18

1.8K 179 13
                                    

"Ibu, Zav lapar" rengek Zavier sambil memegang perutnya di gendongan Vea.

"Baiklah kita akan mencari tempat makan terlebih dahulu" balas Vea sambil berjalan mencari tempat makan.

Setelah berjalan dengan cukup lama, akhirnya Vea sampai di tempat makan yang cukup ramai. Vea melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dan memesan makanan untuknya dan Zavier, tidak peduli dengan tatapan para pengunjung yang selalu menatapnya, apalagi sekarang Vea tidak memakai cadar, membuat wajah cantiknya bisa di lihat banyak orang.

"Ibu kita duduk di sana saja" tunjuk Zavier ke arah meja dekat jendela yang masih kosong, membuat Vea melangkahkan kakinya menuju meja yang di tunjuk Zavier, dan duduk dengan Zavier yang berada di pangkuannya, karena memang Zavier tidak mau berjauhan dengan Vea dan mau bermanja-manja dengan Vea.

"Hei kamu pindah dari sini, aku mau meja ini untukku" suruh seorang wanita dengan penampilan yang glamor sambil menatap Vea angkuh, dan sudah Vea tebak kalau wanita itu adalah bangsawan, karena pakaian dan prajurit di dekatnya.

'Cih mengganggu' decak Vea kesal.

"Kenapa harus kami yang pindah?? Aku dan ibuku lebih dulu duduk di sini, jadi kau cari saja meja yang masih kosong, jangan merebut" sinis Xavier sambil menatap jijik wanita yang wajahnya sangat putih tapi lehernya sangat gelap.

"BERANI SEKALI KAU MENGATAKAN SEPERTI ITU KEPADAKU!! APA KAU TIDAK TAHU KALAU AKU ADALAH ANAK DARI KAISAR WILAYAH INI" bentak wanita itu sambil menatap tajam Zavier, yang di balas tak kalah tajam oleh Zavier.

"Meskipun kau anak dari kaisar di sini, tapi aku sama sekali tidak peduli!! Dan sudah aku tebak kalau orang tuamu tidak bisa mendidikmu dengan baik, sampai-sampai anaknya sangat sombong, dan angkuh terhadap orang"

"Kau! Kau anak sialan" marah wanita itu yang akan menampar Zavier, tapi dengan cepat Vea menangkap tangan wanita itu.

"Jangan berpikir untuk menyakiti anakku nona" tegas Vea.

"Anakmu sangat keterlaluan budak" balas wanita itu yang membuat Zavier marah.

"Ibuku bukan budak!! Dan dari pada badut sepertimu, ibuku jauh lebih cantik" sahut Zavier kesal.

"Jaga bicaramu bocah sialan!! Apa kau tidak di ajarkan oleh orang tuamu?? Ahh-tunggu dimana ayahmu? Apakah kau anak haram dari jalang ini" ejeknya membuat Zavier semakin marah.

"Wanita sialan" marah Zavier sambil melempar tubuh wanita itu sampai menabrak dinding.

"Prajurit cepat serang mereka" suruh wanita itu membuat prajurit akan menyerang, tapi Zavier lebih kuat dari mereka, membuat Zavier dengan mudah membunuh mereka dengan memisahkan kepala mereka dari badannya.

"Tidak ada orang yang boleh menyakiti ibuku, apalagi menghina ibuku dengan sebutan jalang" ujar Zavier sambil mendekat ke arah wanita itu, membuat wanita itu ketakutan.

"Menjauhlah dariku, atau ayahku akan membunuhmu dan ibumu itu" balas wanita itu, membuat Zavier marah karena wanita di depannya itu mengancam membunuh ibunya.

"JANGAN MEMBAWA-BAWA IBUKU SIALAN" marah Zavier sambil menusukkan beberapa jarum ke tubuh wanita itu, membuat wanita itu kesakitan, karena memang jarum itu berfungsi untuk menyiksa jiwa pemilik tubuh sampai mati.

"Ibuu" manja Zavier sambil berlari ke arah ibunya dan langsung memeluknya.

"Ibu ayo pergi, Zav udah tidak selera makan" cemberut Zavier sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tapi ibu lapar, jadi kita makan dulu baru kita pergi yah?" balas Vea membuat Zavier mengangguk setuju, karena memang dia tidak akan menolak perintah ibunya.

"Apa lihat-lihat?? Dan cepat bawa makanan ibuku kemari, kalau tidak aku akan menghancurkan rumah makan ini" ancam Zavier, membuat para pelayan dengan cepat meletakkan makan pesenan mereka.

"Apa kalian ingin aku dan ibuku cepat pergi dari sini, sehingga kalian terburu-buru meletakkan makannya" mendengar itu Vea dengan cepat menenangkan Zavier, dan para pelayanpun meletakkan makanan dengan pelan agar tidak dimarahi anak itu lagi.

"Jangan seperti itu Zav" tegur Vea sambil memeluk Zavier, membuat Zavier menduselkan wajahnya di dada Vea.

"Maafin Zav ibu" sesal Zavier sedih.

"Nona Vea" panggil seseorang membuat Vea menoleh ke arah pria yang memanggilnya.

"Oneros" seru Vea saat melihat pria imut di depannya, dan berakhirlah mereka berdua mengobrol bersama dan sesekali akan tertawa, membuat Zavier kesal karena di cuekkin ibunya karena pria imut itu.

"Sebentar lagi malam akan tiba, sebaiknya kita mencari penginapan terlebih dulu" usul Oneros membuat Vea setuju, dan mereka meninggalkan tempat makan itu, dengan Zavier di gendongan Vea, tapi entah kenapa sedari tadi Zavier terlihat kesal dan terus mencari perhatian kepadanya.

Sampainya di tempat tujuan, Oneros segera memesan kamar untuk mereka.

"Nona maaf hanya tersisa satu kamar, apa nona mau kita sekamar?" tanya Oneros merasa tidak enak.

"Tidak! Ibu tidak boleh sekamar dengan pria lain" tolak Zavier.

"Sepertinya aku akan mencari penginapan lain saja" tolak Vea karena memang dia tidak suka saat satu kamar bersama pria yang bukan Xavier dan Zavier.

"Tapi di desa ini hanya memiliki satu penginapan saja nona"

"Huft baiklah kita akan menginap bersama" pasrah Vea, sedangkan Zavier menatap tajam Oneros karena dia merasa kalau pria itu memiliki niat lain.

Mendengar jawaban Vea, Oneros merasa bahagia, karena ini langkah awalnya untuk merebut nonanya dari tuannnya Xavier.

"Ayo kita pergi ke kamar nona" ajak Oneros sambil memimpin jalan mereka.

"Nona anda tidak apa-apa?" tanya Oneros saat melihat wajah Vea yang pucat.

"Aku tidak apa-apa! Mungkin aku hanya kelelahan aku ingin tidur dulu" jawab Vea sambil membaringkan tubuhnya di kasur, tapi tidak lama dia merasa mual dan berlari ke arah kamar mandi, membuat Zavier dan Oneros merasa khawatir.

Huek

Huek

Terdengar suara orang muntah dari kamar mandi, tapi yang Vea muntahkan hanya cairan bening.

"Ibu hiks ibu tidak apa-apa kan hiks?" tanya Zavier sambil menangis karena doa takut kalau Vea akan meninggalkannya.

"Ibu tidak apa-apa sayang" jawab Vea sambil membuat pintu, membuat Zavier langsung memeluk Vea dengan erat, sedangkan Vea mengangkat Zavier ke dalam gendongan dan menenangkannya.

"Nona apa anda pernah melakukan itu dengan tuan?" tanya Oneros sambil mengepalkan tangannya, dan mencoba untuk terus berfikir positif.

"Iyah" jawab Vea.

"Jangan-jangan nona hamil anak tuan" ujar Oneros sambil tersenyum tapi tidak menutupi kalau dia sangat sedih dengan jawaban orang yang sangat dia cintai, padahal dia akan merebut nonanya dari tuannya, tapi karena fakta itu membuatnya ragu.

"Mungkinkah itu" gumam Vea bahagia.

"Tidak" panik Zavier sambil menggelengkan kepalanya.

"IBU TIDAK BOLEH PUNYA ANAK SELAIN ZAV!! TIDAK BOLEH" teriak Zavier sambil menggelengkan kepalanya sambil memeluk Vea.

"Zav kenapa? Apa Zav tidak bahagia karena sebentar lagi Zav akan punya adik?" tanya Vea sambil menatap wajah Zavier yang memerah.

"Tidak! Aku tidak mau punya saudara lain, karena dia hanya akan merebut ibu dari Zav!! Dan-dan Zav takut kalau ibu lebih memilih anak kandung ibu dari pada Zav, dan membuang Zav" jawab Zavier dengan nafas memburu.

"Ibu harus menggugurkan anak di kandungan ibu" lanjutnya sambil menatap Vea memohon.

"ZAVIER" bentak Vea membuat tubuh Zavier seketika menegang.

Seakan sadar, Vea langsung memeluk tubuh Zavier dan menggumamkan kata maaf.

"Ibu tidak akan membuang Zav!! Zav adalah anak kesayangan ibu, tidak mungkin ibu akan tega, dan itu juga belum tentu benar kalau ibu hamil" ujar Vea sambil menenangkan Zavier.

'Sialan! Dia belum lahir tapi sudah membuat ibu membentakku" geram Zavier.

Vea~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang