jadi pacarku?

632 52 0
                                    

selamat membaca!

Aku terbangun lalu melihat ke arah jam yang tergantung di atas televisi di depan tempat tidur milik Shani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbangun lalu melihat ke arah jam yang tergantung di atas televisi di depan tempat tidur milik Shani. Kamar dengan warna dominan coklat yang tidak berbeda jauh dengan kamar pada apartemen miliknya.

Sejak pagi sekali, Shani sudah berpamitan untuk pergi kerja katanya. Kini tinggal aku dengan orang tuanya, aku yang sudah mulai akrab dengan mereka.

Kehangatan rumah ini, sama seperti rumah ku dulu. Cara mereka memperlakukan ku saat ini malah membuat ku kembali mengingat tentang orang tua ku.

Aku bangun dari duduk ku, berjalan ke arah kamar mandi. Setelahnya keluar dengan pakaian yang jauh lebih rapi, dengan rencana ku hari ini adalah menyusul Shani ke kantornya.

Setelah berjalan keluar kamar, aku mendapati Mama dan Papa sedang asik menonton tv. Aku mendekat ke arah mereka setelah Mama menyuruh ku untuk mendekat.

"Mau nyusul Shani ya? Tadi kata Shani, dia nitip bawain bekal. Itu ada di dapur, tadi Mama udah masak," tunjuknya pada meja dapur yang terdapat tempat makan.

Aku melihat ke arah meja dapur lalu mengangguk paham, "nanti Sisca bawa. Pas pulang Papa sama Mama mau ada yang dititip? Nanti Sisca mampir buat beli," tawarku.

Mereka berdua kompak menggeleng lalu tertawa bersama, "nitip kalian lebih lama lagi nginap di sini. Udah gih, berangkat sana. Nanti kalau jam makan siang malah macet."

Aku menyalami mereka sebelum akhirnya berjalan keluar, menunggu sekitar lima menit hingga taksi online yang ku pesan datang, perjalanan memang cukup jauh jika dari rumah ke kantor Shani.

Sesampainya di kantor Shani, beberapa karyawan di sini memang sudah mengenal ku. Bukan kali pertama aku ke kantor Shani, maka dari itu beberapa karyawan sudah mengenal ku.

Beberapa menyapa ku saat berjalan ke arah ruangan milik Shani, ruangannya memang tidak besar tapi pemandangan dari ruangan miliknya tidak mengecewakan bagiku.

Beberapa gedung lain bisa ku lihat dari ruangannya, jalanan dengan mobil dan motor yang berlalu lalang pun akan terlihat dari jendela kantor Shani.

Tok! Tok! Tok!

"Shan? Aku masuk ya," panggil ku. Aku masuk setelah lama mengetuk tidak mendapat balasan dari dalam ruangan.

Aku mencari di mana dirinya, ruangan ini kosong, bersih dan rapi, biasanya tidak akan seperti ini. Pasti akan berantakan walau hanya sekedar kertas yang tergeletak.

Meja pasti akan berhambur kertas dan gelas kopi miliknya, blazer yang biasa dia kenakan pun juga pasti akan ada di kursi kebanggaan miliknya itu, sekarang tidak seperti biasanya.

Aku berkeliling dengan terus mencoba untuk menelepon dirinya, ku dapati handphone yang berdering tepat berada di atas meja dengan kertas dibawahnya.

Aku berkeliling dengan terus mencoba untuk menelepon dirinya, ku dapati handphone yang berdering tepat berada di atas meja dengan kertas dibawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
kita | shansis - endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang