Epilog : Enigma

44 4 0
                                    

Semisal orang tua Cakra Aira selamat dalam kecelakaan, apa dia akan tetap bersama Bima dan Galaksi sebagai BabeLova hingga dewasa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semisal orang tua Cakra Aira selamat dalam kecelakaan, apa dia akan tetap bersama Bima dan Galaksi sebagai BabeLova hingga dewasa?

Tidak menutup kemungkinan jika sewaktu-waktu Cakra akan dibawa pulang kembali kekampung halaman orang tuanya.

Jika seperti itu, apa jadinya Galaksi dan Bima?

Bima akan terus terhubung dengan mesin cuci darah seumur hidupnya, karena tak ada kematian seorang Cakra.

Belum tentu Galaksi tumbuh menjadi anak yang punya keinginan besar menjadi dokter. Meski ia melihat kesulitan disekitarnya, tidak menutup kemungkinan ia jadi anak berontak tanpa Bima disisinya.

Adanya Bima adalah batasan untuk Galaksi melakukn hal-hal tidak benar. Menjadi penenang dan penengah.

Maka, hadir dan bertemunya mereka jika harus dikatakan takdir adalah benar.

Takdir yang terlalu indah untuk dijalankan. Namun, ada yang harus pergi untuk menyudahi takdir tersebut.

Dunia masih terlalu luas, sangat luas. Tuhan membuat garis tangan yang ditinggalkan untuk tetap hidup hingga berpuluh-puluh tahun lagi. Sedangkan untuk Cakra Aira, Tuhan takdirkan garis tangannya sampai diusia yang ke tujuh belas.

Tuhan mau cukupkan kisah Cakra Aira, ia terlalu merindukan hambanya hingga laki-laki itu mau tidak mau harus menemui yang menciptakannya.

Mengizinkan yang hidup menjelajahi dunia, sedangkan ia melihat mereka dari atas sana.

"Argaaa!!"

"Apaaaa?!!"

"Balikin sempak gueeee!!!"

Pagi itu, rumah keluarga Ramdhani sudah sibuk dengan anak kembar mereka. Galaksi tengah memandikan anak perempuannya, disaat Dirga membanting pintu kamar Arga sang adik sambil membawa sempak warna hijau tai kudanya.

"Bunda gak ekspek."

Galaksi keluar kamar mandi, selesai memandikan Runa yang diselimuti handuk besar dalam pangkuannya. Anak itu menggigit jari-jarinya sendiri merasa kedinginan, setelah kabur-kaburan saat akan dimandikan Galaksi.

"Besok-besok mau mandi sama Bunda aja."

Galaksi memiringkan kepalanya. "Kalau sama Bunda bukannya mandiin Runa, tapi Runa yang mandiin Bunda." Katanya pada anak lima tahun dipangkuannya. "Sama Ayah langsung sat set." Lanjut Galaksi melirik Dita yang tengah sibuk menyiapkan sarapan, lantas membawa anak itu naik.

Tapi kedua lengan Runa dengan cepat berpegang pada pegangan tangga.

"Gak mau sama Ayah, suka gak kira-kira pake minyak telonnya!" Teriak anak itu. Ia sungguh trauma dengan Ayahnya yang suka tidak kira-kira saat mengoleskannya minyak telon hingga masuk kehidung. "Bundaaa!!"

"Udah, sini!" Anak itu berpindah tangan. Dita menatap Galaksi, laki-laki itu langsung faham dan melanjutkan pekerjaannya didapur.

Setelah Dita naik, anak keduanya yang turun. "Bunda, sabuk tekwondo Arga man-na? Eh... Ayah." Anak itu mendekat, berdiri disamping Galaksi hanya untuk menggoda Bapak rumah tangga sebagai pekerjaan sampingan Galaksi disetiap pagi saat pria itu libur bekerja. "Masak apa, Ayah ganteng?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[✔] BabeLova - Jaemin, Haechan, MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang