#12

120 14 1
                                    

POV Kirana

Aku memandang Wilona dengan perasaan gamang setelah mendengar rinci kisah hidupnya.

Pagi itu adalah pagi yang tak biasa ku jalani. Aku mengawali kisah hari ini dengan percintaan singkat bersama Wilona.

Hasrat tertahanku semenjak mengenalnya seakan tumpah ruah kala ada kesempatan. Kami berciumam begitu panas sehingga memantik adrenalin lain yang bergejolak berontak ingin dikeluarkan.

"Kiran—" Bibirku membekap mulutnya saat jariku dengan nakal memainkan bagian tubuhnya yang paling sensitif.

Wilona menggelinjang dalam dekapanku. Tangannya bergerak gelisah kesana kemari berusaha membalas tindakan yang ku lakukan namun berakhir gagal sehingga ia hanya mampu menarik sejumput rambutku seraya memejamkan mata menahan desahan.

Kakinya berjinjit kemudian naik menekuk sekitar pinggangku, memberikanku akses termudah untuk membuatnya segera mengalami capaian orgasmik karena kami diburu waktu.

Jariku terhimpit diantara dinding vaginanya, menekan bagian atas hingga pinggul Wilona bergerak naik mengikuti gerakan jari yang seakan memberontak dalam lubang vaginanya.

Mulutnya menganga ingin keluarkan suara, namun bibirku kembali segera membekapnya, membuatnya menderita hingga cairan lengket mulai penuhi jari-jari kiriku.

Pertarungan singkat itu berakhir cukup mengecewakan. Aku menyesal tak bicara pada Wilona selama perjalanan menuju kampus dan meninggalkannya dengan sepatah dua patah kata pamitan.

Mengingat bagaimana penampilannya yang kini begitu feminin dalam balutan pakaianku, dan bercak kemerahan mencurigakan tanda kegiatan bercinta kami beberapa menit sebelumnya.

"Ngaku lo abis ML (making love) sama siapa???" Aku menatap sinis Gabby sekilas sebelum kembali fokus menutupi bekas-bekas merah di sekitar leher dan dada menggunakan foundation.

Gabby berdecak tak sabar, mendatangi kemudian menatapku melalui cermin dengan tak suka. "Jangan bilang lo kekeuh open BO kek kemarin lagi." Tuduhnya.

"Udah berapa kali sih gue bilang ga lakuin itu? Gab, gue boro-boro keluar kost buat begituan... Capek gue abis kegiatan kemarin."

"Trus? Itu yang di leher lo itu apaan?"

Aku memikirkan alasan yang tepat untuk menjelaskan yang ada di leherku. Tak mungkin aku mengaku kalau aku baru saja bercinta dengan Wilona.

Walau mereka tahu bagaimana hubunganku dengan Wilona tapi tetap saja, kalau mereka dengar tentang pergulatan batin yang berujung aktivitas seksual nampaknya akan membuat dua sahabatku ini shock bukan main.

Celotehan Gabby dan Ayu yang bergerak gusar kesana kemari menahan hasrat ingin kencing, cukup memancing emosi di siang hari kali ini. Udara panas seakan menembus dinding-dinding kampus, Ventilasi yang dipajang seolah tak berfungsi melindungi kami dari panasnya kota Jakarta yang sumpek dan penuh polusi.

Aku turut menggerutu kecil sebelum akhirnya mengaku baru saja membuat seorang gadis hampir kehilangan keperawanannya.

Tentu aku tak menyebut nama Wilona dan langsung bergegas pergi keluar dari toilet wanita. Meninggalkan Gabby dengan ekspresi terkejut bukan main dan Ayu yang berjongkok tak tahan mau buang air kecil.

"Lu gila ya?! Kir, can you stop doing something weird while we not around you?"

"Gab, lo gabakal paham. Ini kebutuhan biologis."

"If you wanna fulfill biological needs, you should use a man or boy. Not a girl." Ujarnya sambil setengah berbisik.

Kami berdua duduk di gazebo menunggu Ayu selesai dengan urusannya. Gabby menyelipkan helaian rambutnya tak sabaran, menunggu penjelasanku selanjutnya perihal dosa yang baru ku lakukan.

ALTER: Winrina FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang