Cerita tentangmu.

22 3 0
                                    


Happy Readingggg




"Janji ku sudah ku tuntaskan, semoga cerita tentangmu ini bisa tersampaikan dengan baik."




Bandung, Awal maret 2024.

Ada terlalu banyak rahasia semesta salah satunya adalah pertemuan tanpa sengaja kita, jika dahulu aku akan selalu memberimu bahu dan pelukan maka sekarang aku hanya akan memandangi bahumu dari jauh. Memaksakan kehendak ternyata memang tak pernah bagus hasilnya, aku sudah merelakanmu tanpa melangitkan doa untukmu lagi, aku sudah mengikhlaskanmu untuk berbahagia dengan wanita barumu dan aku telah menerima bahwa segala hal tentangmu perlahan telah hilang di telan waktu.

"Gimana lanjutan cerita kisah lo itu?" tanya Kiral, Sera memang memberitahu Kiral tentang ini dan Kiral mendukung.

Sera yang sedang mengupas buah pun menoleh ke sumber suara, ada Kiral yang sudah duduk santai di ruang keluarga.

"Cerita gue tentang dia bakal tetep lanjut meski akhirnya gak bahagia." jawab Sera sembari menawari apel yang sedang di kupasnya.

"Bukan nya di dalam imajinasi lo itu bisa buat kisah kalian berakhir bahagia?" tanya Kiral, pasal nya kisah cinta yang diabadikan lebih sering berakhir dengan bahagia.

Sera menggeleng tak setuju.
"Kisah gue gak berakhir kaya gitu, gue mau abadiin sesuai dengan kisah nyata gue."

"Dengan akhir yang lo menderita itu?"

Sera mengangguk mengiyakan, tak pernah terlintas bahwa janji nya akan menjadi nyata, mengabadikan seseorang lewat tulisan nya, orang yang selalu ia harapkan akan menjadi bagian kisah indahnya kini harus ia tulis dengan alur cerita yang menyakitkan.

"Sesuai kisahnya, berakhir dengan tragis dan gue sembuh tanpa bantuan siapapun." jawab Sera, meski kadang ia teringat hanya karena makanan favorit cowo itu, lagu atau bahkan obrolan lucu diantara mereka.

"Lo mau ikut gue aja gak? kaya nya di bandung terlalu banyak hal yang menyakitkan." tawar Kiral, hitung hitung untuk sekedar melepas stress.

Sera berpikir sejenak, lalu bertanya. "Ke jakarta? Mama gimana?"

"Iya ikut gue, lo masih peduli ke mama ternyata, lagipula sekarang mama udah ada yang jaga." ucap Kiral tersenyum hangat dibalas anggukan kepala oleh Sera.

"Seberat apapun perdebatan antara gue sama mama kemarin, dia tetep mama gue." jawab Sera tegas. "Gue mau ikut sama lo dan ngelanjutin tulisan ini disana."

"Bahkan lo udah mau pindah kota pun tetep mau bawa kenangan sama dia?"

Sera terdiam, benar juga jika seperti itu maka ia akan sesekali teringat.
"Gue bakal selesain cerita ini di bandung lalu mulai cerita baru gue di jakarta tanpa dia."

"Judul cerita lo apa?"

"Bandung dan Sagara." jawab Sera tersenyum simpul.

"Judul yang bagus, semoga tulisan lo lancar dan cepet selesain cerita itu." ujar Kiral, lalu mencomot apel yang sudah di kupas.

"Apapun akhirnya, solusi nya cuma merelakan dek." sambung Kiral.

Sera menatap wajah sang kakak lama, pria itu baru datang karena ini hari libur. Banyak hal yang berubah di antara mereka, Kiral yang lebih dewasa dan Sera yang menjadi sosok yang acuh.

Sera bertanya kepada Kiral. "Merelakan kisah yang selalu gue banggakan sesakit itu ya ternyata?"

"Gak ada yang mudah perihal merelakan, dek."

"Karena dari awal kita selalu di uji dengan kehilangan dan merelakan bang."

"Kadang gue mikir kebahagiaan apa nanti yang bakal gue dapet kalo jalan hidup gue sesakit ini?" sambung Sera membuat Kiral membeku.

"Apapun yang lo korbanin sekarang pasti kebahagiaan yang lo tunggu itu hadiahnya." jawab Kiral.

"Meskipun harus ngorbanin kebahagiaan gue?" jawab Sera serius menatap dalam Kiral.

"Dek........." Kiral tak tahu menjawab pertanyaan itu.

"Mama bahagia ya bang sekarang." ucap Sera menengok  arah Kiral yang masih diam.

Kiral membalas tatapan mata Sera "Itu keinginan lo kan? ngelihat mama bahagia?" jawab Kiral.

"Iya, tapi entah kenapa gue tetep gak bisa nerima hal itu, meskipun sejak awal gue udah ngorbanin kebahagiaan gue dan milih nyiksa diri dengan memaksa menerima hal yang menyakitkan." Sera berbicara seperti itu karena sampai sekarang ia masih membenci kehadiran ayah sambung nya itu, dan membuatnya tak nyaman lama lama berada di dalam rumah.

"Lo masih benci suami mama?" tanya Kiral di balas anggukan oleh Sera.

"Lo juga kan?" balas Sera, membuat Kiral terkejut.

"Maksud lo?" Kiral memastikan ucapan yang di lontarkan Sera barusan.

Sera tertawa pelan. "Lo lupa gue siapa? tatapan mata lo udah ngejelasin semua nya, meskipun lo gak pernah bilang secara gamblang tapi gue pun tahu lo benci kehadiran dia."

Dia yang di maksud adalah Indra Prabaswara, suami baru sang mama. Sera tak sudi memanggil laki laki itu ayah.

"Gue gak pernah ada niat mau benci dia, tapi kenyataan nya emang gitu gue tetep benci kehadiran dia." jawab Kiral membuat Sera puas.

"Kita sama sama punya luka, tapi kita masing masing punya cara tersendiri buat nutupin itu." celetuk Sera, ia mengerti sifat Kiral yang akan terlihat tak peduli namun tatapan mata nya menyiratkan hal berbeda.

"Karena kita emang gak akan bisa sembuh, luka di masalalu kita terlalu banyak." jawab Kiral.

"Bukan gak bisa, tapi belum bisa." Sera memperbaiki kalimat yang di lontarkan oleh sang kakak.

"Rasanya ingin sekali memberontak, namun yang ku hadapi kali ini bukan musuh, melainkan takdirku sendiri." ucap Sera dalam hati lalu memasukan potongan apel ke dalam mulutnya.

Dibalik tembok ada Asma yang mendengar semua percakapan kedua anak nya itu hati nya mencelos merasa sedih, kakak dan beradik yang saling mengungkapkan perasaan tak nyaman nya ketika berada dirumah. Niatnya ingin ke dapur namun langkah nya terhenti mendengar percakapan anak kesayangannya.

"Maaf karena kalian harus ngorbanin kebahagiaan kalian nak, maaf karena mama memilih jalan ini dan membuat kalian harus ngorbanin kebahagiaan kalian." ucap Asma, memandangi tubuh sang anak dari balik tembok. Ia baru tahu jika selama ini kedua anak nya hanya pura pura menerima kehadiran suami nya.

*************

"Apa tindakan lo selanjutnya?" tanya Pria bertubuh tinggi itu, mereka sedang duduk di dalam kelas karena jam kuliah telah selesai. Halim, Altair dan Sagara sedang duduk santai disana, dan Altair memulai pembicaraan.

Sagara mengedikan bahu nya, entah akan menjawab apa ia pun bingung. "Gue gak tahu."

"Bodoh." maki sahabatnya.

"Jangan pernah muncul di hadapan dia lagi dan terima dengan lapang balasan perbuatan lo." ucap Halim sarkas. Dia yang di maksud adalah Sera, meskipun Sagara sahabatnya namun Halim tetap membela Sera karena disini Sagara yang salah.

"Kalo kata baskara langit, kalo udah punya yang indah, jangan mencari keindahan di orang lain. Nanti, akan kehilangan keduanya." ucap Altair mengingatkan, ia sebenarnya tahu jika Sagara masih tetap denial dengan perasaan nya.

"Bahagiain cewe baru lo juga, karena lo sampe harus ngorbanin kebahagiaan cewe lain demi ini." saran Altair menepuk punggung Sagara lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Inget, penyesalan itu susah buat hilang. Mending lo pikirin hal yang sebaiknya lo lakuin buat treat dengan baik cewe baru lo dan terima karma lo." timpal Halim lalu ia pun menyusul Altair meninggalkan Sagara yang masih diam mencerna ucapan sahabat sahabatnya.

Bandung Dan SagaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang