---000 ; Prologue

341 44 0
                                    

︵‿︵‿︵‿︵

═════ °❀•°✮°•❀°═════

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

═════ °❀•°✮°•❀°═════

Abadi

Bisa berarti kekal, tetap, tidak akan berubah. Sesuatu yang akan tetap hingga waktu yang tidak diketahui.

Kisah tentang Sang Raja Menara dan Sepuluh Kepala Keluarga Agung yang membuat kontrak keabadian dengan Administrator Lantai 100 telah diketahui oleh seluruh penduduk Menara.

Sebuah kontrak yang begitu menguntungkan, bukan?

Bisa hidup abadi dan takkan merasakan kematian, ditambah memiliki kekuasaan tertinggi di Menara, kontrak keabadian merupakan pelengkap yang sempurna untuk Sang Raja Menara.

Tetapi, apakah kontrak keabadian itu benar-benar menguntungkan?

════════════════════════

"Menurutmu bagaimana, [Name]?"

"Apanya?" tanya si perempuan ogah-ogahan.

Mendecak kesal, si lelaki segera menarik paksa buku yang sedang dibaca, membuat si perempuan berteriak tak terima.

"Kembalikan, sialan!!"

Buagh!

[Name] memukul lelaki di sebelahnya, dan segera merebut balik buku bersampul cokelat miliknya.

"Kau kasar sekali, [Name]." Lelaki itu mengusap-ngusap kepala dan bokongnya yang terasa panas karena dipukul hingga terjatuh dari atas sofa.

"Salah siapa kau merebut buku milikku?"

Lelaki itu membuang napas kasar, kemudian kembali duduk di samping [Name] setelah dirasa kepala dan bokongnya sudah tidak sakit.

"Soal Raja dan Kepala Keluarga Agung yang menjalin kontrak keabadian. Apa pendapatmu?"

[Name] melirik lelaki itu dari ujung matanya. "Bagaimana menurutmu?"

"Kenapa malah nanya balik?!"

"Jawab saja."

Lelaki itu memandangi langit-langit rumah rusun di atasnya yang banyak bercak jamur kehitaman. Sedikit meratapi nasib, kemudian membayangkan kalau dia bisa menjalani hidup seperti Raja Menara dan Kepala Keluarga Agung (walau tidak mungkin).

"Tentu aku juga mau punya tubuh yang abadi. Setelah memiliki kekuasaan yang besar bukankah hidup abadi menjadi pelengkap? Sungguh sempurna."

Menutup buku, kemudian meletakkannya di atas meja yang mulai reyot. [Name] menatap lelaki di sampingnya.

"Menurutku hidup abadi adalah kutukan."

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya, tak menyangka jawaban yang dilontarkan si perempuan berbanding terbalik dengan dirinya.

"Kenapa?"

[Name] bersender pada sofa yang mulai lapuk dan usang itu. Turut menatap langit-langit rumah rusun yang mulai kehitaman akibat jamur diatasnya.

"Kalau kau hidup abadi, kau juga akan menyaksikan banyak kematian dari orang terdekatmu."

"Itu... benar juga sih."

"Lalu, kau masih mau menjalani hidup abadi, Joan?"

Kedua mata obsidian milik Joan berbinar-binar, dia mengacungkan jempol. "Tentu saja!"

"Bodoh."

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
━━━━━━━━━━━━━━━━━
━━━━━━━━━━━━━━━

To be continue

꒦꒷-𝐈 𝐑 𝐈 𝐒 ; 𝘵𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘨𝘰𝘥 © 𝐥𝐢𝐟𝐥𝐢𝐲𝐚𝐥
꒦꒷-𝐭𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐠𝐨𝐝 © 𝐬𝐢𝐮

𝐈 𝐑 𝐈 𝐒 ; 𝘵𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘨𝘰𝘥 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang