Part 3

120 17 4
                                    

Dikarenakan Cakra tidur pukul setengah empat jadi ia bangun kesiangan dan tidak sempat membuat sarapan untuk adik-adiknya. Bahkan saat bangun, rumah sudah terlihat sepi karena adik-adiknya sudah berangkat ke sekolah.

Cakra berjalan menuju ke dapur, membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Ia membuka kulkas dan mengambil satu butir telur lalu menggorengnya. Selesai menggoreng telur, Cakra langsung menaruh telur tersebut diatas nasi ditambah dengan sedikit kecap.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Cakra bergegas pergi ke toko bunga miliknya.

Sesampainya di sana, Cakra langsung membuka pintu yang terkunci lalu masuk kedalam. Sedikit bersih-bersih lalu membalik papan bertuliskan close menjadi open, Cakra kembali duduk di depan meja kasir seperti sebelum-sebelumnya, menunggu pelanggan datang.

Saat sedang asik melamun, lonceng toko berbunyi yang membuat Cakra langsung tersadar dari lamunannya. Disana ada Jean yang tersenyum lebar dengan sebuah kamera di tangannya.

"Gak usah senyum gitu, takut bibir lu robek." Jean langsung mendatarkan wajahnya begitu mendengar ucapan Cakra.

"Biarin, suka-suka gua lah. Sebagai tamu yang baik, gua minta minum, haus nih." Jean berucap sambil memegang lehernya, memberi kode kepada Cakra.

"Air selokan, mau? Mumpung di depan ada selokan tuh."

"Bener-bener ya lu, gak peka banget."

"Yaudah, gua ke depan dulu bentar." Kemudian Cakra bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari toko menuju ke sebuah minimarket yang berada tidak jauh dari toko nya.

Setelah kepergian Cakra, Jean pun menatap ke sekeliling toko dan mulai memotret bunga-bunga yang ada di sana. Jean berhenti sejenak dari kegiatannya untuk melihat-lihat hasil jepretannya, bertepatan dengan Cakra yang kembali dari minimarket.

Cakra menaruh dua botol air mineral dan dua bungkus roti diatas meja. "Nih, gua kasih minum sekalian sama roti. Kurang baik apa lagi coba gua?"

Jean mengambil sebotol air mineral lalu menengguk nya hingga setengah. "Iyain, lu kan harus dikode dulu baru peka."

Jean menggeser kursinya agar menjadi lebih dekat dengan Cakra, ia mengambil kameranya lalu mulai memperlihatkan hasil jepretannya kepada Cakra.

"Bagus juga hasil jepretan lu," puji Cakra dengan mata yang masih melihat ke arah kamera milik Jean.

Jean yang mendengar pujian Cakra pun langsung membusungkan dadanya. "Ya jelas, siapa dulu? Jean."

Cakra memutar bola matanya malas. "Nyesel gua muji lu."

"Lu pilih aja foto yang menurut lu paling bagus buat di upload ke sosmed, tapi sebelum itu, kita bikin akun dulu buat promosinya," ujar Jean.

"Gua serahin ke lu deh, gua gak paham soalnya."

"Yaudah, lu tinggal terima beres aja nanti."

"Sekali lagi thanks ya Je udah bantuin gua, gua gak tau harus bales kebaikan lu pake apa."

"Santai, kaya sama siapa aja. Gua pergi dulu deh, di suruh bokap ke kantor."

"Hati-hati Je."

***

Tak terasa, waktu berjalan dengan cepat. Matahari sudah berganti dengan bulan yang menghiasi langit, Cakra bergegas untuk pulang ke rumah karena mungkin adik-adiknya tengah menunggu dirinya.

Sesampainya di rumah, Cakra melihat Kai yang tengah membaca buku di ruang tamu. Ia berjalan mendekati Kai yang masih fokus membaca.

"Assalamualaikum, mas pulang," salam Cakra.

"Waalaikumsalam," balas Kai lalu ia menyalami Cakra.

Cakra melihat ke sekeliling rumah mencari keberadaan adik bungsunya. "Saki mana?"

"Lagi di dapur, lagi bikin masakan kreatif ala-ala, katanya habis malak kak Jean tadi sore."

Cakra menganggukkan kepalanya paham. Bisa ia bayangkan wajah memelas adiknya sore tadi saat memalak Jean dan Jean yang akan luluh begitu saja dengan wajah memelas adiknya. Ia tau, Jean paling tidak bisa menolak sesuatu yang imut dan lucu, dan sialnya adik bungsunya itu memiliki hal tersebut.

Tak lama kemudian, Saki datang dan duduk di sebelah Cakra. "Mas, aku udah masak, ayo makan."

"Masak apa lu?"

"Mas liat aja sendiri di dapur, dijamin enak kok."

Mereka bertiga pun berjalan menuju kearah meja makan untuk makan malam. Disana sudah ada masakan ala-ala Saki yang berada di atas meja, Cakra menatap makanan di atas meja dengan raut wajah tidak yakin.

"Ini beracun gak ya?" batin Cakra.

Mereka langsung duduk di kursi masing-masing, ia menatap Kai mengkodenya untuk mengambil lauk di atas meja. Setelah Kai mengambil lauk, kemudian giliran Cakra yang mengambilnya.

"Semoga abis ini gua gak keracunan," gumam Cakra yang untungnya tidak terdengar oleh Saki.

Cakra menyuapkan sesendok makanan itu kedalam mulutnya, mengunyahnya beberapa saat sebelum menelannya.

Saki sedari tadi memperhatikan wajah kakaknya tanpa berkedip, menunggu reaksi yang akan diberikan oleh kakaknya.

"Not bad lah," ujar Cakra.

Saki menganggukkan kepalanya senang, tak lupa dengan senyum yang merekah di bibirnya. Ia jadi merasa tidak sia-sia memasak untuk makan malam.

Sedangkan Kai, setelah melihat reaksi kakaknya, ia pun ikut menyuapkan makanan buatan Saki kedalam mulutnya. Ia mengangguk kepalanya beberapa kali, menyetujui ucapan kakaknya jika masakan Saki kali ini tidak begitu buruk, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang bener-bener tidak bisa di deskripsikan.

Makan malam berjalan dengan tenang, sesekali diiringi dengan pertanyaan random dari Saki yang dijawab dengan penuh kesabaran oleh Kai. Untung saja mereka tidak keracunan masakan Saki, seperti yang di harapkan Cakra.

"Kenapa air tawar di sebut air tawar?" tanya Saki.

"Ya, karena rasanya tawar," jawab Kai.

"Bukan karena suka nawar-nawar pas beli?"

"Bukan."

Selesai makan malam, mereka pun kembali dengan aktivitas mereka masing-masing. Cakra kembali ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya, sedangkan Kai dan Saki, mereka mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

___________________________

Masakan kreatif ala-ala Saki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masakan kreatif ala-ala Saki

Next?

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang