Kini Ave serta Tim nya sudah berada di tengah labirin, tepat nya di dalam bangunan yang berdiri disana.
Mereka dengan teliti menelisik semua benda yang ada disana, mewaspadai adanya jebakan.
Namun setelah berkomunikasi dengan tim peretas, tidak ada apapun disana yang bisa membuat mereka terperangkap.
"kemana pergi nya semua perangkap dan pelapis yang tidak masuk akal itu?" gumam Ave.
Dengan langkah penuh kewaspadaan, mereka masuk ke dalam bangunan yang berada di tengah labirin.
Mereka berpencar, mengulik semua nya, berusaha menemukan sesuatu yang bisa dimanfaatkan.
Sudah hampir 1 jam, mereka masih tidak menemukan apapun.
"Semua nya berkumpul sebentar, kita ambil waktu istirahat dulu"
Anak buah Ave menurut dan mereka berkumpul di dekat pintu masuk.
"Ms, sebaiknya kita kembali pulang, tidak ada apapun disini" ucap Jim memberi saran.
Hingga sebuah suara tembakan mengejutkan mereka semua.
Dan mereka langsung memasang posisi siaga, termasuk Ave.
"maaf Ms, itu saya, tidak se-"
Sebuah peluru menembus kepala nya, bukan dari Ave, dari seseorang di lantai 2.
Orang itu tidak melarikan diri, ia meniup peluit.
Suara nyaring nya membuat kekhawatiran bagi pihak Ave.
"ck, apa ini" gumam nya masih dengan posisi siaga nya.
Hingga nampak banyak nya pria yang muncul disana, dengan macam senjata disana.
Jumlah nya melebihi dari pasukan Ave sendiri.
"Jim, panggil bantuan" bisik Ave.
Jim mengangguk lalu menekan tombol hijau yang berada di laras senjata nya.
Dan sebuah sinyal di sampaikan pada markas pusat mereka.
Sinyal itu masuk ke dalam sistem urgensi milik Beth.
Perbedaan nya adalah jika pada Beth, wanita itu akan mengirimkan senjata berbasis teknologi.
Seperti anjing robot yang memilih senjata dan pesawat drone dengan Bom.
Dan kini mereka hanya tinggal menunggu hingga bala bantuan tiba.
Mereka merapatkan posisi, terus mengangkat senjata, mengarahkan nya pada musuh, tanpa gentar.
"Ms, saya dan yang lain akan menahan mereka sebisa mungkin, Ms la-"
"ck, pengecut jika saya melakukan nya"
Ave memotong ucapan Jim.
Anak buah Ave itu tertawa kecil lalu mengangguk mengerti.
Suasana semakin menegang, beberapa dari mereka turun ke bawah.
Hingga kini Pasukan Ave benar-benar terkepung dari segala arah.
Seorang pria dengan bekas luka sobekan pada pipi nya, maju ke depan.
Ave tahu, dia pemimpin nya.
"jadi ada apa nona muda dan teman-teman nya kemari?" tanya nya sembari menyeringai.
"kuajukan pertanyaan yang sama untuk anda"
Pria itu tertawa kecil.
"kami hanya orang bayaran, kebetulan target kami tepat di hadapan saya"
"saya? target kalian? tidak saya sangka, saya begitu terkenal hingga orang-orang mencari saya"
"Wow, anda cukup narsis, tidak apa-apa, saya punya penawaran, anda mati menebak diri anda sendiri dan anak buah anda bebas atau saya tembak kalian semua, bagaimana?"
Ave tersenyum kecil.
"lalu bagaimana jika saya tidak memilih?" tanya nya.
Ia melirik sekilas ke arah atas, ada laser hijau disana
Pandangan nya kembali pada yang ia tafsir adalah ketua nya.
"maka saya yang akan memiih"
Kaca pada langit-langit bangunan pecah.
Sebuah robot dengan senjata menembakki para pembunuh bayaran.
Dan sebuah serangan balasan di luncurkan, sebuah peledak menghancurkan robot itu.
Perang pun di mulai, pasukan Ave dan Pembunuh bayaran saling menyerang.
Banyak ledakan, suara tembakan, teriakan.
Ave kini tengah menghadapi seorang algojo.
Perbandingan besar tubuh membuat Ave diuntungkan.
Algojo itu akan menghantamnya dengan kapak.
Ave dengan cepat menghindar.
Dan memberikan tendangan melingkar kemudian ia menembak kepala algojo itu.
Ia kembali memandang sekitar dan melihat ketua tadi hanya terduduk, menghisap rokok nya.
Ave dengan cepat melangkah menuju pria itu.
Tapi sebuah peledak dari pesawat dijatuhkan dan tempat itu langsung terlihat amat kacau.
Sedangkan di satu sisi, Beth menatap cemas pada layar data robot senjata nya.
Robot milik nya hanya tinggal tersisa sedikit.
"Beth, bagaimana keadaan sekarang?" tanya Kiran.
"bantuan sudah terkirim dan tim pun akan tiba dalam kurun waktu kurang dari 10 menit" lapor Beth pada Kiran.
Kiran menggigit kuku nya cemas, Ia menghembus nafas panjang.
Melepas infus nya dan dengan cepat mengambil jaket serta sebuah senjata semi otomatis.
Beth tidak bisa mencegah nona nya itu, ia mengikut Kiran.
Dan meminta helikopter menjemput mereka.
Hingga sebuah laporan diterima oleh Beth dari walkie talkie nya.
Tim yang dikirim nya sudah sampai, hanya saja tempat itu benar-benar membuat asap tebal hitam pekat.
Peperangan yang berlangsung seperti nya sudah terhenti.
Beberapa mayat ditemukan.
Namun Ave dan pasukkan nya tidak ada tanda sama sekali.
Beth dan Kiran pun akhirnya sampai, Kiran menatap nanar pada Beth.
Ia mulai menangis.
Sedangkan Beth menatap sedih pada sisa kejadian di hadapan nya ini.
Hingga seseorang berjalan keluar dari sana dengan terpincang-pincang.
"Lauren!"
*-*
Halo, lumutan kayak nya, wkwkw
Bintang nya jangan lupa cantik.