CJ- 26

937 144 44
                                    

Happy Reading
.
.
.
Awas typo

Waktu berjalan amat sangat tidak terasa cepatnya, setelah kelahiran bayi kembar sepasang kini rumah Aliya tidak lagi sepi. Setiap hari selalu ramai tangisan bayi-bayi menggemaskan itu hingga Bryna dan Ario memilih sementara untuk pulang ke rumah Ibunya itu demi bertemu keponakan kembarnya setiap hari.

Ario yang sedang menunggu wisuda spesialisnya pun menuruti permintaan sang istri. Ia tak keberatan, apalagi ketambahan personel baru yang lucu nan menggemaskan, yah, hitung-hitung latihan ketika nanti punya anak sendiri. Seperti sore hari ini, Bryna yang baru saja pulang praktek langsung buru-buru ganti baju dan bersih-bersih menghampiri Ario yang sedang menggendong keponakannya yang perempuan.

Ada Hannah dan Bryan juga di sana sedang mengobrol juga. Sementara Bryna masih tetap berdiri di ujung tangga kamarnya, ia melihat begitu telatennya Ario menggendong bayi mungil yang usianya baru berjalan dua bulan. Tidak kaku, awalnya mungkin kaku tapi lama kelamaan Ario terbiasa. Ada sedikit rasa mencelus beringsut di hati Bryna melihat adegan manis di depannya itu betapa terbayangnya jika nanti Ario menimang buah hati mereka sendiri.

Ah, seketika hati Bryna menghangat. Ia berusaha mengeluarkan senyum paling semringah yang ia punya sambil berjalan mendekati ruang tengah. Ada baby Z di gendongan Papinya sedang anteng usai menyusu.

"Hallo kesayangan, Biya. Aduh aduh, makin gembul aja." Tangan Bryna gemas ingin menjawil pipi baby Z tapi ia tahan dan memilih untuk mengambilnya dari gendongan Bryan, kembarannya itu.

"...gendong sama Biya aja ya, biar Papi sama Mami bisa istirahat bentar. Pasti pegel gendong kalian terus." Bryna bergerak mengayunkan badannya perlahan, sambil terus menatap bayi digendongannya itu.

Sementara di sebelahnya, baby S sedang senyum-senyum terus digendongan Ario. "Baby S, ngefans banget sama Papa Ario, ya?" Ujar Bryna, agak aneh dan sedikit canggung ia mengucapkan kata barusan.

"Iyaa dong, Biya, Papa Ario kan ganteng." sahut Ario meniru suara anak kecil.

"Issshhh, langsung deh besar kepala..." Bryna geleng-geleng mendengar respon suaminya itu.

Kedua orang tua bayi ini tertawa melihat interaksi di depan mereka. Hannah amat sangat terbantu dengan kehadiran Bryna kembali di rumah ini, mereka bisa gantian menjaga si kembar bila Hannah ingin bersih-bersih atau sekedar menikmati waktu makannya yang masih diatur dari jarak jauh oleh Maminya Hannah yang juga seorang dokter gizi.

"Makasi, ya, kalian udah mau repot-repot tinggal di sini dulu demi temenin gue dan anak-anak." Ujar Hannah, memang, di saat seperti ini yang dibutuhkan seorang ibu baru adalah dukungan dari sekitar tidak hanya secara materi tapi secara immaterial juga. Ya contoh kongkritnya seperti ini.

"It's okay, Han. Mereka juga kan anak-anak gue. Ya nggak akan keberatan lah jagain mereka bareng-bareng, malah seneng akhirnya ada bayi lagi di rumah ini." jawab Bryna dengan senang hati.

"...oh iya, Han, gue mau pesen baju buat gue sama Mas Ario bisa? Atau lo ada baju couple buat kami yang udah ready aja nggak apa-apa." ujar Bryna sambil meletakkan baby Z yang sudah terlelap di pelukannya kembali ke atas bouncer.

"Buat kapan? Acara apa? Nanti biar gue minta Tiwi untuk bawa beberapa baju butik ke sini." Hannah dengan sigap membuka kontak di ponselnya, mencari nama yang ia sebut tadi adalah asisten pribadinya.

"Dua minggu lagi. Buat acara wisudanya spesialisnya bapak-bapak ini nih." Bryna memberi kode dengan mata dan menggedikan dagunya.

"Oohh, oke,oke. Kayaknya gue ada baju itu. Malam ini gue minta Tiwi ke sini ya, kalian lamgsung fitting aja, free buat kalian sebagai tanda terima kasih gue." Ucap Hannah dengan entengnya memberikan service gratis untuk baju-baju dari butiknya.

Chérie J'taime // Sweetheart, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang