendekati Euijoo dan memeluknya.
“Semuanya akan baik-baik saja Euijoo..”
Nicholas terus mengulangi kalimat yang diucapkannya hingga tangisan Euijoo memudar, tangannya mengelus punggung yang lebih kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
First Friendship
Short StoryTentang Nicholas yang mengetahui hidupnya tidak lama lagi dan Euijoo yang selalu bersama Nicholas. ‼️Cerita ini adalah bentuk lain dari sebuah dorama Jepang. ®painwithL