•┈┈┈••✦ :💔: ✦••┈┈┈•
Setelah melaksanakan sholat maghrib berjamaah, Danantya dan kedua orang tuanya duduk bersama di ruang tengah dengan memakan beberapa camilan dan juga teh hangat.Mereka tidak hanya sekedar duduk dan mengobrol, tetapi di setiap kedua tangan mereka, lebih tepatnya tangan Danantya dan Baba, terdapat sebuah album foto yang masih terlihat bagus karena dirawat oleh Mama.
"Maaf ya, sayang, kita ngga punya foto kamu waktu bayi," ucap Mamanya dengan nada yang sedih
Danantya tersenyum kecil, "Danan kan emang ngga punya dokumentasi dari bayi. Gapapa, Ma."
"Mama mu udah beberapa kali minta foto kamu waktu bayi sama ibu panti, tapi mereka bilang ngga ada terus. Padahal, setau Baba foto anak panti waktu kecil itu harus ada."
Ibu panti? Anak panti?
Ya, Danantya bukanlah anak kandung Rizal dan juga Hesa.
Rizal dan Hesa, dulu hanyalah sepasang suami istri yang tidak bisa memiliki anak walau usia pernikahan mereka sudah menginjak 10 tahun. Hesa yang sudah merasa putus asa karena selalu gagal dalam melakukan program hamil, tiba-tiba Rizal memberi tawaran untuk mengadopsi anak
7 tahun yang lalu...
"Ma, gimana kalau kita adopsi anak aja?" usul Rizal
Hesa menggeleng, "Aku cuma mau punya anak yang keluar dari rahim ku sendiri, Mas."
"Sebagai pancingan."
"Apa kamu bilang? Pancingan? Kamu gila, Mas?"
"Ya gimana lagi, Hesa? Kamu pengin banget punya anak, sedangkan kita ngga bisa. Aku saranin buat adopsi, tapi Kamu gak mau." Nada bicara Rizal sedikit keras
Hesa hanya menangis mendengarkan perkataan Rizal yang tengah memijat batang hidungnya
"Aku mau, tapi sebagai pancingan," ucap Hesa yang mulai terpengaruh oleh Rizal
"Siapa tau, anak itu nanti bisa bikin kita punya anak kandung kita sendiri," lanjutnya
Sebenarnya, Hesa tidak tega dengan menyebut anak yang akan diadopsinya itu sebagai anak pancingan, tapi dia sangat membutuhkan anak itu agar dapat memiliki anak kandungnya sendiri
Jahat? Hesa mengakui itu
✼ • ┈┈┈┈┈┈ 🌻 ┈┈┈┈┈┈ • ✼
'Panti Asuhan Kasih Ibu'
Tempat berteduhnya para anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tua yang tidak bertanggung jawab terharap mereka. Namun dibalik itu semua, mereka tetap bisa tersenyum dan tertawa dengan hidup yang sedang mereka jalani.
Sesampainya Rizal dan Hesa di panti asuhan itu, mereka berdua tersenyum melihat anak-anak yang sedang berlarian dengan riangnya, bermain dengan teman-teman yang lain dan masih banyak lagi.
Perhatian Hesa tertuju pada anak yang sedang duduk sendirian di ayunan. Melihat itu, Hesa berjalan menghampirinya untuk menyapa anak itu
"Halo! Kamu kenapa duduk sendirian disini?"
"Adek ngga suka main sama banyak orang," jawab anak itu
Hesa dapat menyimpulkan bahwa anak itu pasti tidak suka keramaian, panti asuhan ramai dengan anak-anak, apakah hal itu menyulitkan dia?
"Adek? Kamu punya kakak?"
Anak itu mengangguk, "kembaran ku, tapi dia lebih dulu lahir"
"Dimana dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah dari Tuhan
Fiction généraleBagaimana perasaan seorang anak, ketika rumah yang dulu penuh dengan kebahagiaan, kini menjadi rumah yang penuh dengan luka? Anasera Dahayu, salah satu anak yang merasakan hal itu. Atau mungkin bukan hanya dirinya saja yang merasakan? Rumah yang har...