XXXVIII. MASQUERADE OF THE GUILTY

31 5 0
                                    

Pagi di hari kedua bulan Tembre tiba, semua orang di Capitol mulai memadati jalanan. Sebenarnya, hari kedua ini terlihat lebih ramai ketimbang hari pertama. Tenda-tenda didirikan dengan berbagai macam produk dijajakan di sana, seperti makanan ringan, ramuan, kerajinan tangan, buku, bahkan perhiasan. Capitol juga dihiasi berbagai macam hiasan berupa pita putih dan emas yang terpasang baik di bangunan maupun lampu jalannya.

Para penduduk terlihat memakai pakaian putih, tetapi yang membedakan antara bangsawan dengan rakyat biasa adalah bordiran serta aksesori yang dipakainya. Para bangsawan terlihat memakai pakaian putih dengan bordiran emas di tiap ujung bajunya, para perempuan memakai renda emas dan aksesori yang terbuat dari emas atau permata berwarna kuning. Sementara rakyat biasa hanya mengenakan baju putih sederhana dan hiasan dipadu warna lain. Meskipun terlihat juga orang-orang yang memakai warna lain, salah satunya Anna yang saat ini memakai jubah biru tua dengan tudung yang menutupi kepala.

Rambut pirang Anna dikepang satu, lalu disampirkan ke pundak kanan. Gaun putih dengan ikat pinggang perak tersembunyi di balik jubah, sedangkan kakinya memakai sepatu boots cokelat. Sama seperti saat ia pertama kali tiba di Capitol, kali ini pun Anna meminum ramuan skille lagi. Hanya saja, kali ini ia beruntung, sebab sekarang Anna menyamar menjadi seorang Elders perempuan alias salah satu asistennya Grand Elders.

Sementara itu, Neve terlihat paling mencolok karena aksesori kepala yang dipakainya. Sebelumnya, Anna sudah meminta agar Neve juga berdandan seperti bangsawan biasa. Namun, spirit itu menolak karena es runcing---yang dianggap Anna sebagai hiasan---di kepalanya tidak bisa dilepas. Sebab, es itu rupanya bukan hanya hiasan semata, melainkan memang tumbuh dari tubuhnya Neve sendiri.

"Kau harusnya pakai jubah," kata Anna seraya berjalan menyusuri jalanan yang ramai oleh pengunjung.

Mendengar perkataan majikannya, Neve tertawa pelan. "Apa kau takut aku terlihat mencolok, Vyloria?"

"Iya. Orang-orang melihatmu tuh." Anna memperhatikan ekspresi para pengunjung di sana dan mendapati beberapa wanita saling berbisik sambil menatap Neve.

"Kau tidak perlu khawatir. Lagi pula, setiap tahunnya kami---para spirit---selalu datang berkunjung sampai acara selesai."

"Berarti tahun lalu kau datang ke sini?"

"Iya. Kami menyukai festival ini, makanya kami menunjukkan wujud secara terang-terangan. Oh, lihat itu!" Neve menghentikan langkahnya, kemudian menunjuk ke atas.

"Lihat apa? Lampu jalan?" tanya Anna yang kebingungan.

"Bukan. Coba lihat lebih saksama, Vyloria."

Anna kembali memperhatikan arah yang ditunjuk Neve. Ia pun mulai mengenyit karena tidak mendapati apa pun selain langit pagi yang cerah. Namun, Anna tidak menyerah, jadi ia pun agak menyipitkan mata seraya fokus melihat sesuatu yang dimaksud Neve. Tak lama, matanya benar-benar menangkap seekor burung dengan ekor mirip ekor merak. Sayapnya yang terlihat seperti aliran air mengepak indah di udara sehingga menghasilkan pelangi. Burung itu benar-benar terlihat seperti terbuat dari air.

"Eh! Burungnya ... seperti air?" pekik Anna.

"Benar. Itu spirit air. Butuh usaha lebih untuk bisa melihatnya karena tubuhnya seperti air. Oh, coba kau lihat dekat kakimu."

Anna cepat-cepat melihat ke arah kakinya. Seketika ia terkejut dan nyaris melompat jika saja tidak ditahan oleh Neve. Matanya melihat sosok ular besar dengan mahkota bunga di kepalanya serta tiga ekor tupai duduk di punggung ular. Ular itu bisa berbicara, bahkan menyapa Anna yang membelalak.

"Itu spirit tanah," bisik Neve tepat di telinga Anna.

Sontak saja Anna langsung sedikit menjauh dari Neve. Pipinya terasa panas dan rasa geli ketika napas spirit itu sedikit menyentuh telinganya. Melihat ekspresi salah tingkah kontraktornya, Neve langsung tertawa pelan.

A Crown of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang