TIGA

40 9 0
                                    

"Euijoo."

Suaranya mendayu memanggil sang anak, ia menata telur dan roti di atas meja tak lupa dengan susu Euijoo.

Kepalanya menoleh ke arah kamar Euijoo, karena tak ada sautan dari si kecil Fuma berjalan mendekati kamarnya.

"Euijoo." panggilnya sekali lagi.

Tangan Fuma perlahan meraih gagang pintu dan membukanya, kepalanya dengan perlahan mengintip ke kamar Euijoo.

"Euijoo, apa kamu sudah bangun?"

Ucapannya terhenti ia membatu di depan pintu, sementara itu Euijoo berbalik menatap ayahnya dengan kain yang digunakan sebagai baju serta kardus di kepalanya.

"Aku membuat baju astronot." ucapnya penuh tawa.

Euijoo membetulkan kain yang menempel pada tubuhnya, tidak memperdulikan Fuma yang menatap tirai jendela yang sudah rusak sedemikian rupa akibat guntingan asal dengan perasaan shock.

Mendesah pelan, ia melangkah mendekati jendela kamar anaknya. "Astaga, tirainya.."

"Aku tidak tahu apalagi yang bisa kugunakan. Nicholas ingin menjadi astronot, jadi aku akan menemaninya!" balas Euijoo dengan tawa kecil, kakinya tak henti melompat-lompat kecil di atas ranjang.

Sementara itu dilain waktu Nicholas duduk di kursi taman rumah sakit dengan kepala yang tak henti menoleh ke arah kanan dan kiri.

Dari jauh sekumpulan anak kecil sedang bermain bola dengan asik, bola yang ditendang pun tidak sengaja mengenai kaki milik Nicholas. Nicholas pun turun dari kursi dan mengambil bola itu.

"Hei, lempar bolanya!"

Seseorang berteriak ke arah Nicholas membuat Nicholas memandangi orang tersebut dalam diam, kepalanya menatap bola tersebut dengan senyuman yang merekah.

...

Ranjang itu berdecit di lorong rumah sakit, beberapa perawat mengelilinginya serta mendorong ranjang yang ditiduri Nicholas dengan terburu-buru.

"Nicholas, kita hampir sampai!" salah seorang perawat berucap mencoba menenangkan.

"Bertahanlah!" Lanjut sang perawat.

Dokter Fuma yang melihat keributan tersebut berlari mendekat, wajahnya terlihat kebingungan ketika Nicholas dengan Rebreating Mask. Matanya menatap salah satu perawat,

"Apa yang terjadi?" tanya Fuma.

"Dia bermain sepak bola."

"Apa? dia tahu kalau itu dilarang, kan?" balasnya terkejut.

Mereka memasukkan Nicholas kedalam sebuah ruangan, Fuma memegangi bahu Nicholas sementara para perawat pinggang dan kaki berniat memindahkan Nicholas ke ranjang yang ada pada ruangan tersebut.

Fuma dengan cekatan memakai jas dan stetoskopnya, menatap sang perawat yang mengambil gunting dan menggunting baju Nicholas tergesa. Ia beralih menatap perawat yang lain,

"Tolong hidupkan monitor, aku akan menghubungkan dia."

Matanya menatap seorang perawat yang menempelkan ekg tepat di dada kanan Nicholas, Fuma kemudian terus saja memanggil nama Nicholas berharap Nicholas dapat mendengar suaranya.

Monitor menunjukkan angka 160, dada Nicholas naik turun ia bernafas menggunakan mulutnya. Beberapa alat bertambah seiringnya waktu, menempel pada tubuhnya tanpa ia tahu.

First FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang