3️⃣3️⃣

2.1K 53 0
                                    

Dengan cemas Felix, Rena, dan Cila menunggu dokter selesai memeriksa kondisi Dean, mereka tak menyangka Dean akan berakhir di rumah sakit seperti ini setelah satu tahun tidak bertemu dengan omanya.

"Baby, bagaimana kejadiannya? Mengapa Dean bisa terjatuh dari tangga?"

"Aku gak tau, Kak, pas aku mau ke kamar mereka, aku udah liat Dean berguling dari atas tangga dengan mami yang berada di sana dan Cila yang tampak kesakitan dalam rengkuhan mami."

Tatapan Felix terarah pada Cila, putri kecilnya yang menunduk sampai tidak mendengar perbincangan mereka. Felix yakin, putrinya sedang emosi, perasaannya, tak menentu, takut, marah, kesal, dan rasa bersalah ... mungkin? Apa pun itu, Felix harap tidak ada trauma yang Cila dapati setelah kejadian yang menimpa sang adik beberapa waktu lalu.

"Cila Sayang," panggil Rena mengelus lembut kedua pipi putrinya.

Cila mengangkat kepalanya, benar apa yang mereka sangka, Cila menangis dalam diam. "Bisa Cila ceritakan semuanya? Kenapa ... adik Dean ... bisa jatuh dari tangga?" tanya Rena perlahan.

Cila tetap terdiam dengan air mata yang semakin deras membelai wajahnya, "Gak papa kalau putri Mama gak mau cerita, tenangin diri aja dulu, ya, Nak ... kita berdoa pada Allah swt untuk kebaikan Dean, ya?" imbuh Rena yang tak mendapat balasannya.

Tak kuasa melihat dan merasakan kesedihan yang sama dengan putrinya, Rena memeluk erat tubuh mungil Cila yang dibalas tak kalah erat oleh sang pemilik tubuh. Felix yang tak ingin terlihat lemah di hadapan istri dan anaknya hanya bisa menghela napas berulang sembari merangkul kedua perempuan tercintanya meskipun beberapa kali air mata berhasil lolos dari pelupuk matanya.

Drap ... drap ... drap ....

Derap langkah tergesa membuat Felix beserta keluarga kecilnya melepas pelukan mereka dan bangkit 'tuk menyalami sepasang paruh baya, mereka adalah Wika dan Bima yang datang tergesa setelah mendengar kabar buruk mengenai Dean.

"Rena ... bagaimana bisa terjadi?"

"Kejadiannya sangat cepat, Bunda, Rena gak tau apa yang terjadi, saat Rena mau ke kamar Dean, Rena udah liat Dean berguling dari atas tangga. Rena takut, Bunda ... apalagi tadi ... tadi Dean jatuh dengan banyak darah dari kepalanya ... Rena khawatir sama anak-anak Rena ..., " papar Rena kembali terisak.

"Felix, bagaimana keadaan Dean?" tanya Reno menghentikan Wika yang hendak bersuara.

"Papi ngapain bawa wanita gila itu ke sini?" sinis Felix menatap berang Rita.

"Felix, dia .... "

"Dia apa, Pi? Apa? Karena dia Dean masuk rumah sakit!"

Deg!

Semua orang terkejut mendengar pernyataan Felix, kecuali Rena dan Cila tentunya. Mereka menatap Rita yang hanya menangis dalam diam di tempatnya, tatapan tak percaya mereka layangkan pada Rita.

"Felix, Mami .... "

"Anda bukan Mami saya!"

Deg!

"Jika anda Mami saya, anda tidak akan mendorong Dean dari tangga ... Jika anda Mami saya ... anda tidak akan menyiksa istri saya di belakang saya ... dan jika anda Mami saya ... anda tidak akan menghasut putri saya untuk membenci adiknya sendiri! Anda bukan Mami saya, tetapi anda iblis berwujud Mami saya!"

Deg!

"Pergi dari sini! Saya tidak ingin hal buruk terjadi pada keluarga saya jika anda berada di sini, satu hal lagi ... saya akan usut tuntas kasus ini agar anda mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatan anda selama ini kepada istri dan anak saya, camkan itu!"

Deg!

"Felix, Mami ... Mami benar-benar minta maaf, Nak ... jangan jebloskan Mami ke penjara, Nak ... jangan ... Mami mohon ... Mami janji akan berubah, Felix ... Mami janji akan berubah ... tolong ... jangan jebloskan Mami ke penjara ... Mami gak mau, Felix ... Mami gak mau di penjara ..., " mohon Rita dengan uraian air mata.

Felix menatap datar sang mami, begitupun Rena, Wika, Bima, dan Reno yang hanya menatap datar wanita itu, katakanlah mereka kejam. Namun, mau bagaimana lagi? Kesalahan Rita sudah sangat fatal karena mata hatinya yang tertutup oleh kebencian pada Rena, entah karena apa merekapun tak mengerti.

"Sekalipun anda bersujud hingga mencium telapak kaki saya, saya tidak akan pernah mau memaafkan anda dan menarik laporan ini," desis Felix setelah lama terdiam.

Merasa tak ada harapan memohon pada Felix Rita menatap Rena dan menghampiri Rena yang mengalihkan tatapannya pada sekitar dengan air mata yang tak henti mengalir membelai manja wajahnya.

"Rena ... Mami minta maaf ... Mami minta maaf udah sakitin kamu bahkan ... Mami sampai tega menyelakai Dean, maafkan Mami, Rena ... maafkan Mami ... Mami bener-bener minta maaf ... tolong katakan pada Felix, Sayang ... tolong katakan padanya untuk mencabut tuntutannya dan tidak menjebloskan Mama ke penjara, Mami mohon ... Mami mohon jangan penjarakan Mami .... "

Rena menatap serius Rita yang kini bersujud di kakinya, "Bangun, Tante! Maaf, sekalipun Tante bersujud seperti ini, Rena gak bisa berbuat apa pun ... keputusan Kak Felix, Rena rasa keputusan Kak Felix benar adanya. Tante harus bertanggung jawab atas apa yang telah Tante lakukan selama ini pada kami, sudah cukup! Sudah cukup kami diam atas perbuatan buruk Tante pada kami, sekarang tidak lagi!" tandas Rena berlalu dari hadapan Rita dan mendekati dokter yang baru saja keluar dari IGD.

"Dokter, bagaimana keadaan putra saya?"

"Anak ibu kehilangan banyak sekali darah, beruntung kami memiliki banyak stok untuk darah pasien. Namun, putra Anda mengalami gagar otak akibat benturan keras yang terjadi saat putra anda berguling dari atas tangga, sehingga mengharuska kami melakukan sebuah tindakan yang perlu dilakukan. Berdoa saja untuk kesadaran putra anda, Bu, saya permisi dulu."

Deg!

"Ap ... apa?"

Brugh!



Tbc?

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang