"Kenapa wanita itu, tewas. Apa alasannya? Apa kaitannya dengan Juna!"
----------Rhuto melirik ke arah Juna yang memang saat itu duduk gelisah, mata Rhuto pun beralih pada Mia yang berdiri kikuk menatap dua lelaki itu-lebih fokus pada Juna yang memar sana sini. Mia melangkah ragu kemudian meletakkan semangkuk sup yang dibawanya, pikirannya tak kunjung tenang meski matanya tidak lagi menatap Juna ataupun Rhuto, entah bagaimana rasanya Mia seperti orang yang asing di antara dua kubu lelaki itu, yang jelas ia berprasangka berbeda.
"Ini Juna, anak tetangga. Dia temen gue," ujar Rhuto setelah sekian menit mendiamkan Mia yang berdiri linglung.
Mata Mia langsung bertemu dengan kedua netra Juna, lalu Mia tersenyum sembari mengulurkan tangannya dengan ramah sangat ramah. "Kenalin, aku Mia."
Juna tidak merespons kecuali anggukan angkuh, uluran tangan Mia juga tak dihiraukannya. Juna sibuk mengompres kembali memar dan bengkak di matanya-Rhuto menghembuskan napas dengan kasar, kemudian disambutnya uluran tangan Mia yang hampir merosot, tentu saja Mia terkejut, sekaligus bingung. Entah bagaimana, Mia merasa bahwa ada hal aneh di dalam tabiat Rhuto yang dahulu sering usil dan dingin, terlebih pada dirinya.
"Gue yang wakilin salamannya, bibirnya robek, paham kan?" Tanya Rhuto pada Mia yang melerai jabat tangan dari Rhuto.
"Nggak usah diperjelas, aku bisa lihat kok." Mia berpura-pura melihat ke arah lain, hatinya sulit menerima kenyataan pahit yang sering ia Terima. Kiranya jika dirinya tidak perlu bersua dengan Rhuto-akan mengubah sikap Rhuto atau bahkan setiap respons Rhuto pada dirinya, tapi hal itu nihil, Rhuto tetap saja.
Rhuto atau pun Mia tidak saling bicara setelah salaman tadi, Juna yang asing dengan Mia justru sibuk mengompres memar meski es batunya sudah lama mencair. Juna sulit beradaptasi dengan orang baru, tapi jika dipikirkan ia termasuk bisa mengontrol diri saat bertemu dengan keluarga Mak Zuhri, alih-alih rencana Juna belum diketahui Mia sudah kesal bukan main dengan sikap kedua lelaki di hadapannya. Jika bukan karena Mak Zuhri yang memintanya kemari, jika bukan karena agar baiknya hubungan Ibu Surti dengan Mak Zuhri, rasanya Mia ingin pergi saja.
"Mia, ayo sini kita makan dulu. Tapi Mak sholat dulu ya, kamu juga jangan lupa sholat," ujar Mak Zuhri bersuara dari ruang tengah, membuat Juna bahkan Mia dan Rhuto sedikit tersentak.
"Mia pulang aja deh, Mak. Temenin ibu makan malam di rumah," jawab Mia saat Mak Zuhri sudah mendekati sekat penghalat antar dapur dan kamarnya dan juga ruang tengah.
Langkah Mak Zuhri pun terhenti tepat di hadapan Mia, "Yakin? Nggak mau ngobrol sama Bujang dulu? Lama loh kalian nggak main bareng," pungkas Mak Zuhri pada Mia dengan tangan kanannya, yang sudah menyentuh pundak kanan Mia.
Matanya kemudian melirik ke arah Rhuto yang tidak sama sekali memperhatikan Mia, ia juga sempat melirik sebentar Juna. "Mia nggak musuhan kan sama Bujang? Kok auranya beda," ujar Mak Zuhri lagi, matanya kembali melihat ke arah Rhuto yang memutar bola mata, Mak Zuhri jelas tahu jika Rhuto tidak suka dalam situasi ini.
Mia menggelengkan kepalanya dengan cepat, lalu menarik kedua sudut bibirnya dengan kuat, menciptakan senyum terkembang yang luas. "Bujang sama Mia baik-baik aja kok, Mak. Maaf ya Mak, kali ini Mia nggak bisa makan malam sama Emak, nanti lain waktu ya, Mak."
Belum sempat dijawab Mak Zuhri, Mia sudah pergi dengan sopan dari hadapan ketiga manusia itu. Mak Zuhri menatap punggung Mia hingga hilang di balik pintu, ia kemudian menatap ke arah Rhuto-langkahnya membabi buta mendatangi posisi Rhuto, lalu jeweran kedua tangannya pun mengenai kuping Rhuto hingga Juna, Mak Zuhri melepas tangannya setelah mendengar kesakitan dari Juna, ia tak sadar ternyata menjewer Juna selain Rhuto.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO JUNA! | HARUKYU REVISI
Mystery / Thriller(Misteri) Rhuto Al-Delrio kedatangan tetangga baru yang persis menempati rumah kosong terkait kasus wanita gantung diri yang tak terpecahkan. Mak Zuhri bersama Bu Surti kembali memulai aksi prasangka lantaran bertanya-tanya siapa keluarga terseb...