17. kemarahan dan kekecewaan

144 12 0
                                    

~Happy reading~

Sekarang Raidan Dan Nata sedang antri mengambil obat di apotek RS,saat di Obati oleh dokter,sang dokter berkata bahwa Raidan hanya luka luar saja walaupun lumayan parah,melihat dari tubuh biru-biru Raidan

Di kursi tunggu Nata bisa melihat Raidan yang selalu menunduk tak berani mengangkat kepalanya untuk melihat sekitar

Nata Yang sudah tak Tahan akhirnya mengusap pelan Surai lepek Raidan kemudian menghela nafas berat

"Kakak tunggu penjelasan kamu ya?,enggak usah cepat cepat.nunggu kamu siap cerita aja.tapi kamu harus pastiin kalau kakak harus tahu kenapa kamu bisa kek gini" Raidan menengok ke arah Nata kemudian mengangguk .

Dan setelah itu...
Kembali hening sampai sang apoteker memanggil Raidan Tanda obat sudah bisa di ambil

Saat Raidan akan berdiri Nata menghalangi Raidan

"Udah biar kakak aja" Raidan menatap sendu ke arah Nata dan ingatan nya seakan kembali pada kejadian tadi sore

"Gak salah kan Idan belain Kakak? Kakak baik kok sama Idan,kenapa Bian sebenci itu ya sama kakak?" Raidan berkata lirih

"Dah yok" ajak Nata sambil menepuk pelan pundak Raidan membuat  lamunan Raidan buyar seketika

"Yok" saat sampai di dalam mobil bahkan ketika mobil sudah berjalan, Nata terdiam tak mengajak Raidan berbicara, membuat Raidan tak betah dan akhirnya memilih berbicara duluan

"Kakak...
Kenapa diam aja?" Raidan memulai pembicaraan dengan cara bertanya

Nata menghela nafas berat dan memijit pelan pelipis nya

"Mau pulang kamu?" Nata bertanya dengan masih memijit pelipisnya,Raidan menyernit mendengar pertanyaan Nata

"Maksud kakak dengan keadaan kamu kayak gitu mau pulang Eh_maksud nya berani pulang?" Nata bertanya sambil menatap mata sendu Raidan.

Bukannya jawaban pasti yang di dapatkan,Nata hanya mendapat gelengan dari Adik kelasnya itu. Gelengan yang terlihat begitu Ragu

"Idan.."

"Idan gak berani pulang kak,tadi izin nya ke Abang mau kerja kelompok. Trus nanti pulang. Idan GK izin mau nginep." Masih dengan menunduk,Raidan menjelaskan ketakutan nya.

Hening,hingga beberapa saat Nata kembali bersuara

"Nginep di rumah kakak ya?.nanti kakak yang ijin ke bunda nya kamu, mau?"Nata menawari, berusaha mencari jalan keluar untuk Raidan

"Tap_"

"Jadi lebih milih di marahin bunda kamu? Dan milih bikin bunda kamu khawatir nih?" Nata lebih dulu memotong saat Raidan berusaha untuk membantah.

"Tapi,nanti ngerepotin kakak lagi.." Raidan masih berusaha membantah karena merasa tak Enak walau sebenarnya Raidan pun bingung jika dia menolak akan pergi kemana dia nanti?

"Udah nggak ngerepotin kakak kok dek,aman itu. Nanti biar kakak yang telfon bunda kamu sama jelasin ke mama nya kakak,okey? Jangan membantah lagi ya?.kakak khawatir loh, beneran." Raidan melihat Nata yang tersenyum tipis dengan mata berkaca-kaca nya. Membuat Nata tak tahan dan segera menarik Raidan untuk di peluknya

"Hiks"

"Heh! Malah nangis nih bocah, hahahaha udah-udah jangan nangis gitu dong" Nata di buat tertawa saat Raidan malah Tambah mengencangkan tangisnya.
Memeluk Erat Lelaki yang memiliki Beban berat di hatinya, berharap dengan pelukan itu bisa meringankan setidaknya sedikit beban dan segala sesak di hati Raidan.

CINTA ATAU NORMA | Bian Raidan [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang