CH 2 - PANGGILAN TELEPON

135 9 0
                                    

"Halo,"

"..."

Hal pertama yang Gyuvin lihat adalah sebuah tangan. Tidak ada wajah.

Sangat cantik.

Itu adalah tangan yang besar, pucat, elegan dan cukup untuk mengerdilkan cangkir yang dia pegang. Kukunya yang rapi di ujung setiap jari terlihat seperti terbuat dari kaca buram.

"Siapa kamu?"

Gyuvin bisa langsung mengetahui bahwa ada suara mekanis yang tidak enak didengar.

Apa ini? Voice modulator?

"Dimana instruktur Song Kang?"

"Oh. Paman lagi di kamar mandi." Ucap Gyuvin. "Sepertinya dia akan lama."

"... Jadi siapa orang yang sedang menjawab telepon untuknya ini?"

Ini bayanganku saja atau memang suaranya sedikit lebih santai?

Namun tetap saja, suara di seberang sana masih mekanis.

"Aku keponakannya pemilik kamar ini yang sedang menikmati mandinya. Yah, walaupun niat awalku hanya untuk mampir saja, sih. Jika kamu ada pesan, katakan saja. Aku akan menyampaikan kepadanya nanti." Gyuvin menawarkan diri. "Tapi aku tidak punya pulpen atau kertas. Jadi tolong dipersingkat saja, jika tidak keberatan. Soalnya aku sangat buruk dalam mengingat sesuatu."

"Oh begitu.. pasti kau keponakannya yang lebih muda." Tebak orang itu. "Siapa namamu?"

Tanpa sadar, Gyuvin menyadari bahwa pria di balik layar laptop ini sudah tahu tentangnya. Terutama, pria itu tahu bahwa paman Song Kang memiliki dua keponakan, dan salah satunya pintar dan terkenal.

Ya, kurasa itu tidak terlalu aneh. karena semua orang tampaknya tahu bahwa paman Song Kang dan Minhee memiliki hubungan keluarga.

"Kim Gyuvin." Gyuvin memberitahu namanya. "Kamu?"

Tangan-tangan itu bertemu di depan gelasnya. Untuk beberapa detik hanya ada keheningan.

"Ricky."

Ricky. Bagus. Nama yang mudah diingat.

Bagaimanapun juga, Gyuvin merasa bahwa Ricky memiliki tangan yang cantik dan pucat. Itu menarik perhatiannya terus-menerus.

"Ada apa?" Ricky bertanya.

"Tidak ada." Gyuvin buru-buru menyangkal. "Oh ya, apa ada yang pernah memberitahumu bahwa kamu memiliki tangan yang bagus?"

"Tangan?" Ricky mengangkat tangannya satu jengkal dari meja. "Aku tidak pernah mendengar itu sebelumnya. Apa kau menyukai tanganku?"

"Iya, tanganmu cantik."

"Baiklah. Kalau aku mati, kamu bisa memotong dan membawa kedua tanganku. Tapi sebagai gantinya, kamu harus menukarnya dengan tanganmu." Ricky menjawab dengan santai. Seperti itu bukanlah hal apa-apa.

Jenazah tanpa tangan akan terdengar sangat menyedihkan. Lelucon psikopat macam apa ini???

"Aku kasih tau, kalaupun aku meletakkan tangan tipis itu di tubuhku, mereka akan sangat mencolok dan tidak cocok denganku."

"Hahaha, kamu benar. Mereka memang tidak cocok denganmu." Jujur Ricky, kemudian ia memuji Gyuvin. "Tanganmu sudah cocok dengan wajahmu."

Mendengarnya membuat Gyuvin tersenyum. Tanpa tahu kalau Ricky memaknai pujian itu dengan berbeda.

Obrolan Gyuvin dengan Ricky berjalan lancar. Sampai tiba dimana ia menjelaskan kalau sedang melakukan pelatihan di UNHRDO.

"Jadi, melihat tempatmu berada, berarti kamu termasuk dalam cabang asia?"

PASSION - CANON RICKGYUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang